Sesuai janjiku dengan Selli pada saat hari Minggu telah tiba, aku mengajaknya ke sebuah taman bermain. Dengan izin dari Mas Arlan dan tentunya ia memberikannya, kami berjanji akan bertemu di sana nantinya. Aku mengendarai mobilku sendiri. Meskipun Mas Arlan bermaksud akan menjemputku, tetapi aku tolak. Entahlah, rasanya tidak enak saja.
Aku telah sampai lebih awal dari Mas Arlan dan Selli. Aku memang sengaja mempercepat keberangkatanku supaya tidak sampai telat. Aku masih di dalam mobilku yang kini berada di tempat parkir. Untuk menunggu Mas Arlan dan Selli yang telah aku beritahukan keberadaanku lewat pesan singkat.
Tidak lama kemudian datang seseorang mengetuk kaca mobilku. Aku segera menolehkan kepalaku dan menatapnya. Mas Arlan telah sampai. Dengan cepat aku buka pintu mobilku dan beranjak untuk menemuinya.
"Pagi, Mas," sapaku lembut.
"Pagi juga, Dek. Maaf saya lama ya?" ujarnya.
"Maafin ya, Tante. Tadi nenek Selli ngiket lambutnya lamaaa banget," sambung Selli.
Aku hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Selli meminta di turunkan dari gendongan ayahnya. Gadis kecil ini menghampiriku. Kemudian menggandeng tanganku dengan telapak dan jari-jari tangannya yang imut.
Tanpa pikir panjang lagi Mas Arlan mengajak kami memasuki area taman bermain. Mungkin, untuk orang yang tidak tahu. Melihat kami seperti sebuah keluarga. Meskipun itu tidak benar. Lagipula aku tidak mempunyai perasaan apapun, maksudku aku tidak mengharapkan apapun dari Mas Arlan. Aku hanya membantunya dan Selli menghilangkan traumatik tentang masalah perceraian yang belum lama menimpa.
Kuakui untuk ukuran seorang pria yang sudah berkepala empat, Mas Arlan lebih terlihat muda dengan badan atletisnya bak binaragawan. Ia tidak terlalu tampan, tetali lebih ke arah paras manis dengan kulit kuning langsat. Berbeda dengan ayahnya, Selli lebih berkulit putih bersih dan menggemaskan mungkin gen dari ibunya.
"Selli, kamu mau naik apa?" tanyaku pada si gadis kecil itu.
"Selli mau itu, Tante. Tapi, sama Tante aja ya," jawabnya seraya menunjuk sebuah bianglala dengan jari kecilnya.
Aku melihat sebuah bianglala besar yang dibuka dari jam sembilan pagi sampai jam sepuluh malam.
"Kamu enggak takut, Sayang? Mau sama Papa?" tanya Mas Arlan kepada anak semata wayangnya tersebut.
"Enggak dong, Pa. Selli, kan, udah gede, sama Tante besal aja Papa di bawah tungguin kita."
"Enggak apa-apa, Mas, biar saya yang dampingi."
"Tolong ya, Dek."
Setelah Mas Arlan membelikan tiket untuk menaikinya, aku bergegas memasuki salah satu ruangan yang berbentuk kandang burung. Aku menggendong Selli dan sangat berhati-hati. Dalam hati aku bersyukur, untung saja tempat itu muat dimasuki badan besarku. Kalau tidak entah bagaimana aku menyembunyikan wajah maluku dari Mas Arlan.
Bianglala mulai berputar pelan dan selanjutnya lebih cepat. Aku merasa senang melihat Selli yang berjingkrak-jingkrak bahagia. Usahaku tidak sia-sia untuk membantunya terlepas dari trauma.
"Tante, Tante, liatin papa aku kecil banget," ujarnya sembari melirik Mas Arlan yang jauh di bawah.
"Kita 'kan tinggi, Sayang. Kalau semakin tinggi papa kamu akan semakin kecil karena pandangan mata kita sangat jauh dari papa kamu," jawabku dengan sabar dan tetap memegangi tubuh mungil Selli.
"Aku enggak mau jauh sama papa, Tante, ental papa jadi kecil banget gak bisa gendong Selli."
"Selli sayang ya sama papa?"
"Sayang banget, Tante. Papa baik, papa sayang sama Selli papa enggak kayak mama, mama nggak sayang sama Selli."
"Emm ... mama juga pasti sayang kok sama Selli, cuma mama Selli lagi sibuk aja."
"Tapi mama nggak pernah pulang, Tante."
"Mungkin mama masih banyak kerjaan, Sayang, buat cari uang. Coba deh Selli pikir kalau nggak ada uang, Selli beli makanan pake apa?"
"Enggak bisa beli makan, Tante. Kalau enggak punya uang kata papa, makanya papa halus bekelja buat Selli."
"Nah, sama kayak mama Selli, mama juga lagi kerja buat beli makanan bedanya mama kerjanya jauh. Makanya Selli nggak boleh ngomong gitu ya sama mama, Tante yakin kalau mama juga kangen sama Selli."
"Iya, Tante. Selli juga kangeeen banget sama mama."
Aku tersenyum getir mendengar curahan hati Selli yang masih belum mengerti apa pun. Aku hanya bisa memberikan sedikit nasehat kepadanya. Sejujurnya aku masih belum mengerti bagaimana cara menenangkan hati seorang anak kecil. Aku merasa semakin iba serta kagum. Bagaimana seorang ayah seperti Mas Arlan bisa mengatasi dua hal dalam bersamaan? Maksudku hati yang masih terluka serta urusan anak yang tentu merindukan belaian seorang ibu. Entahlah, hanya ia yang tahu.
Beberapa saat kemudian durasi untuk menaiki wahana bianglala sudah habis. Aku dan Selli telah keluar dan menghampiri Mas Arlan. Yah, meskipun aku sedikit pusing karena putaran tadi.
"Pusing ya?" tanya Mas Arlan, tampaknya ia menangkap apa yang kurasakan saat ini.
"Hehe ... sedikit, Mas,"jawabku malu-malu.
"Mau istirahat dulu?"
"Enggak usah, Mas. Keburu siang entar panas kasian Selli."
"Enggak apa-apa kok, Dek."
"Beneran, Mas. Aku yang enggak apa-apa."
Mas Arlan tersenyum, sepertinya ada rasa tidak enak di hatinya. Namun, aku tetap ingin melanjutkan berkeliling menuruti kemauan Selli. Aku merasa sayang saja mengabaikan momen ini. Bukan karena aku bersama Mas Arlan, melainkan pasti akan jarang bisa bermain bersama Selli. Karena, ada rasa sayang yang mulai tumbuh untuk si gadis kecil tersebut.
Dengan canda tawa dan obrolan-obrolan hangat. Aku berjalan bersama pasangan ayah anak tersebut. Mencari wahana yang pas untuk anak seusia Selli. Sesekali menyempatkan waktu untuk membeli cemilan ringan di beberapa stand atau berfoto bersama.
Aku juga mengabadikan momen bahagia Mas Arlan bersama Selli ketika mereka menaiki wahana komedi putar dalam sebuah video. Aku tidak merasa keberatan sama sekali. Rasa senang menghampiri hatiku ketika melihat mereka tersenyum bahagia. Semoga saja selamanya. Sampai nanti Mas Arlan mendapat ibu sambung untuk Selli yang tentunya baik dan bisa menerima apa adanya.
Lambat laun waktu berjalan sebagaimana mestinya. Setelah merasa puas, Mas Arlan mengajakku untuk menunaikan kewajiban dhuhur. Tentunya di tempat yang berbeda antara pria dan wanita.
Setelah itu, kami meninggalkan taman bermain karena sudah merasa puas. Sebelum pulang Mas Arlan memberi pesan padaku untuk mampir ke sebuah restoran yang cukup bagus. Sebenarnya aku sudah menolaknya, namun ia bersikeras ingin menraktirku sebagai tanda terima kasih. Lagi-lagi aku tidak bisa menolak karena rengekan Selli.
Dengan mengendarai mobil yang berbeda. Aku dan Mas Arlan serta Selli menuju ke sebuah restoran yang di maksud.
Setelah sampai disana kami memesan makanan yang diinginkan. Aku memilih menu yang murah. Karena tidak enak jika terlalu mahal. Aku tidak ingin terlihat rakus. Tidak mentang-mentang badan besar makannya juga banyak dan mahal.
"Makasih ya, Dek. Udah menyempatkan waktunya," ujar Mas Arlan.
"Santai aja mas aku mah bisa aja kalo ada waktu," jawabku.
"Semoga saya gak banyak merepotkan kamu, Dek."
"Enggak kok, Mas. Aku malah seneng bisa maen sama Selli lho enggak keberatan apa pun kecuali badan, Mas. Hehe."
"Ais! Jangan ngomong gitu dek."
"Bener kok, Mas, badanku udah kayak gajah bengkak gini untung tadi bianglalanya muat lho ya."
"Haha ... ada ada aja kamu, Dek. Tapi Mas ingetin aja kamu jangan suka ngomong gitu jangan minder yang penting sehat dan pastinya baik hati."
Aku tertawa kecil mendengar nasehat Mas Arlan. Andai ia tahu bahwa selama ini aku sangat menderita dan kesal karena berat badanku. Pasti ia akan menceramahiku lebih panjang. Jadi aku tidak mau melanjutkan pembahasan tersebut lagi. Selain malu aku juga tidak ingin terbawa suasana apalagi keceplosan bercurhat padanya.
Kami kembali menyantap makanan yang sudah dipesan. Begitu juga dengan Selli dengan gaya anak-anaknya yang tentunya masih lugu dan lucu.
"Mamaaa!" teriak Selli tiba-tiba.
Selli beranjak meninggalkan kursinya dan Mas Arlan serta aku. Ia tampaknya menghampiri seorang wanita. Yang mungkin saja ibunya bersama seorang pria tengah berdiri tidak jauh dari kami.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Novianti Ratnasari
aku jg ndut thour
2022-06-02
1
Arhy Inna Mirna
aku jg ndut thor😅
2020-08-10
0
Anik Adja
biar Ndut yg penting happy....y ngga
2020-05-02
0