Derai air mata masih saja mengalir di pipiku. Mengingat aku mendapatkan hadiah tidak terduga dari ibuku. Tamparan yang begitu keras telah didaratkannya pada pipiku. Mungkin saat ini mereka sedang tertawa girang, dan melanjutkan pesta penyambutan calon menantu.
Aku hanya bisa menghela nafas, supaya merasa lebih tenang. Rencana pulang ke apartemen aku urungkan. Aku tidak mau kalut sendirian di sana. Aku ingin menuju ke suatu tempat yang ramai. Agar perasaanku hanyut dalam rasa yang hangat. Tidak seperti ini.
Kupacu mobilku dengan cepat menuju ke suatu kafe besar. Kafe tersebut cukup di minati muda-mudi. Meski terkadang harus aku menelan salivaku menatap beberapa pasang kekasih yang berlalu lalang atau duduk manis berduaan di tempat yang disediakan oleh pihak kafe. Ya, aku sangat iri dengan mereka.
Dengan langkah gontai aku mencari keberadaan meja kosong. Sampai akhirnya, aku menemukannya. Aku memesan tiga piring cemilan dan dua gelas jus strawberry. Aku bahkan sudah tidak peduli lagi akan kenaikan berat badan. Yang terpenting sekarang adalah aku harus merasa tenang.
Tak lama kemudian seorang waitress wanita membawa nampan berisi pesananku. Dengan sopan dan senyum manisnya, tangannya bergerak halus menaruh hidangan di atas meja tempatku berada.
"Thanks, Kak," ujarku berterima kasih kepadanya.
"Sama-sama, Kakak. Selamat menikmati dan semoga malam ini baik untukmu," jawabnya yang kemudian berlalu.
Ludah seakan tidak kuasa lagi ingin bertemu cemilan lezat tersebut didalam mulutku. Aku tidak menunggu waktu lama lagi dan mulai menyantapnya. Aku akui kualitas dan kuantitas kafe ini sangat terjamin. Terlebih areanya sangat bersih. Membuat pengunjung akan betah berlama-lama disini.
Tatapan bola mataku menyapu seluruh ruangan yang berisi manusia. Tiba-tiba, seseorang menumpahkan air mineral di botolnya ke arahku. Entah karena tersandung atau bagaimana. Seorang pria berkaos putih dengan tubuh atletisnya kini terjatuh disampingku. Aku menatapnya tajam. Aku kesal dengan perbuatannya yang sampai menumpahkan air mineral miliknya membasahi blazer yang aku pakai. Aku bahkan tidak mau tau apapun alasannya.
Aku berdiri seketika. "Makanya hati-hati dong, Pak!" bentakku kepada pria yang kisaran usianya sudah mencapai tiga puluh lima tahun, mungkin. Namun tidak bisa dipungkiri bentuk badannya masih sangat bagus dan atletis berotot seperti usia dua puluhan.
"Aduh! Maaf ya, Mbak. Saya nggak sengaja," jawabnya tergagap, tangannya sibuk mencari keberadaan tisu yang mungkin akan ia berikan padaku. Dan ternyata ia mengambil sehelai sapu tangan lebar dari kantongnya.
"Nggak usahlah, udah basah juga. Sapu tangan buat apa? Lagian kalo jalan pake mata!"
"Nggak apa-apa, ini buat mbak aja biar bisa mengurangi aja."
Mau tidak mau aku menerima sapu tangan miliknya dan membersihkan rembesan air pada blazerku. Tak lama kemudian seorang anak perempuan kecil menghampiri kami.
"Tante besal maafin papa jangan malah sama papa ya?" ujar anak tersebut dengan polosnya namun terlihat cerdas diusianya yang mungkin baru empat atau lima tahunan.
Seketika kemarahan dalam hatiku mulai mencair. Kalimat dari si anak menggemaskan tersebut berhasil membuatku malu. Bukan karena ucapan tante besarnya melainkan sifat hormatnya yang ditujukan padaku. Sebagai orang dewasa aku harus diajari seorang anak kecil. Kuakui aku sangat gemas terhadapnya. Terlebih diusiaku saat ini seharusnya aku sudah menimang seorang bayi.
"Maaf ya, Dek. Tadi Tante kaget hehe," ujarku sembari beranjak untuk menghampirinya.
"Aduh maaf ya, Mbak. Anak saya suka begini," sambung pria tadi yang mungkin adalah ayah dari si kecil.
Aku menoleh ke arahnya. "Iya nggak apa-apa, Mas. Maaf saya juga spontan marah," ujarku.
"Tapi Tante besal nggak boleh malah-malah lagi ya, kata Papa kalo suka malah entar jadi jelek."
Aku terkesiap mendengar perkataan anak itu. Tampaknya ayahnya sibuk mencari tempat duduk kosong. Dan hasilnya nihil karena telah penuh. Akhirnya aku mempersilahkan mereka untuk bergabung denganku karena aku hanya seorang diri dan karena aku juga masih ingin berbincang lebih banyak dengan si anak kecil.
"Nama kamu siapa, Dek?" tanyaku.
"Aku Selli, Tante," jawabnya dengan raut wajah menggemaskan.
"Maaf, Mbak. Sudah merepotkan ini anak saya Selli, saya sendiri Arlan. Terima kasih ya Mbak, sudah mengijinkan kami disini," sambung ayahnya.
Aku tersenyum. "Nggak apa-apa mas saya Fanni, maaf tadi kebawa emosi dari rumah hehe."
"Tante besal abis nangis ya? Tante lagi sedih ya?"
"Iya Tante lagi sedih. Kamu mau menghibur Tante, Selli?"
"Jangan sedih ya, Tante. Besok kalo ketemu Selli lagi, Selli pengen ajak Tante besal ketemu badut bial bisa cenyum."
Aku tertawa renyah dibuatnya. Kelucuan Selli berhasil membuatku terhibur. Terlebih Mas Arlan yang tidak lain adalah ayah Selli ternyata sosok yang humoris. Aku bersyukur dipertemukan dengan mereka. Ternyata Tuhan masih baik kepadaku.
"By the way, ... Mas Arlan nggak sama istri?" tanyaku.
Tampaknya aku salah dalam bertanya. Seketika itu juga, raut Mas Arlan tampak sendu. Aku memilih untuk tidak melanjutkannya. Aku takut dianggap terlalu lancang. Padahal ini pertama kali kami bertemu.
"Saya duda, Mbak. Hehe," jawabnya kemudian, mungkin ia memaksakan senyumannya.
"Oh, ... maafkan saya sudah lancang," ujarku.
"Nggak apa-apa, Mbak. Mbak sendiri gimana?"
Aku tersenyum kecut. "Saya belom menikah, Mas. Belom laku hehe."
"Sabar aja mbak lebih baik terlambat daripada gagal seperti saya."
"Gagal?"
"Iya, Mbak. Mantan istri saya berselingkuh selama setahun ini, dan baru ketahuan saya dari lima bulan yang lalu."
"Selli tahu?"
"Selli hanya tau soal punya papa baru, tapi ibunya nggak mau ngakuin dia sebagai anaknya."
"Ya ampun separah itukah?"
"Hehe ... maaf nih saya jadinya malah curhat."
Aku ikut simpati atas apa yang menerpa keluarga Mas Arlan.Terlebih si kecil Selli. Seandainya aku berada diposisi mereka. Entah apa yang akan kulakukan. Belum tentu aku sekuat mereka. Aku merasa malu pada diri sendiri yang mudah menyerah, padahal masih banyak orang jauh lebih menderita dari pada diriku.
Kami menyantap pesanan yang telah dipesan. Tatapan mataku tidak lepas dari mereka. Dengan sabarnya Mas Arlan menyuapi Selli. Dan lebih mengesankan lagi Selli ternyata lebih mandiri, ia ingin menyantap makanannya tanpa suapan dari ayahnya.
"Mbak habis nangis ya?" tanya Mas Arlan membuyarkan tatapanku.
"Oh ... emm, begitulah. BTW, panggil aku Fanni aja jangan pake embak, aku jauh lebih muda dari Mas Arlan," jawabku memperingatinya.
"Hahaha, emang ya saya sudah kelihatan tua gitu?"
"Emang umur berapa, Masnya?"
"Empat puluh satu tahun Mbak eh Fann."
"Haah?! Aku kira belom sampe kepala empat loh."
"Terus berapa?"
"Tiga sembilan."
Kelakarku berhasil membuat Mas Arlan tertawa lepas. Begitulah malam ini aku jalani setelah perdebatanku bersama keluargaku. Bahkan, aku juga tak sungkan menceritakannya pada Mas Arlan. Aku pikir bercerita dengan orang yang baru dikenal tidak ada salahnya. Karena potensi ejekan dan menyebarnya kecil. Tidak ada untungnya baginya jika menceritakan ucapanku, kalaupun diceritakan pasti orang itu tidak aku kenal bahkan tidak akan aku temui lagi. Dan yeah! Aku merasa lebih tenang sekarang.
Lambat laun langit semakin menggelapkan dirinya menunjukkan waktu semakin malam. Kami berpisah, sebenarnya ada keinginan untuk membawa pulang Selli karena tingkah lucunya. Namun itu tidak akan mungkinkan? Memangnya aku siapa?
Bersambung...
__________________________________________
Perlu diketahui saya menulis novel ini tidak bermaksud menyinggung siapapun yah. Saya hanya terinspirasi dari seorang teman saya yang sangat tidak percaya diri karena gendut bahkan kalo diajak main pasti tidak mau karena malu.
Jadi tetep ikutin yah dan bagi yang belum, ikutin dari sekarang.
Karena banyak pesan-pesan yang bisa diambil khususnya buat kamu yang merasa tidak percaya diri dengan sedikit kekurangan yang kamu miliki.
Semoga tulisan saya bisa menjadi motivasi untuk semuanya :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Amalia Khaer
baca lagi ceritanya Fanny dan Mas Arlan. ❤️❤️❤️❤️ ceritanya dan bcanya SDH lama, wktu itu msih on going. TPI SDH 2023 blum dpt jodoh juga aq, Fan. hehehehe. qta sma2 gendut. bedanya kamu belasteran dan pintar, aq kebalikannya.
2023-10-31
1
Nanih Pemil
aku juga gendut kk thor seneng bnget nemu cerita ini seru keren bnget ceritanya semangaaat ka 😊💪👍💜💜
2022-12-29
0
Bernadeth Kusharini
aku juga gendut,kalo dipanggil gendut malah jd terkenal loh,eeh yg dulu2nya manggil2 ndut ndut malah sekarang badannya lebih melar lohh..🤣
2021-08-13
1