****
“Wah dapet gebetan baru nih,” celetuk Nike mengagetkanku disela-sela bekerja. Ia tampak sedang berdiri di belakangku saat ini.
“Maksudnya?" tanyaku sedikit heran mendengar perkataannya.
“Itu yang kemaren.”
“Siapa, Ke?”
“Pura-pura deh sukanya hihi.”
“Apa sih, Ke? Serius gue nggak paham.”
“Yaudah sana lanjut kerja aja hihi.”
Aku melengos dan berbalik lagi untuk fokus bekerja. Aku memang tidak mengerti apa maksud ucapan Nike. Lagi pula aku tidak dekat siapapun saat ini. Dan tentunya semua pria akan berpikir dua kali ketika akan mendekatiku.
Tanpa mau memikirkannya terlalu serius, aku menyibukkan diri dan mengerahkan seluruh kemampuan di otak. Mencari sebuah gagasan untuk desain dan kalimat iklan. Terlebih sedang ada proyek besar dari Pak Ruddy.
“Mohon perhatiannya dong buat semuanya,” ujar si setan cantik yang tengah berdiri di depan. Tampaknya ia akan memberikan suatu pengumuman penting.
Semua karyawan menatapnya dan memasang telinga untuk mendengar informasi yang akan Mita sampaikan . Herannya tatapan ketidaksukaan terus ia tujukan padaku tanpa lupa sedikitpun. Entahlah sampai sekarang aku masih tidak tau apa yang membuat Mita begitu membenciku dan terus menggangguku. Padahal jika disandingkan dengannya aku pasti kalah telak.
“Untuk beberapa hari ini dan kedepannya di mohon untuk semua lebih keras dalam bekerja. Ada peringatan dari Bapak Ruddy penjualan property bulan ini menurun drastis dan hasilnya cukup jauh dari bulan lalu. Belum lagi banyak perusahaan kontemporer yang semakin gencar mengeluarkan promo besar-besaran dan menjadi salah satu penyebab penurunan daya jual perusahaan kita. Saya harap semua bisa lebih inovatif dan tidak monoton disitu saja gagasannya. Terlebih untuk saudari Fanni, saya harap ada desain dan kalimat iklan yang lebih menarik. Saya juga mengharapkan proyek pembangunan apartemen berikutnya bisa lebih sukses. Terlebih sebentar lagi Bapak Ruddy akan digantikan oleh seseorang yang tak lain adalah anaknya sebagai penerus serta CEO baru. Jadi, jangan sampai memberikan kesan buruk kepada pimpinan baru kita nantinya. Saya kira cukup sampai disini dan semua kembali bekerja. Terima kasih," ujar Mita panjang kali lebar kali tinggi.
“Sial kenapa gue lagi???” Aku mendengus kesal.
“Sabar yah, Fann," ujar Nike yang mendengar keluhanku.
“Iyalah.”
Sudahlah tidak ada gunanya aku memikirkan perkataan Mita. Tidak akan ada habisnya ia mencari kesalahanku. Kini aku hanya menduga-duga, mungkin saja Mita merasa iri padaku karena aku sering mendapat pujian langsung dari Pak Ruddy ketika proyek berjalan lancar. Bahkan Pak Ruddy langsung mendatangiku tanpa perantara. Beliau selalu mengatakan jika tidak ada aku semua tidak berjalan lancar. Yah, mungkin itu penyebab.
Lambat laun waktu berjalan sebagaimana mestinya. Akhirnya aku bisa bersantai sebentar sambil bersantap. Pas sekali disaat perutku sudah keroncongan dan terasa melilit karena lapar. Apalagi sebelum bekerja aku tidak sempat sarapan.
“Ke, mau bareng?” ajakku pada Nike yang masih terduduk di kursi putar di bilik kerjanya.
“Enggak dulu yah, Fann," jawabnya menolak halus.
“Kenapa?”
“Aku lagi bayar puasa.”
“Emm ... yaudah deh.”
Aku melangkah sendirian tanpa seorangpun teman menuju kantin. Kalau saja aku tidak lapar aku tidak akan makan. Lagipula aku akan canggung jika tiba-tiba bergabung dengan yang lain. Yah, aku memang pengecut. Hanya saja aku belum siap memulai pertemanan setelah insiden pembullian yang aku alami.
Bunyi peringatan panggilan dari ponselku yang aku mode getar saja. Dengan cepat aku meraihnya dari kantong blazerku. Tampak nomor tidak dikenal sedang memanggil. Aku menjadi ragu untuk menekan tombol angkat. Dan akhirnya aku hiraukan.
Drrrtt! Nomor tersebut masih saja mencoba menghubungiku bahkan sampai tiga kalinya. Mau tidak mau aku segera mengangkatnya dikarenakan rasa penasaran juga telah muncul.
“Halo," sapaku.
“Ini Adek Fanni ya?” tanya pemilik nomor dari kejauhan sana.
“Ya, dengan siapa ya?”
“Aku Arlan, Dek.”
“Oohh Mas Arlan. Kenapa ya, Mas?”
“Ini saya sudah didepan kantor kamu. Ingin ngajak makan siang bareng.”
“Emm anu ... gimana ya?"
“Jangan takut, Dek. Saya sama Selli kok daritadi merengek pengen minta ketemu sama Adek Fanni, sebelumnya mohon maaf kalau saya merepotkan.”
“Emm ... yasudah saya keluar dulu ya, Mas. Kebetulan saya sendirian.”
Aku segera membalikkan badan. Dan melangkah cepat dengan kaki gajahku yang seolah mampu mengguncang dunia. Aku terlihat tergesa-gesa tanpa menghiraukan siapapun disekelilingku.
Dugh! Seseorang menabrakku dengan keras. Beruntung aku tidak sampai terjatuh. Justru ialah si Tomi yang terkapar di lantai .
“Sorry, Tom,” ujarku.
“Ih ... sakit tauk ndut! Lagian loe mau kemana sih lari larian kayak gitu bikin gempa tauuuukkkk.”
“Bukan urusan loe, Tom.”
“Ih, si Endut sekarang gitu ya sama gue. Yuk ah temenin gue makan.”
Tomi bergerak menarik tanganku, mungkin ia bermaksud membawaku ke kantin. Namun sebelum itu, aku melepas tanganku dari
genggamannya. Sembari mendengus kesal,
karena waktuku terbuang sia-sia olehnya. Padahal Mas Arlan sedang menungguku.
“Maaf, Tom. Gue ada janji sama temen diluar,” ujarku.
“Terus gue sama siapa dong, Ndut? Masa' loe tega gitu ninggalin gue," rengeknya.
“Banyak orang dikantin ganteng!!!”
“Cantik atuh!!!”
“Bodo' ah.”
Sebelum aku terbawa perdebatan bersama Tomi terlalu lama. Aku segera melangkah kencang mencari keberadaan Mas Arlan. Beruntung kantorku memberikan
kebebasan dalam istirahat dan tidak mengharuskannya di kantin perusahaan. Yang penting bisa kembali tepat waktu saja.
Bola mataku berputar mencari keberadaan Mas Arlan. Sampai menemukannya di samping pos security. Ia sedang berdiri disisi pintu mobil bersama Selli yang masih di dalam mobil dengan jendelanya yang terbuka. Seketika aku terperanjat menatap mobil Mas Arlan yang hitam berkilau dengan merk yang terkenal mewah dan mahal. Sebenarnya pekerjaan apa yang menjadi pemasok kebutuhan Mas Arlan? Apalagi dengan mobil sebegitu mewahnya.
“Hai, Mas?” sapaku.
“Eh ... udah dateng.”
“Emm ... maaf lama ya?”
“Nggak kok santai aja, masuk yuk.”
Ada rasa enggan sebelum aku memasukin mobil Mas Arlan. Bagaimana mungkin wanita jelek sepertiku menaiki mobil semewah itu.
“Kenapa? Jangan takut, ini mah mobil pinjeman doang kok," ujar Mas Arlan, mungkin ia menangkap raut minder yang terlukis diwajahku.
“Pinjeman?”
“Iya punya temen saya hehe. Udahlah naik aja sebelum waktu habis.”
“Iya, Mas.”
Akhirnya dengan segala kebimbangan, keraguan dan keminderan yang berkecamuk dihatiku. Aku telah berada di dalamnya. Disamping Mas Arlan. Tanpa bergerak, tanpa bergeming sedikitpun.
“Tante ental makan steak yang enak ya," celetuk Selli dari kursi belakang.
“Tante ngikut kamu aja sayang," jawabku.
“Tante semalam Selli mimpiin Tante tauk.”
“Hmmm?”
“Selli mimpi Tante ngajak ke taman belmain baleng papa teyus kita naik biangyaya baleng.”
“Ohh yaa. Gimana kalau tante ajak beneran bukan mimpi doang. Mau nggak?”
“Mauu... maauuuu ... mauuuu ... tapi Tante janji ya jangan bohong kayak Mama.”
“Enggak dong, Sayang.”
Aku tersenyum. Mas Arlan tertawa. Dan Selli berceloteh girang sambil berandai-andai. Ia merencanakan akan menaiki semua wahana yang ada. Dan tentunta ia ingin aku ikut bersamanya.
“Makasih ya, Dek. Kamu sudah mau membantu saya soal Selli.”
“Nggak masalah, Mas. Aku malah seneng kok bisa sekalian belajar ngemong, biar suatu saat kalau Tuhan sudah mengirimkan keluarga kecil untukku nggak kaget lagi hehe.”
“Hmm ... semoga secepatnya, Dek.”
Mobil Mas Arlan melesat cepat dan sampai ke sebuah restoran steak. Kami memasukinya dan mulai memesan menu masing-masing. Kemudian bersantap bersama ketika.
Bersambung...
Tiga bab dulu ya teman-teman, jarinya sudah tidak mampu😁
Jangan lupa buat kamu yang belum tekan tombol like, komen dan bintang lima. silahkan sekarang juga. GRATIS!!! 😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
reza gaming 30
aku suka ceritanya, bahasanya, alur ceritanya, typonya jg minus, bravo dech unt othor
2022-09-03
1
Novianti Ratnasari
semoga Arlan am Fanny jadian.
2022-06-02
0
TikTikTik
iiihhh modusnya mengkambing hitamkan Selli... iiihhhh gemes aku
2022-02-20
1