Keesokkan harinya, aku sudah berangkat lebih awal ke kantor. Rasanya malas sekali memang. Namun, lebih malas ketika teringat dengan sikap Anton kemarin malam. Oleh karena itu, aku memilih untuk lebih cepat sampai ke kantor agar ingatan itu hilang perlahan.
"Hai, Fanni endut? Selamat pagi," sapa salah seorang rekanku bernama Tomi, ia terbilang feminim untuk ukuran seorang pria.
"Oh hai, and pagi juga cess," balasku dengan panggilan unik milik Tomi.
"Cantiknyaaa wangi kali loe ini."
"Loe ngeledek, Cess?"
"No... no... no... orang paling jujur di muka bumi ini adalah eyke. Nggak ada kata meledek."
Ah sudahlah. Aku memilih untuk menghiraukan Tomi. Tidak akan ada ujungnya bergosip dengan pria centil tersebut. Bibirnya ibarat mesin yang tidak ada lelahnya berbicara.
Aku duduk manis di tempat kerjaku yang berada di sebuah ruangan kantor dengan bilik-bilik kecil milik masing-masing karyawan. Suasana memang masih cukup sepi. Mengingat jam kerja dimulai dari pukul delapan pagi dan sekarang jarum jam masih berada di angka tujuh.
"Yah, benerin slogan dululah," gumamku.
Kubuka beberapa file yang tersimpan di folder penyimpanan komputerku. Jariku menggerakkan mouse ke arah file yang aku cari. Dan aku mulai fokus meneliti dan memperbaiki beberapa teks atau gambar yang aku rasa kurang tepat.
"Pagi Fanni," sapa Nike yang kini telah berada di bilik kerja tepat disampingku.
"Ohh pagi juga Nike," jawabku dengan sopan.
"Udah sarapankah? Tumben jam segini udah dateng?"
Aku tersenyum."Lagi bangun pagi aja sih hehe."
"Kamu udah denger belum Fann?" Nike duduk di kursinya dan menariknya mendekatiku.
"Soal?"
"Si Mita bakal naik jabatan hari ini loh."
"Haaah?!"
Aku cukup terperanjat dengan berita yang disampaikan Nike padaku. Mengingat Mita bukan orang yang kompeten, maksudku ia tidak berkontribusi dengan baik untuk perusahaan ini. Dan tentunya selalu mengalihkan tugasnya pada karyawan lain yang ia rasa lebih lemah. Salah satunya aku.
"Kok bisa?" lanjutku dengan pertanyaan yang masih tak percaya.
"Nggak tau juga, Fann. Yah, kita jangan mikir yang enggak-enggaklah mungkin dia punya kemampuan yang gak kita tau," jelas Nike seakan memberiku peringatan agar tidak timbul fitnah di dalam hatiku.
Aku kembali memfokuskan diri dengan pekerjaanku. Sedangkan Nike kembali menyantap sarapan yang ia bawa sejak tadi. Aku bahkan tidak mau menambah pikiran dengan hal yang tidak penting. Apalagi yang berkaitan dengan Mita.
Tak lama kemudian, ruangan mulai gaduh dipenuhi oleh rekan-rekan satu timku yang mulai berdatangan. Karena jarum jam juga sudah beberapa menit lagi melangkah kearah angka delapan.
Diantara banyak orang yang sedang berjalan kearah bilik kerjanya masing-masing. Mataku menangkap keberadaan Mita. Ia tampak berjalan dengan angkuhnya. Kuakui ia memang sangat cantik dengan badan langsing dan indah serta tinggi semampai. Mungkin akan membuatku minder ketika disandingkan dengannya.
"Hai, Sayangku si **** imut. Masih pagi kok udah lesu. Ah iya, mungkin keberatan badan yah? Mau senyum aja susah," celetuk Mita dengan ledekan yang sangat menusuk hati.
Aku menatapnya sekilas. "Oh pagi, Ibu penjilat. Semoga harimu baik," jawabku cuek.
"Hahaha, pujian yang bagus sayang. Karna hari ini gue lagi seneng, jadi bibir cantik gue gak boleh marah-marah kali ya. Dan loe juga harus sedikit hormat ama gue karena mulai hari ini gue atasan loe!"
Mita melangkah meninggalkanku setelah memberi beberapa kalimat peringatan dan muka jijiknya yang ia tujukan padaku. Aku hanya mampu menghela nafas dalam dan membuangnya perlahan. Aku menatap Nike yang memberiku isyarat untuk tetap bersabar.
Yah, aku memang sabar bahkan aku adalah ratunya sabar. Bagaimana tidak? Aku saja mampu menjalani hari sebagai manusia bertubuh besar, masih melajang diusia yang hampir mencapai tiga puluh tahun. Apalagi hanya menghadapi manusia penjilat seperti Mita bagiku perkara mudah untuk saat ini. Namun aku juga tidak menjamin nantinya.
Seseorang yang sangat berwibawa melenggang masuk kedalam ruangan tempatku bekerja. Meskipun usianya sudah tak lagi muda lebih tepatnya sudah mencapai lima atau bahkan enam puluh tahun lebih, tidak menghilangkan aura kharismatiknya. Beliau adalah CEO perusahaan ini yang bernama bapak Ruddy Hariawan Sanjaya.
Dengan langkah tegas Pak Ruddy mengawasi setiap bilik kerja masing-masing karyawan. Dan yang aku lihat, lagi-lagi Mita mengeluarkan jurus andalannya dengan cara mencari muka. Memuakkan!
"Pagi, Fannisa," sapa Pak Ruddy ketika sampai di tempat aku berada. Diiringi langkah Mita yang saat ini berada tepat di belakang beliau.
"Selamat pagi, Bapak," jawabku dengan sesopan mungkin.
"Terima kasih ya atas kontribusi kamu. Dengan kalimat iklan dari kamu yang sangat menarik, beberapa hari yang lalu telah banyak unit yang terjual," katanya memujiku.
"Oh ... itu saya yang mengarahkan Pak," potong Mita tiba-tiba.
Pak Ruddy hanya tersenyum tipis menatap Mita. Dengan jari telunjuk yang beliau tempelkan pada hidung. Mengisyaratkan Mita agar berdiam diri lebih dahulu. Mita memanyunkan bibir sensualnya seraya memberiku tatapan tajam dan sinis.
"Saya akan lebih sering meminta kamu untuk membuat beberapa kalimat iklan lagi, Fanni. Karena proyek apartemen akan kembali dibangun," lanjut Pak Ruddy diiringi senyuman ramah.
"Dengan senang hati saya menerimanya, Pak," jawabku.
"Baiklah, silahkan melanjutkan pekerjaan dengan semangat ya."
"Baik, Pak. Selamat bekerja."
Pujian yang aku dapat langsung dari Pak Ruddy seolah-olah memberikan energi semangat yang luar biasa. Meski aku tidak punya nilai indah pada fisikku. Kemampuanku terbilang cukup handal. Aku beruntung masih ada sisi yang bisa dibanggakan.
"Cie dapet nilai plus nih," ujar Nike, ia melongokkan kepalanya disisi pembatas bilik kerja kami.
"Hehe ... besok naik jabatan," jawabku melucu.
"Amiiin. Yang penting traktiran enggak lupa ya hehe."
"Gampang, Say."
Kami kembali mengerjakan tugas dengan serius. Suasana kembali kondusif tidak ada satu pun karyawan yang berisik. Tampaknya semua sangat fokus. Terlebih ada proyek baru yang akan dilaksanakan.
"Hai Fann. Boleh eyke pinjam berkas yang kemarin?" pinta Tomi yang sudah berdiri di belakang tempat dudukku.
"Boleh saja," jawabku. Kemudian, tanganku mencari-cari berkas yang Tomi inginkan. Setelahnya aku berikan kepadanya.
"Thanks yaaa fanni gemes deh emm ... emm ..." ucap Tomi seraya mencubit gemas pipi gembulku.
"Rese'!" bentakku kepadanya agar ia berhenti melakukan hal yang kekanakan tersebut.
Tomi berlalu dengan cekikian genitnya. Tingkah kemayunya memang sangat membuatku risih.
Jarum jam terasa berjalan begitu cepat dan saat ini telah memberi peringatan kepada semua karyawan untuk memhentikan aktivitasnya. Mereka semua berhamburan keluar untuk makan siang. Ketika aku ingin mengikuti mereka. Ada seseorang yang menghentikan langkahku. Tak lain dan tak bukan adalah Mita yang sekarang telah menjadi atasanku.
"Eh, Sapi imut. Bisa 'kan loe ngerjain ini," perintahnya tegas sembari memberiku sebuah proposal.
Oh Tuhan! Setelah aku membukanya. Ternyata memang pekerjaan yang seharusnya Mita kerjakan. Dan lagi-lagi ia berikan kepada orang lain.
"Pokoknya beresin, gue nggak mau tau harus kelar sekarang. Jangan mentang-mentang dipuji Pak Ruddy dikit langsung males-malesan," lanjutnya.
Aku memilih diam, dan mengambil proposalnya. Meski sekarang ada amarah yang ingin sekali aku keluarkan dengan cara menghantam wajah cantik Mita dengan tangan besarku agar menjadi sama buruknya denganku.
Beruntung ada Nike disebelahku yang terus memperingatiku untuk tidak membuat masalah. Ia memintaku menerimanya dan berjanji akan ia bantu nantinya.
"Ya udah aku pasrah lagi."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Arhy Inna Mirna
semangat fanny😘
2020-08-10
0
Inonk_ordinary
Ihhhh,, mita minta di geprek terus disambelin kali ya
2020-07-07
1
Arifina Rinanti
in saya hugs super big Tali suami saya setia
2020-05-14
0