Aku GENDUT!!!
Sebelumnya salam kenal untuk para reader pecinta novel, saya merupakan penulis baru disini. Semoga tulisan saya bisa memberikan inspirasi bagi semua orang dan menjadi daya tarik tersendiri untuk para reader. Selamat membaca ☺️
_____________________________________________
Pernah tidak sih di antara kamu dan kalian semua mendapat pertanyaan semacam 'Kapan akan menikah?' atau 'Kapan kenalin calonnya?' dari anggota keluarga, teman-teman, orang-orang sekitar mungkin tetangga?
Di usiaku yang menginjak dua puluh sembilan tahun, tentunya pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi momok tersendiri bagiku. Sampai saat ini aku masih saja menjadi wanita yang melajang. Bukan karena aku tipe pemilih calon pendamping hidup, melainkan aku yang tidak dipilih para pria pencari istri.
Orang tuaku memberikanku nama yang sangat indah dan panjang 'Fannisa Oktaviani Geraldine'. Panggil saja aku Fanni, aku adalah anak blasteran Indonesia dan Belanda. Meskipun begitu nama yang indah dan embel-embel darah campuran tidak mencerminkan keindahan fisikku. Berbeda dengan kakak lelakiku yang berparas tampan dan dominan ke arah fisik kebule-bulean, aku jauh jika disandingkan dengannya.
Aku memiliki berat badan di atas ideal yaitu delapan puluh empat kilogram dengan tinggi badan hanya seratus lima puluh tujuh centimeter. Bisa dibayangkan betapa buruknya kondisi fisikku? Aku hanya mempunyai kelebihan hidung mancung dan kulit putih khas orang Belanda. Bukan tidak mau berusaha berdiet, untuk badan yang telah aku dapatkan karena mendapat keturunan dari nenekku di ayahku memang sulit untuk melakukannya.
Pernah suatu ketika aku sangat berambisi ingin berdiet, selama dua tahun lamanya. Namun bukannya kurus aku malah terserang penyakit dehidrasi akut dan asam lambung yang parah. Lebih parahnya lagi aku juga mengalami gangguan 'Bulimia' yang merupakan suatu gangguan dengan kondisi makan yang tidak terkendali dan para penderitanya mengambil langkah-langkah untuk menurunkan berat badan dengan cara memuntahkan isi perut atau berolahraga dan berpuasa secara berlebihan. Bahkan gangguan bulimia bisa menyebabkan kematian. Semua terjadi karena aku mengalami kasus pembullyan dari mahasiswi nakal, di masa perkuliahan.
Saat itu, aku benar-benar pasrah. Tubuhku hanya mampu terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, bak kerbau yang sedang sekarat dengan tusukan tajam suntik dan jarum infuse. Yang kuingat adalah ibuku yang setia menemaniku tanpa hentinya menangis serta berdo'a untuk kesembuhanku. Itulah yang menjadi semangat paling ampuh agar aku sembuh.
Sebenarnya, dimasa sekolah menengah aku adalah anak yang periang dan tidak pernah menganggap penting tampilan fisik. Aku sangat supel dan ramah, terlebih mempunyai daya humor yang tinggi. Banyak yang mendekatiku saat itu karena tertarik celotehan-celotehanku yang terlihat bak seorang komica.
Namun, beranjak aku dewasa tepatnya setelah memasuki dunia kerja, aku mulai menarik diri dari lingkungan. Bahkan dari keluargaku, ternyata dunia orang dewasa sangat menyakitkan. Fisik menjadi salah satu faktor utama nilai kecantikan seseorang apalagi seorang wanita. Ada perasaan iri yang tumbuh dari hatiku, ketika aku melihat teman-temanku menggandeng pasangannya. Aku ingin seperti mereka. Namun sampai saat ini tak ada seorang pria pun yang tertarik padaku.
Aku merasa malu pada diriku sendiri, orang tuaku dan orang sekitarku. Seandainya saja aku memiliki bentuk tubuh langsing--aku pikir aku akan terlihat cantik. Setelah aku mengalami gangguan dan sakit, aku sangat takut untuk berdiet. Aku hanya tidak ingin mengulanginya lagi apa lagi sampai membuat orang tuaku menangis. Meskipun di sisi lain, aku juga menderita karena belum pernah mempunyai pengalaman cinta.
Kini, aku telah tinggal di sebuah apartemen yang aku beli dari tabungan lima tahun bekerja serta uang tambahan dari ayahku. Aku telah berpisah rumah selama tiga tahun dengan orang tuaku. Alih-alih ingin mandiri sebenarnya aku sudah muak jika muncul pertanyaan 'Kapan akan menikah'. Terlebih lagi, kakakku malah sering bergonta-ganti kekasih yang ia bawa untuk dikenalkan dengan orang tuaku. Aku benci ini, sangat benci!
Aku sendiri telah bekerja di suatu perusahaan properti. Dengan kemampuan yang cukup baik dan nilai ipk yang bagus. Aku mampu menembus segala macam tes kerja dari perusahaan tempatku bekerja, yang memang sangat elit. Di situ pula, awal dari semua kegelisahan yang menerpaku, mulai dari perkataan rekanku yang mengharuskan aku untuk lebih kurus dan merawat diri lebih rajin. Aku merasa sangat minder sebenarnya, tapi aku merasa sayang untuk membuang pekerjaan.
Bahkan, seperti hari ini tatapan mengejek Mita arahkan padaku. Ia adalah salah satu rekannya dengan paras yang menawan dan badan ideal bisa dikatakan, ia berpotensi menjadi seorang model. Namun fisiknya tidak mencerminkan sifatnya yang tengil.
"Hei sayangku, Fanni. Hari ini makan berapa baskom nasi? Hahaha," ledeknya kepadaku seraya memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan sengaja.
"Bukan urusan loe, najis!" jawabku bengis, namun tetap menunduk.
"Hah?! Si sapi ngatain gue najis lagi. Eh, ngaca dong badan loe udah kayak sapi guling, tinggal bakar doang beda ama gue banyak laki yang ngantri," balas Mita, tangannya diusapkan perlahan di wajahku dengan tatapan matanya yang tajam mengancam.
Mita kemudian berlalu dari hadapanku dengan langkah yang menggeol-geolkan bokong indahnya. Selang beberapa menit kemudian datang Nike yang merupakan teman baikku, dengan balutan baju formal yang sedikit longgar dan kerudung warna hijau menambah keanggunan wajah manisnya.
"Sabar ya, Fann. Jangan diambil hati," ujarnya menenangkanku.
Aku mengangguk pelan. "Enggak kok, Ke. Gue kesel aja ama dia tadi lagi jenuh-jenuhnya malah ngeledek. Kenapa sih dia nggak mau berhenti kayak gitu?" jawabku.
"Yah, mungkin hatinya belum terbuka. Matanya lagi ditutup kabut kesombongan. Semoga cepet dapet hidayah biar nggak ganggu orang dibawah dia lagi, Fan."
"Iya, Ke. Semoga aja ya."
Aku kagum dengan kedewasaan yang dimiliki Nike. Tak hanya berparas manis, sikapnya pun juga manis. Mungkin banyak pria akan luluh padanya. Aku juga sangat beruntung bisa akrab dengannya banyak hal yang bisa aku pelajari. Bukan hanya dalam segi pekerjaan saja, begitu juga dengan ilmu agama. Meskipun aku blasteran, aku dan keluargaku adalah penganut agama islam.
Aku memfokuskan diriku di depan komputerku dan mulai mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Bukan hanya tugas biasa, aku juga mendapat tanggung jawab untuk mengurus bentuk slogan dan kata-kata penarik minat para konsumen. Aku mendapat kepercayaan ini karena kemampuan menggambar dan merangkai kalimat indah sehingga menarik hati direktur. Itulah yang menjadi salah satu nilai posutif diriku.
Klung! klung! Terdengar nada dering dari ponselku yang merupakan peringatan bahwa ada pesan masuk.
Kumainkan jariku di atas layar ponselku. Dan membuka pesan yang masuk di salah satu aplikasi chatting yang sedang ngetrend saat ini. Tampak kontak yang kunamai 'My mom' sang pengirim pesan, tak lain dan tak bukan adalah dari ibuku tercinta. Kutekankan ibu jariku pada pesan tersebut.
My Mom : Sayang, pulang kerja Mama ke apartemen kamu ya?
Itulah bunyi kalimat yang tertera pada pesan ibuku. Hal tersebut nyatanya tidak membuatku senan, karena jika ibuku berada di apartemenku tidak lain dan tidak bukan beliau akan bertanya tentang pernikahan kembali.
"Oh Tuhan! Selamatkan aku dari kalimat neraka itu ...," gumamku pelan.
****
Selang beberapa waktu berlalu, jam menunjukkan waktu pulang. Dan aku bergegas meninggalkan meja kerjaku, setelah selesai kurapikan. Tanganku mengenggam beberapa berkas yang nantinya aku kuselesaikan di apartemen. Aku berjalan ke arah mobilku berada. Mobil merah pemberian dari ayahku sebagai hadiah ulang tahunku, tepat setelah aku sembuh dari sakit. Mungkin ayah berharap aku bisa lebih bersemangat lagi setelah penderitaan yang aku alami.
Aku kemudikan mobilku perlahan menyusuri jalan-jalan perkotaan. Banyak yang kutemui kemacetan di beberapa titik jalan. Hal itu yang menghambat keinginanku untuk cepat sampai ke istana bonekaku. Sampai akhirnya kutemui jalan yang lumayan lenggang. Aku langsung memacu mobil dengan lebih cepat. Sebenarnya aku cukup penasaran dengan kedatangan ibuku hari ini.
Setelah sampai di kediamanku, aku beranjak naik melalui lift dan menekan tombol untuk lantai sepuluh dimana apartemenku berada. Aku melangkah sedikit tergesa-gesa. Kubuka pintunya perlahan. Tampak ibuku sedang sibuk memasak di dapur. Ibuku memang tahu tentang password kunci apartemenku. Lalu aku menghampiri beliau.
"Hai, Mama," sapaku kepada beliau sembari mendudukkan bokong besarku pada kursi yang berada di dapur.
"Hai juga, Sayang. Capek ya?" tanya beliau kembali.
"Yah lumayan, Mama kenapa ke sini? Masak juga lagi?" Aku memberikan pertanyaan balasan mengenai maksud ibuku datang ke apartemen ini.
"Emang nggak boleh kalau Mama maen?"
"Ya nggak gitu, pasti ada sesuatu kan? Biasanya juga Mama nyuruh aku yang dateng ke rumah kok."
"Em, ... Mama entar malem pengen kamu ketemu kenalan Mama, ya?"
"Haaah?! Nggak mau!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
sita sinaga
penasaran dr judulnya karna aku juga gendut🤣
2023-02-20
1
Gini Antika
nasib kita sama..dulu badanku juga segede gentong, bahkan kakakku membatin gimana nanti apa ada pria yg mau jadi suamiku...tapi aku percaya dng jodoh yg sudah di persiapkan Allah untukku...dan alhamdulillah sumiku ganteng manis setia lagi...kini aku udah nikah hampir 29 tahun
walau pada awalnya aku takut gk percaya apa dia setia sampai tua ?
dan sekarang aku yakin suamiku tipe setia dan sayang dengan semua klebihan tubuhku 😄😄😄😄
2022-12-22
2
Lisstia
mampir thor
2022-09-11
0