SENANDUNG LARA (PEMILIK HATI SANG MAFIA)
Lara berjalan pelan memasuki rumahnya yang sudah gelap gulita. Takut menganggu Ayahnya yang sudah terlelap atau mungkin Ayahnya yang akan meminta uang padanya.
Hari ini Lara pulang tidak membawa uang karena ditengah jalan uangnya di rampas oleh preman jalanan yang mencegatnya.
Beruntung hanya uang yang di ambil oleh para preman itu, tadinya preman yang mencegatnya bahkan ingin memperkosanya namun Lara berhasil kabur.
Setiap hari Lara bekerja sebagai buruh tukang cuci di warung makan pinggir jalan dekat gang rumahnya, hanya itu yang bisa Lara lakukan untuk mencari nafkah karena dirinya yang harus putus sekolah tiga tahun yang lalu.
Langkah kaki Lara harus terhenti saat dirinya baru sampai di depan pintu kamarnya dan tiba tiba lampu rumahnya menyala.
Ayahnya sudah berdiri di samping saklar lampu bersama seorang wanita bernama May, kekasih Ayahnya yang memang sering menginap dirumahnya.
"Uang."
Roy sang Ayah mengatungkan tangan nya meminta uang pada Lara yang menunduk takut.
"Uang!" sekali lagi Roy meminta dengan nada keras.
"Maafkan Lara Ayah..."
May tersenyum sinis, "Dia pasti tidak membawa uang. huh aku buang buang waktu berada di sini."
May melangkahkan kaki ingin pergi namun Roy menahan tangan May, "Sayang, tunggu dulu."
May melepaskan paksa genggaman tangan Roy lalu menatap Roy dengan tatapan cemberut.
"Dimana uangku!" bentak Roy membuat Lara menunduk takut.
"Lara... Lara tidak membawa uang Ayah."
Roy terkejut, Ia menghampiri putrinya lalu melayangkan tamparan pada putri kandungnya itu.
"Dasar bodoh, tidak berguna, bagaimana bisa kamu tidak membawa uang dan berani pulang hah!"
Lara yang tersungkur di lantai menangis ketakutan,
"Sudah ku bilang putrimu itu sangat tidak berguna. sebaiknya kita jual saja pada mafia itu dan kita akan mendapatkan banyak uang." kata May yang langsung membuat Lara menggelengkan kepalanya tak setuju.
"Ku mohon Ayah, jangan jual aku."
"Jika kamu tidak ingin di jual berikan aku uang yang banyak setiap hari!" bentak Roy yang langsung di angguki Lara.
"Lara janji Ayah, mulai besok Lara akan memberikan semua uangnya pada Ayah.''
"Huh, melelahkan dan buang buang waktu saja." kata May beranjak pergi.
Roy menatap Lara kesal sebelum akhirnya Ia mengikuti langkah May,
"Sayang, bukankah kau bilang akan menginap?" Sekali lagi Roy menahan tangan May.
"Lepaskan aku! untuk apa aku menginap jika aku tidak mendapatkan uang." balas May mendorong Roy agar menjauh darinya.
"Bersabarlah sayang. lagipula bukankah setiap hari uang kerja Lara selalu ku berikan padamu, hanya hari ini saja kenapa harus semarah ini?"
May menatap Roy kesal, "Aku butuh uang setiap hari Roy, jika kamu tidak bisa memberikan padaku, aku akan mencari sendiri. jangan halangi aku!"
May kembali mendorong tubuh Roy namun kali ini Roy melawan hingga May tidak bisa bergerak lagi.
"Kau ingin kembali ke tempat pelacuran itu? kau bilang ingin bersama ku apapun yang terjadi tapi apa ini!" Roy tampak marah.
"Maka berikan aku uang setiap hari dan aku bisa bersama mu."
"Baiklah baiklah, tunggu di sini. aku akan mencarikan uang untukmu." kata Roy akhirnya membuat May tersenyum puas.
Sementara itu didalam kamar, Lara menangis. hatinya terasa sangat sakit dengan perlakuan yang Ia terima setiap hari. Selalu begini, selalu seperti ini, Ayahnya berubah sejak Ibunya meninggal sepuluh tahun yang lalu. waktu itu Lara baru berumur sepuluh tahun, melihat ada mobil yang menabrak ibunya hingga meninggal di tempat dan semenjak itu, Ayahnya selalu menyalahkan Lara dan bersikap kejam pada Lara karena Lara penyebab kematian sang Ibu.
"Ibu, sampai kapan aku harus merasakan semua ini?"
Lara memeluk foto ibunya, pengantar tidur setiap malam.
Sementara itu, Roy kini tengah berada di Devil club. Tempat hiburan malam yang terkenal di kota itu. Roy datang untuk menemui Aiden pemilik Devil Club juga pria yang selalu meminjami nya uang disaat Roy butuh.
Roy berdiri didepan pria muda tampan yang duduk sambil menghisap rokoknya.
"Kau butuh uang lagi?"
"Benar Tuan, kali ini sedikit banyak."
"Berapa yang kau butuhkan?" tanya Aiden santai.
"Dua puluh juta Tuan."
Aiden mengangguk, "Lalu apa jaminan mu?"
Roy terdiam cukup lama,
"Jika di total dengan hutangmu yang lalu ada lima puluh juta dan sekarang kau ingin tambah dua puluh juta, aku pikir rumah kecilmu itu tidak cukup untuk dijadikan jaminan." kata Raka tangan kanan Aiden yang juga berada disana.
"Yang aku miliki hanya rumah itu Tuan, jika Tuan meminta yang lain mungkin-"
"Bukan kah kau punya putri?" tanya Aiden yang membuat Roy terkejut.
"Jika di lihat putrimu juga cantik." tambah Raka yang langsung mendapat lirikan tajam dari Aiden.
"Ja jangan Tuan,"
"Jika kau memberikan putrimu mungkin aku akan memberikan seratus juta padamu malam ini juga dan menganggap hutang mu lunas."
Roy terkejut, "Se seratus juta Tuan?" Roy terlihat tak percaya.
Aiden memberikan arahan pada Raka dan segera Raka membawa koper lalu meletakan di meja.
Mata Roy membulat tak percaya saat melihat koper itu berisi uang.
"Akan jadi milikmu dan serahkan putrimu besok pagi. bagaimana?" tawar Aiden.
"Baik Tuan, sa saya kan menyerahkan putri saya besok pagi." mantap Roy membuat Aiden tersenyum puas.
"Tanda tangani perjanjian dulu,"
Raka menyerahkan sebuah map berisi surat perjanjian yang menyatakan jika Roy secara sah menyerahkan Lara untuk Aiden dan tidak akan ada hak untuk mengambilnya kembali meskipun itu Ayah kandungnya.
Dengan cepat Roy membubuhkan tanda tangan nya lalu segera memeluk koper berisi uang miliknya itu.
"Dan bawa ini," Aiden memberikan sebuah paper bag untuk Roy.
"Ini untuk?"
"Berikan pada putrimu, aku ingin dia terlihat cantik dengan gaun itu." kata Aiden yang langsung di angguki Roy.
"Baiklah Tuan,"
Dengan penuh percaya diri, Roy segera keluar dari ruangan Aiden sambil memeluk erat koper berisi uangnya.
"Apa Tuan yakin dengan ini semua?" tanya Raka saat Roy sudah keluar dari ruangan nya.
"Bagaimana jika ketua mengetahui ini?"
Aiden terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab, "Aku tidak akan membiarkan dia tahu."
"Lalu dengan pria itu? apa kita perlu memberikan pelajaran untuknya?"
Aiden menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, kita akan membalas nya nanti."
"Baiklah Tuan,"
"Sekarang sudah waktunya gadis itu bebas, dia sudah menderita cukup lama." kata Aiden yang langsung di angguki Raka.
BERSAMBUNG...
Selamat datang di cerita terbaru ku... selamat membaca dan semoga kalian suka..
Seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak like vote dan komen untuk membantu author agar selalu semangat menulis.
terimakasih banyak untuk semuanyaa...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Neng Nong Alisya
sll mampir, walau jarang koment to klo like TDK pernah ktinggalan
2022-09-07
2
3 semprul
mampir...
2022-08-20
0
djati ibrahim pahlevi
kaya nya seru..nudah"an sesuai harapan pembaca..tetep mampir di karya mu thor
2022-08-02
0