Raka mengajak Friska memasuki mobil setelah keluar dari Villa. Ia segera melajukan mobilnya meninggalkan Villa milik Aiden.
Berkali kali Raka mendengar helaan nafas Friska membuatnya tersenyum,
"Apakah melegakan sayang?"
Friska mengangguk, "Aku pikir Tuan benar benar akan menembak ku tadi." kata Friska matanya masih berlinang.
Raka menepikan mobilnya, Ia menghentikan mobilnya dan memeluk Friska, "Sudah, semua sudah berakhir. Aku percaya Tuan tidak akan menyakitimu hanya saja nanti mungkin kamu akan sulit mendapatkan kepercayaan dari Tuan lagi."
Friska mengangguk paham, dirinya memang sudah mengecewakan jadi sudah sepatutnya Ia tidak akan mendapatkan kepercayaan dari Tuan Aiden lagi.
Raka melepaskan pelukan nya, Ia memegang kedua pipi Friska, "Mulai saat ini aku akan melindungimu dan kamu harus menceritakan apapun yang menjadi masalahmu." kata Raka membuat Friska tersenyum lalu memeluk Raka.
"Terima kasih, terima kasih untuk segalanya."
Tiga jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di devil club.
"Kau yakin tidak akan menginap?" tanya Friska pada Raka.
"Tidak, aku mungkin akan kembali ke Villa karena besok cuti ku sudah habis."
"Menginaplah, kembali ke Villa besok pagi."
"Tidak sayang, aku mungkin harus memperbaiki hubunganku dengan Tuan Aiden setelah kejadian hari ini."
Friska akhirnya mengerti walaupun sedikit kecewa, "Baiklah, maaf sudah membuatmu ikut mengalami masalah ini."
"Tidak apa apa. katakan jika ada sesuatu yang mencurigakan." kata Raka yang langsung di angguki Friska.
Raka mengantar Friska sampai kamar setelah itu Ia pergi meninggalkan devil club untuk kembali ke Villa.
Friska baru saja selesai mandi, Ia merasa sangat segar juga lega karena akhirnya Raka dan Aiden mengetahui semuanya.
Aiden tidak seburuk yang Ia kira, jika saja waktu bisa diputar Ia memilih mengadukan nasibnya pada Aiden waktu itu dari pada harus mengkhianati Aiden.
Friska membuka pintu kamar mandi, Terkejut melihat beberapa orang berada di kamarnya.
"Kau sudah menyelesaikan urusanmu hari ini cantik?" suara pria tua yang sangat Ia kenali membuat tubuhnya bergetar seketika. Hutama, dia Hutama yang saat ini berada di kamarnya bersama beberapa pengawalnya.
Friksa ingin kembali masuk ke kamar mandi namun salah satu pengawal Hutama menahan pintu kamar mandi hingga Ia tidak bisa menutupnya.
Rambut Friska ditarik dan Ia dilempar hingga jatuh tepat didepan kaki Hutama.
"Liburanmu hari ini sangat menyenangkan bukan?" Hutama tersenyum yang entah mengapa senyuman Hutama membuat Friska semakin takut.
"Ampuni aku Tuan, ku mohon ampuni aku. aku tidak ingin melakukan nya lagi. Aku tidak akan mengkhianati Tuan Aiden lagi."
Friska memohon pada Hutama membuat Hutama tertawa.
"Jadi kekasihmu Raka ya? dia tampan juga bagaimana jika sampai dia melihat tubuhmu ini di jamah oleh banyak pria, apa dia masih tetap mencintaimu?"
Friska mulai menangis, "Ampun Tuan, jangan lakukan itu ku mohon."
"Lalu apa yang harus ku lakukan sekarang? haruskah aku membunuhnya agar kamu bisa kembali menjadi mata mata untuk ku?"
Friska menggelengkan kepalanya, "Tidak, jangan. lebih baik kau bunuh saja aku jangan sakiti Raka."
Hutama tersenyum, "Kau meminta nya sendiri? kau yakin tidak ingin hidup dan menikmati uang yang akan kuberikan padamu?"
Friska kembali menggeleng, "Aku yang bersalah di sini, biarkan aku mati dan jangan sakiti siapapun lagi."
"Baiklah jika itu permintaan mu, aku pasti tidak bisa menolak."
Hutama tersenyum, menatap salah satu anak buahnya dan memberikan kode yang langsung diangguki anak buahnya.
"Maafkan aku Raka, maafkan aku. aku sangat mencintaimu." gumam Friska sangat pelan lalu menangis.
Sementara itu, entah apa yang terjadi Raka mendadak menghentikan mobilnya, Ia merasakan nyeri di jantungnya dan sesak di dada nya.
"Ada apa ini? apa yang terjadi?" gumam Raka mendadak air matanya mengalir tanpa sebab.
Raka mengambil botol air mineral lalu menegaknya sampai habis.
Setelah perasaan nya lebih baik, Raka kembali melajukan mobilnya menuju villa.
Sementara itu, Lara kini berada didepan kamar Aiden sambil membawa segelas susu hangat. Ia ingin masuk namun terasa ragu mengingat mood Aiden sedang tidak baik, takut membuat Aiden semakin marah.
Lara baru ingin mengetuk pintu, Aiden sudah lebih dulu membuka pintu membuat keduanya sama sama terkejut.
"Aku hanya ingin mengantar susu hangat."
"Masuk lah." Aiden memberikan jalan untuk Lara memasuki kamar Aiden.
"Kamu mau keluar?" tanya Lara memberikan susu hangatnya pada Aiden.
"Tidak,"
Aiden meneguk susu hangat buatan Lara hingga habis. "Rasanya tidak semanis susu yang itu." gumam Aiden sambil melirik dada Lara.
"Aku akan keluar sekarang." Lara terlihat panik dan berniat keluar namun Aiden sudah mencekal tangan nya.
"Tuan ku mohon, jangan lakukan lagi." pinta Lara sudah ketakutan.
Aiden tersenyum, Ia mendekatkan wajahnya hampir mencium bibir Lara namun sayangnya suara ketukan pintu mengejutkan keduanya.
"Sial, penganggu!"
Kesempatan Lara untuk kabur, keluar dari kamar Aiden.
Didepan kamar sudah ada Mbok Nah yang berdiri kebingungan melihat Lara berlari keluar kamar.
"Den Raka menunggu di ruang kerja Tuan." kata Mbok Nah yang langsung di angguki Aiden.
Aiden sempat melihat Lara memasuki kamarnya dan menjulurkan lidah padanya membuat Aiden tak kuasa menahan senyumnya.
"Dasar bocah."
Aiden memasuki ruang kerja nya dimana ada Raka disana menunggu dirinya.
"Apa yang kau pikirkan? mengapa wajahmu kusam padahal aku sudah membiarkan kekasihmu tetap hidup." Kata Aiden duduk didepan Raka.
"Entahlah Tuan, sejak saya kembali kesini perasaan saya sangat cemas."
Aiden mengerutkan keningnya, "Apa kau mengantar Friska dengan selamat?"
Raka mengangguk, "Bahkan sampai kamarnya."
"Kau yakin tidak ada yang mencurigakan?"
"Tidak Tuan, banyak penjaga disana saya pikir Friska aman." kata Raka.
Aiden tersenyum, "Sejak kekasihmu mengkhianati ku, aku sudah tidak mempercayai semua orang yang ada di club itu."
"Apa Tuan juga tidak mempercayaiku?"
"Awalnya, tapi sepertinya sekarang aku berubah pikiran." kata Aiden membuat Raka tersenyum.
"Saya menemukan ada beberapa alat penyadap di mobil kita juga ruang kerja Tuan, saya langsung menyelidiki dan ternyata Friska pelaku nya. saya juga tidak menyangka Tuan karena selama saya dekat dengan Friska tidak pernah menunjukan gelagat aneh pada Friska." jelas Raka.
"Aku yakin tidak hanya Friska, pasti ada orang dalam lagi yang membantunya. Rasanya aku ingin melepaskan devil club."
"Jangan Tuan, bukankah Devil Club milik Tuan, usaha yang sudah Tuan rintis dari nol, lebih baik kita mencari pengkhianat lainnya dan menyingkirkan nya." saran Raka.
"Itu sama sekali tidak akan berhasil, pasti akan ada korban selanjutnya lagi. Hutama tidak akan melepaskan orang orangnya dengan mudah."
Raka akhirnya mengangguk paham, penghalang kebahagiaan Aiden adalah Hutama Ayah angkatnya sendiri.
"Lalu kita harus baga-"
Ucapan Raka terpotong kala ponselnya berdering, Ia mengambil ponsel miliknya dan melihat panggilan dari Friska.
"Angkat saja dulu." kata Aiden yang langsung di angguki Raka.
"Ada apa Fris?"
Tangan Raka mendadak bergetar hingga Ia menjatuhkan ponselnya.
"Ada apa?"
Bersambung...
jangan lupa like vote dan komennn
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
adiah diah
Jangan sampai friska di nodai para pengawal hutama yah thor jangan sampai 😭😭😭
2022-08-04
0
Eka Bundanedinar
mati g ya friska
2022-08-04
0
shyafira fitri
Kasihan Friska jgn bikin mati lah thor,,
2022-08-04
0