Lara membuka matanya, mendengar suara burung berkicau menandakan jika hari sudah pagi.
Lara melihat di sampingnya sudah tidak ada Aiden padahal Ia ingat semalam Ia berpelukan dengan Aiden hingga tertidur. Mengingat itu membuat Lara tersenyum.
"Kenapa aku malah tersenyum? seharusnya aku membenci nya karena dia sudah memperkosa ku!" gumam Lara dan kembali tersenyum lagi.
Lara menyibak kan selimutnya dan berdiri untuk ke kamar mandi. Anehnya Lara sudah tidak merasakan sakit lagi di bawah sana. Ajaib karena kemarin Ia masih merasakan sakit dan sekarang sembuh seketika.
Keluar dari kamar mandi, Lara membersihkan wajahnya menggunakan tisu lalu membuangnya di tempat sampah. Tak sengaja Lara melihat ada tub salep yang terbuang di tempat sampah. Penasaran Lara mengambil tub itu, Ia merasa tidak mengunakan salep apapun selama tinggal di sini.
Lara membaca tulisan di tub salep itu dan terkejut ternyata salep untuk meredakan peradangan di area sensitif milik wanita. Seketika Lara memeganggi miliknya,
"Jangan jangan dia... ck kenapa tidak menyuruhku melakukan sendiri, pantas saja rasanya sudah tidak sakit. Dasar pria mesum."
Antara kesal dan geli namun akhirnya bisa membuat Lara tersenyum dan pipi nya memerah malu.
Pintu kamar terbuka, tampak Risa memasuki kamarnya, "Nona di minta keluar untuk sarapan." kata Risa dengan suara datar, tidak seperti biasanya yang terdengar ramah.
"Apa Tuan masih di sini?"
Risa menggelengkan kepalanya, "Tuan sudah berangkat sejak subuh tadi."
Wajah Lara berubah lesu,
"Apa Nona kecewa?" tanya Risa membuat Lara menatap Risa tak mengerti maksud dari ucapan Risa.
"Nona kecewa karena Tuan sudah berangkat bahkan Nona belum melihat wajah Tuan pagi ini." kata Risa yang masih saja membuat Lara tak mengerti.
"Lalu bagimana dengan saya? bagaimana dengan saya yang harus kehilangan calon suami saya bahkan di bunuh tepat didepan mata saya!" ucap Risa meninggikan suara nya membuat Lara akhirnya paham jika yang di maksud Risa adalah Nathan.
"Nathan adalah calon suami mu?"
"Ya benar Nona, tahun depan kami akan menikah namun karena keegoisan Nona membuat ku kehilangan Nathan untuk selama lamanya, apakah Nona sudah puas sekarang?"
Deg... jantung Lara berdegup kencang, tangan nya terasa bergetar, Ia tak menyangka jika Risa dan Nathan adalah sepasang kekasih dan barulah Lara ingat saat Aiden menembak Nathan, Risa menjerit histeris dan langsung pingsan. Sekarang Lara menjadi tahu alasan nya.
"Ma maafkan aku Risa, aku benar benar tak ingin membuatnya menjadi seperti ini, aku tidak menyangka jika-"
"Sudahlah Nona, nasi sudah menjadi bubur. mau semarah apa aku pada Nona juga tidak akan membuat Nathan kembali disini."
"Namun tetap ingatlah Nona, sebaik apapun Tuan pada Nona jika Nona melakukan kesalahan, orang rendahan seperti kami yang akan menjadi korban nya." kata Risa lalu keluar dari kamar Lara.
Mendengar ucapan Risa membuat Lara tak mampu menopang tubuhnya sendiri hingga Ia jatuh ke lantai.
"Orang seperti kami, bahkan aku juga pernah menjadi orang seperti kamu Risa. Orang miskin yang selalu di tindas dan di salahkan bahkan saat kita tidak melakukan kesalahan." gumam Lara mengingat sebelumnya Ia hanyalah seorang yang bekerja di rumah makan. Pekerjaan sebagai pencuci piring dengan gaji yang sangat sedikit tidak sepadan dengan pekerjaan nya yang berat.
"Aku bahkan pernah merasakan di posisi ini tapi kesombongan ku membuatku silap dan akhirnya terjadi seperti ini." Lara tak kuasa menahan tangisnya dan akhirnya menangis.
"Maafkan aku... Maafkan aku." gumam Lara di sela tangisnya.
Sementara itu diluar, Keadaan Aiden juga tidak baik baik saja.
Ada banyak masalah di club malamnya yang membuatnya harus berurusan dengan polisi. Pihak tak bertanggung jawab melakukan transaksi narkoba di club malam miliknya membuat dirinya di panggil pihak kepolisian namun belum sempat Ia menyelesaikan urusan nya, Hutama dan anak buahnya sudah keluar dari kantor polisi.
"Ayah sudah menyelesaikan nya, segera ke rumah untuk berbicara dengan Ayah." kata Hutama lalu pergi meninggalkan Aiden yang masih berdiri didepan kantor polisi.
"Kita tidak masuk Tuan?" tanya Raka yang berada disamping Aiden.
"Kau tidak dengar, pria tua itu sudah menyelesaikan nya." kata Aiden mengepalkan tangan nya lalu berjalan memasuki mobil.
Raka menghela nafas panjang sebelum akhirnya Ia mengikuti langkah Aiden memasuki mobil.
Kini Aiden sudah berada di istana mewah milik Hutama. Ia masuk ke dalam nya dan langsung menuju ruang kerja Hutama.
"Lebih cepat dari perkiraan ku." gumam Hutama saat Ia sudah berada didalam ruangannya.
"Duduk lah son, sudah lama kita tidak bicara dan minum bersama." ajak Hutama yang sudah duduk disofa sambil membawa gelas anggur di tangan nya.
Aiden menurut, Ia duduk tepat didepan ayahnya duduk.
"Kau ingat besok hari kematian ibumu?"
Aiden mengangguk, Ia tak pernah melupakan hari penting itu, hari dimana orang yang sangat berjasa di hidupnya meninggalkan dunia untuk selama lamanya.
"Besok kita akan memperingati hari kematian ibumu juga pertemuan dengan calon istrimu untuk membahas rencana pertunaganmu." kata Hutama.
"Baik."
"Dan apa yang membuat mu sibuk akhir akhir ini hingga semua masalah ini terjadi di club malam milikmu? beruntung Ayah dan kepala polisi berteman dengan baik jadi bisa menutup kasus ini,"
"Tidak bisa kah Ayah percaya padaku untuk menyelesaikan masalah ku sendiri?" tanya Aiden.
Hutama terbahak, "Kau ini masih kecil dan lemah, tidak akan mungkin menyelesaikan masalah kecil ini dengan mudah." ejek Hutama meremehkan membuat Aiden mengepalkan tangan nya. Ia benar benar membenci pria tua bangka yang ada didepan nya ini.
"Sebaiknya kau selesaikan urusan mu dengan gadis itu, Ayah tidak ingin dia menjadi penghalang untuk masa depan mu atau mungkin Ayah yang akan mengurus gadis itu sendiri?" Ancam Hutama.
"Lebih baik Ayah fokus memikirkan bisnis Ayah, jangan ikut campur dengan bisnisku atau dengan wanita ku. aku bisa mengurusnya sendiri." Kata Aiden berdiri lalu keluar dari ruangan Hutama.
Hutama menatap punggung gagah Aiden, Ia tertawa sebelum akhirnya melemparkan botol anggur ke dinding, "Anak itu sudah mulai berani padaku!"
Aiden memasuki mobilnya,
"Kita ke club."
Raka mengangguk dan melajukan mobilnya menuju devil club milik Aiden.
Sampai di club, Aiden bahkan tidak bisa konsen dengan pekerjaan nya. Ia merasa ada banyak pengkhianat disekitarnya yang bekerja sama dengan Hutama untuk menjadi mata mata Hutama.
Aiden akhirnya mempercayakan semua urusan club pada Friska dan Ia memilih pulang ke Villa.
Selama perjalanan, Aiden menatap Raka. selama ini apapun yang Aiden lakukan hanya Raka yang mengetahui semuanya. Aiden mempercayakan semua pada Raka dan sekarang haruskah Aiden mencurigai Raka?
"Apa terjadi sesuatu Tuan?" tanya Raka yang langsung membuat Aiden mengalihkan pandangan nya.
"Tidak ada."
BERSAMBUNG
Jangan lupa like vote dan komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Eka Bundanedinar
memang musuh selalu berteman baik dng kita aiden bahkan sangat dekat
2022-07-29
1
adiah diah
Makin seru nih ceritanya, lanjut thor.
2022-07-29
0
Irma Murniati
seru nih cerita ky nya bakal ada nangis Bombay👍
2022-07-29
0