May terkejut melihat Roy datang membawa koper juga sebuah paper bag bermerek salah satu butik yang cukup terkenal.
May segera mengambil paper bag dari tangan Roy dan mengetahui isinya sebuah gaun yang sangat cantik.
"Apa ini untuk ku sayang?" tanya May penuh percaya diri mencoba gaun yang sangat mewah itu.
"Bukan, itu untuk Lara."
May langsung saja cemberut, "Kau hanya membelikan Lara tanpa membelikan aku?" protes May.
"Tidak, bukan aku yang membeli itu."
"Lalu siapa dan apa isi koper itu?"
"Duduklah, kamu pasti senang melihat isinya,"
May akhirnya duduk disamping Roy, keduanya membuka koper itu bersama dan langsung saja membuat May tersenyum lebar melihat isi koper itu.
"U uang? dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak ini?" tanya May mengambil beberapa gepok uang dan melihat keaslian uang itu.
"Ini benar benar uang asli." kata May tertawa bahagia.
"Berikan baju itu untuk Lara dan kita bisa membeli baju yang lebih bagus dari itu besok pagi." kata Roy yang kembali membuat May cemberut.
"Putrimu tak pantas mengenakan gaun mewah ini!"
"Gaun ini bukan dari ku, tapi dari Tuan Aiden."
May terkejut, "Kau... Apa kau menjual putrimu?"
Roy mengangguk, "Aku akan melakukan apapun untuk menyenangkan mu, jadi jangan kembali pada pekerjaan mu dulu, aku tidak akan setuju."
May tersenyum, "Baiklah sayang, jika kamu memberikan uang padaku, mana mungkin aku kembali menjadi pelacur, lebih baik disini bersama mu."
Roy memeluk May, saat ini kebahagiaan nya adalah May. sejak Rena istrinya meninggal sepuluh tahun yang lalu, Roy tidak pernah merasakan bahagia lagi namun semuanya berbeda saat Ia bertemu dengan May. dan Roy tidak akan melepaskan May sampai kapanpun meskipun usia May seumuran dengan Lara namun Roy tidak peduli.
"Jika Lara bekerja di devil club, kita bisa meminta uang setiap hari karena penghasilan disana sangat besar." kata May yang juga pernah bekerja di devil club.
"Ya kau benar sayang, kita bisa menikmati hari tua bersama dirumah dan biarkan Lara yang mencari uang untuk kita."
May mengangguk setuju, "Oh sayang, aku benar benar mencintaimu." May memeluk Roy.
"Ya aku pun juga begitu."
Tengah malam, Roy mengetuk pintu kamar Lara dan tak berapa lama Lara keluar dengan wajah mengantuk.
"Apa Ayah menganggu?" tanya Roy dengan suara lembut membuat Lara terkejut.
Lara menepuk nepuk pipinya, Ia juga mencubit tangan nya sendiri merasa jika pria yang di depan nya itu bukan Ayahnya.
"Ada yang ingin Ayah bicarakan."
Lara mengangguk, keduanya duduk di ruang tengah untuk berbicara.
Roy memberikan paper bag pada Lara.
"Besok hari peringatan meninggalnya Ibumu yang ke sepuluh tahun, Ayah ingin kau mengenakan baju itu dan Ayah ingin mengajakmu ke suatu tempat."
"Ayah ingat?" Lara tampak tak percaya, setelah sepuluh tahun lamanya akhirnya Roy mengingat hari itu padahal biasanya Roy selalu acuh jika Lara mengingatkan hari kematian sang Ibu.
"Ayah ingat dan selalu ingat. Ayah minta maaf sudah bersikap buruk padamu selama ini. dan Sekarang Ayah ingin memperbaiki semuanya."
Lara mengangguk, Ia sangat senang dan bersyukur akhirnya Roy menyadari kesalahannya.
"Aku yang salah Ayah, aku tidak bisa menjadi putri yang baik untuk Ayah. maafkan Lara Ayah." kata Lara.
Roy mengangguk, "Sudah sebaiknya kau segera tidur. jangan lupa merias wajahmu agar terlihat cantik besok pagi dan jangan pergi bekerja, kau harus minta libur." kata Roy yang langsung di angguki Lara.
Roy berdiri, berjalan meninggalkan Lara dan tersenyum puas.
"Ayah..." suara panggilan Lara menghentikan langkah Roy.
"Terima kasih untuk gaun nya."
Roy mengangguk tanpa menatap Lara, Ia kembali berjalan memasuki kamarnya.
Dengan hati senang, Lara membawa paper bag itu ke kamarnya. Tak lupa Ia mencoba nya lebih dulu.
"Bagus sekali pasti harganya sangat mahal. dari mana Ayah mendapatkan uang untuk membeli ini?" gumam Lara.
"Sudahlah, jangan pikirkan itu yang terpenting sekarang Ayah sudah berubah." kata Lara sambil tersenyum bahagia.
Paginya, Lara bangun lebih awal dari biasanya. Ia menyiapkan sarapan spesial untuk sang Ayah juga mempersiapkan diri merias wajahnya agar terlihat cantik hari ini.
Lara sudah siap, Ia menunggu Ayahnya di meja makan untuk sarapan bersama namun nyatanya Ayahnya tak kunjung keluar.
Hingga tiga puluh menit, barulah Ayahnya dan juga May keluar dari kamar sudah rapi mengenakan baju bagus.
"Ayah tidak sarapan?"
May melirik menu makanan dimeja makan, "Sayang, aku tidak selera." kata May manja.
"Baiklah kita makan di luar saja." kata Roy.
"Lalu bagaimana denganku Ayah?" tanya Lara yang tampak bingung.
"Tunggulah di rumah sebentar, aku ingin membeli beberapa baju untuk May karena hari ini May akan ikut." kata Roy yang langsung membuat Lara kecewa.
"Kenapa dia harus ikut?"
"Memang kenapa? aku tidak boleh ikut?" sentak May dengan nada tak suka.
"Bu bukan begitu." Lara menunduk takut jika Ayahnya akan marah karena dia membuat kesal May.
"Sudah, jangan diperpanjang lagi. sebaiknya kita segera berangkat dan ingat Lara, tunggu di rumah sampai aku kembali." kata Roy yang akhirnya di angguki Lara.
Roy membawa May keluar rumah, hati Lara yang tadinya bahagia kini kembali sedih. sepuluh tahun lamanya dan kali pertama Ayahnya mengingat tentang mendiang ibunya lalu mengapa sang Ayah harus membawa wanita lain? sangat mengecewakan untuk dirasakan.
Lara tertunduk lesu, dengan malas Ia menyuapkan nasi goreng buatanya sendiri. seharusnya Ayah nya berada disini, sarapan bersama dan menikmati nasi goreng buatan nya namun May lebih penting untuk Ayahnya dari pada dirinya yang hanya bisa membuat kesal saja.
"Kau lihat, gaun yang di pakai Lara sangat indah, aku menginginkan gaun itu!" kata May dengan nada kesal saat keduanya memasuki taksi.
"Aku tahu, kita bisa mencari di toko yang sama kenapa harus marah." kata Roy tampak sabar menghadapi May yang memang masih kekanakan.
"Pokok nya hari ini aku harus mendapatkan banyak barang mewah." kata May.
"Apapun untuk mu sayang."
Taksi yang mereka tumpangi berpapasan dengan beberapa mobil mewah yang memasuki gang tempat tinggalnya,
"Apa itu mobil anak buah Aiden?" tanya May.
"Sepertinya iya."
"Bagus, jadi Lara bisa segera pergi dari rumah itu." kata May yang hanya di angguki Roy.
Lara baru selesai mencuci piring, ada suara ketukan pintu yang sangat keras membuatnya keluar untuk membuka pintu.
Dan betapa terkejutnya Lara melihat banyak pria berbadan kekar yang berada didepan rumah.
"Siapa kalian?" tanya Lara dengan tangan gemetar takut.
"Apa kamu gadis bernama Lara?" tanya salah satu dari pria kekar itu.
Lara mengangguk pelan, "Ada apa?"
"Sudah waktunya, kamu harus ikut kami Nona."
Lara tampak terkejut, Ia tak mengerti dengan ucapan Para pria itu. Lara mencoba menutup pintu namun sayangnya gagal karena ditahan oleh salah satu pria itu.
"Siapa kalian? untuk apa aku harus ikut dengan kalian!" bentak Lara memberanikan diri.
"Jadi kau belum tahu? ayahmu sudah menjualmu tentu saja kau harus ikut dengan kami."
Deg ...jantung Lara terasa ingin berhenti berdetak saat ini juga.
Ayah..
Kenapa Ayah tega?
Bersambung...
Jangan lupa like vote dan komenn
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
3 semprul
awal yg menarik..
2022-08-20
0
raditha astriani
uangnya abis kapok lo mo kasi apa lagi buat perempuan itu..ya Allah gemes bener
2022-08-07
0
Susi Andriani
ayah biadab
2022-07-30
0