Friska baru saja selesai mandi, Ia merasa aneh dengan dirinya yang mendadak tidur saat bersama Raka padahal biasanya dia tidak seperti itu. Namun Ia tidak menaruh curiga sama sekali, pikiran nya hanya mungkin karena dia kelelahan. Dan yang membuat Friska berubah pikiran saat Ia membuka lemari dan menemukan keadaan laptopnya yang sedikit terbuka, berbeda dari sebelumnya.
Friska yakin jika Ia meletakan laptopnya dalam keadaan yang baik namun mengapa sekarang terlihat sangat berantakan?
Friska mengambil laptopnya lalu membuka isinya, tidak ada yang hilang membuat Friska lega karena Ia akan mendapatkan uang dengan ini, Ya dengan cara ini.
Friska menutup laptopnya, Ia segera berganti baju karena harus segera keluar menjaga club malam.
Friska mengambil ponselnya sebelum keluar, dan Ia kembali terkejut saat melihat ponsel itu dalam keadaan mati.
"Rasanya aku tidak pernah mematikan ponsel ku, apa baterainya habis?" gumam Friska menyalakan ponselnya yang sengaja Ia tinggal di laci dan saat menyala baterai ponsel itu masih penuh.
"Ck, apa sudah mulai error." gerutu Friska mengantongi ponselnya lalu keluar untuk bekerja.
Sementara itu, sampai di Villa, Aiden segera menuju ke kamar Lara dimana Lara sudah terlelap tidur.
Entah mengapa hanya menatap wajah Lara saja membuat mood Aiden kembali membaik setelah pertemuan dengan Adira dan keluarganya yang sempat membuatnya sangat kesal dan muak.
Aiden segera mandi dan setelah mandi Ia langsung berbaring disamping Lara. Ia memeluk Lara dari belakang.
Meskipun berada disamping Lara membuatnya harus menahan diri agar tidak melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
"Kamu akan tidur disini lagi?" suara serak Lara terdengar, Aiden sudah menganggu lelap tidur Lara.
"Ya, aku ingin di sini semalam bersama mu."
Lara menghela nafas panjang, "Kenapa melakukan ini padaku?"
"Apa maksudmu?"
"Kenapa harus melakukan ini padaku? kenapa tidak membiarkan aku melakukan hal yang lain."
"Jadi kau ingin menjadi pelacur di club malam ku?" tanya Aiden yang membuat Lara terkejut.
"Bu bukan seperti itu, dari pada menjadi pelacur aku lebih suka menjadi asisten rumah tangga mu." Jelas Lara.
Aiden tersenyum, "Asisten rumah tangga tidak menghasilkan uang untuk ku, tahukah kamu itu dijual oleh Ayahmu dan tentu saja aku harus mengambil keuntungan dari itu." kata Aiden yang entah mengapa membuat hati Lara terasa sakit.
Dijual? ya memang benar dirinya di jual oleh sang Ayah dan sepertinya sudah sepatutnya Aiden melakukan ini padanya.
"Jadi, apa aku akan menjadi pelacur pribadimu?" tanya Lara.
Aiden menghela nafas panjang, Ia membalikan tubuh Lara hingga bisa melihat tatapan mata Lara yang begitu terluka, "Jika kamu mengatakan ini karena protes masalah kemarin aku minta maaf, sudah membuatmu melakukan hal yang tidak ingin kamu lakukan." kata Aiden yang entah mengapa membuat Lara tak tahan dan menangis.
"Kau kau memperkosa ku dan tidak mengatakan apapun lagi padaku,"
Aiden tak tahan melihat Lara menangis, rasanya Ia juga ikut terluka. Aiden memeluk Lara, "Aku sudah bilang padamu agar menjadi gadis penurut dan kamu malah menjadi pembangkang, membuatku sangat marah."
"Sejak awal kedatangan mu, aku mencoba menahan diri agar tidak melakukan itu namun kamu yang memaksaku menjadi seperti itu." kata Aiden membuat Lara menghentikan tangisnya.
"Kamu saja yang cabul."
Ucapan Lara tentu saja merubah suasana, dari tegang menjadi geli. Aiden tertawa mendengar ucapan Lara.
"Hey, kau pikir aku sudah tua. mengatakan cabul seolah olah aku tua dan kamu masih anak kecil." protes Aiden.
"Memang benar kamu sudah tua kan?"
Aiden mengangguk, Ia akui memang perbandingan umurnya dan Lara hampir lima tahun.
"Pria cabul menyebalkan." ucap Lara dengan tatapan sebal yang entah mengapa malah membuat Aiden tertawa.
"Jangan melakukan itu lagi, ku mohon." kata Lara.
Aiden kembali membawa Lara ke dalam pelukan nya, "Selama kamu jadi gadis yang baik dan penurut, aku tidak akan melakukan apapun yang menyakitimu." balas Aiden.
"Lalu sampai kapan aku harus berada disini?"
Aiden terdiam cukup lama,
"Sampai kapan?" Lara tak sabar menunggu jawaban Aiden.
"Sampai aku bisa merubah status mu dan kamu bisa keluar dari sini."
"Status seperti apa?" tanya Lara masih tidak mengerti dengan ucapan Aiden.
Aiden mencubit pipi Lara, "Kenapa kamu terlalu cerewet malam ini huh!"
Lara tersenyum, "Aku hanya bertanya."
"Jangan banyak bertanya!"
"Kenapa?" tanya Lara terlihat mengemaskan membuat Aiden merasa gemas dan akhirnya mencium bibir Lara.
"Hey, kau mengatakan tidak akan melakukan lagi." protes Lara.
"Hanya ciuman seperti ini, kau tidak harus melarangku gadis kecil." balas Aiden terus menciumi pipi Lara.
Lara memberontak dan menjauh, "Dasar pria cabul."
Aiden tertawa, kembali menyeret tubuh Lara dan memeluknya, Entah mengapa hanya seperti ini membuatnya sangat bahagia apalagi Ia juga melihat senyuman Lara.
"Aku lapar, buatkan aku sesuatu." pinta Aiden saat keduanya sama sama diam.
"Bagaimana aku akan membuatkan makanan jika kamu terus memeluk ku seperti ini?"
Aiden tertawa, Ia melepaskan pelukan nya dan membiarkan Lara bangun, "Ingin makan apa?"
"Apa saja."
Lara mengangguk, Ia segera pergi ke dapur dan di buntuti oleh Aiden.
Lara melihat tidak ada apapun yang di kulkas yang bisa dimasak, Ia akhirnya mencari di tempat lain dan menemukan mie instan.
"Sepertinya Mbok Nah belum belanja, hanya ada Mie instan, apa kau mau?" tanya Lara memperlihatkan bungkus mie instan.
"Apa tidak ada yang lain."
Lara terkejut, "Kenapa? memang kau tidak suka makan mie instan?"
Aiden menggeleng, "Aku belum memakan nya, ibuku melarang makan mie instan."
"Aku akan membuatkan untukmu dan kau pasti akan ketagihan nanti." kata Lara bergegas memasak mie instan, makanan yang menjadi pengganjal perutnya setiap hari saat masih tinggal bersama Ayahnya.
Satu mangkuk mie instan di hindangkan dimeja,
"Kenapa warna nya merah?"
"Karena aku memberinya saos, cobalah." Lara mengulurkan sendok berisi kuah mie instan.
Sedikit ragu, Aiden akhirnya mencicipi kuah mie instan itu.
"Bagaimana rasanya?" tanya Lara tampak penasaran.
Aiden tak menjawab dan langsung menyeruput mie instan buatan Lara,
"Pasti enak kan? kau sangat lahap." kata Lara penuh percaya diri.
"Aku baru tahu ada makanan dengan rasa seperti ini." ungkap Aiden dengan mulut penuh.
Lara tertawa, "Tidak akan ada yang menolak makan mie instan, habiskan, jika kurang aku akan membuatkan lagi." kata Lara yang di angguki oleh Aiden.
"Aku kenyang," kata Aiden setelah menghabiskan semangkuk mie.
Lara mengulurkan air minum pada Aiden yang langsung di teguk habis oleh Aiden.
"Sekarang aku ingin tidur."
"Aku juga sudah mengantuk," kata Lara.
Aiden berjalan menuju kamar Lara, "Kenapa kau kesini lagi?" protes Lara.
"Aku ingin tidur denganmu."
Lara menghadang pintu kamarnya, "Tidak boleh!"
"Hanya tidur, aku tidak akan melakukan apapun." kata Aiden yang akhirnya membuat Lara menyerah dan membiarkan Aiden masuk ke dalam.
BERSAMBUNG...
maafkeun gays... abis liburan ngga smpet update hehehe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Eka Bundanedinar
semoga g seperti namanya lara trs
2022-08-03
0
adiah diah
Kok rasanya sesak yah dengar lara bilang pelacurnya pribadinya aiden 😢😢
2022-08-02
0
Monica
semoga kejadian mlm itu membuat Lara hamil..biar tmbh seru ya thor😁...maafkan kompor meleduk ini ya thor🤭🙏
2022-08-02
0