Pagi hari, Aiden merasakan perutnya melilit terasa sangat sakit membuatnya tidak bisa bangun padahal sudah subuh, waktunya untuk bangun dan segera pergi ke kota.
Aiden mengambil ponselnya yang berada dimeja, Ia lihat disamping Lara masih terlelap. Aiden mencari kontak Raka namun Ia urungkan Ia mencari kontak Devan,
"Datang ke tempat ku sekarang!"
"Ada apa? apa gadis itu kau perkosa sampai bengkak lagi?" suara Devan terdengar masih mengantuk.
"Jangan banyak protes, datang sekarang!" kata Aiden langsung mengakhiri panggilan.
"Sialan kenapa bisa sesakit ini!" Aiden meremas perutnya yang terasa melilit.
"Ada apa?" suara Lara terdengar dan ikut bangun untuk melihat Aiden.
"Tidak apa, tidurlah lagi."
"Tunggu, wajahmu pucat. kau sakit?" Lara tampak terkejut melihat wajah pucat Aiden.
"Tidak, aduh..." tanpa sadar Aiden meringgis kesakitan sambil terus meremas perutnya.
"Kau benar benar sakit. berbaringlah, aku akan membawakan air hangat untukmu." kata Lara bergegas turun untuk mengambil air minum hangat.
Lara kembali dengan segelas air minum hangat, Ia membantu Aiden untuk minum air hangat itu.
"Apa yang terjadi? kenapa tiba tiba sakit seperti ini." kata Lara dengan wajah khawatir.
Aiden tersenyum, "Kau mengkhawatirkan aku?"
"Ck, jangan bercanda!" kesal Lara memukul pelan lengan Aiden membuat Aiden kembali mengaduh meskipun sebenarnya tidak sakit.
"Aku sakit dan kamu malah memukulku."
"Maaf, aku reflek." Lara mengelus lengan Aiden yang baru saja Ia pukul.
"Mana lagi yang sakit?" tanya Lara berpindah ke perut Aiden. "Apa di sini?" tanya Lara Lagi.
Aiden hanya mengangguk.
"Kita harus ke rumah sakit sekarang." ajak Lara.
"Aku sudah memanggil dokter."
"Kau memiliki dokter pribadi?"
Aiden kembali mengangguk,
"Wah hebat sekali, seperti drama yang sering ku tonton. pria kaya raya yang memiliki dokter pribadi jadi tidak perlu ke rumah sakit."
Aiden tersenyum, Ia merasakan sakit dan tak menyangka masih bisa tersenyum mendengar celotehan Lara.
"Sepertinya kau harus turun untuk membuka pintu." kata Aiden yang langsung di angguki Lara.
Lara turun ke bawah, semua maid masih terlelap karena memang ini masih terlalu awal untuk bangun. Lara membuka pintu dan sudah ada dokter muda yang sangat tampan berdiri disana.
"Kau baik baik saja Nona? lalu siapa yang sakit?" tanya Devan terkejut melihat Lara yang tampak sehat begitu juga dengan Lara yang terkejut dengan ucapan Devan, tak mengerti apa maksudnya karena Lara merasa belum pernah bertemu dengan Devan.
"Aku tidak sakit, aku baik baik saja. Aiden yang sakit."
Devan melonggo tak percaya, "Aku tidak menyangka pria itu bisa sakit."
Devan menerobos masuk dan langsung menuju kamar Aiden,
"Tuan, bukan di situ." kata Lara.
"Lalu dimana?"
"Disana." Lara menunjuk ke kamarnya.
Devan tersenyum tengil lalu berpindah memasuki kamar Lara dimana Aiden berbaring lemah disana.
"Aku tidak tahu kamarmu sudah pindah kesini." Ejek Devan saat sudah mendekat.
"Aku juga tidak percaya kau bisa sakit." ejek Devan lagi.
"Jangan banyak bertanya, segera periksa aku. perutku terasa melilit."
Devan mengambil steotoskop di dalam tas yang Ia bawa, segera Ia memeriksa perut Aiden.
"Apa yang kau makan semalam?" tanya Devan selesai memeriksa.
"Aku aku memasak mie instan untuk nya." balas Lara yang berada disana, menjawab pertanyaan Devan.
"Oh jadi kamu memberinya mie instan, sepertinya kamu harus mendapatkan hukuman Nona." kata Devan membuat Lara terkejut.
"Ap apa karena makan mie instan semalam?" tanya Lara terlihat ketakutan.
Devan mengangguk, "Aiden memiliki asam lambung jadi Ia tidak bisa makan mie instan apalagi pedas."
Lara terkejut sangat terkejut dengan apa yang baru saja di katakan oleh Devan, "Ak aku tidak tahu jika-"
"Sudah, jangan katakan apapun lagi segera beri resep obatnya dan pergilah, kau terlalu banyak bicara!" kesal Aiden pada Devan.
"Kau terdengar galak bung." goda Devan lagi yang hanya di dengusi sebal oleh Aiden, sementara Lara tampak menundukan kepalanya, merasa bersalah dengan apa yang baru saja terjadi pada Aiden.
"Aku akan memberikan resep obat nya pada Raka agar segera membelikan untukmu."
"Jangan!" larang Aiden membuat Devan mengerutkan keningnya heran.
"Kenapa?"
"Dia cuti hari ini, berikan pada Mbok Nah."
"Cuti? aku baru saja melihatnya didepan." kata Devan yang memang melihat Raka sebelum Ia memasuki Villa.
"Ck, apa yang sebenarnya dia lakukan!" gumam Aiden yang kini benar benar mencurigai Raka.
"Apa ada yang terjadi di antara kalian?" tanya Devan mulai penasaran.
"Tidak ada, sebaiknya kau segera pergi!"
"Ck, kau terlalu kejam padaku!" gerutu Devan dengan nada bercanda.
Devan bergegas pergi dari kamar Lara, kini tinggalah Lara dan Aiden yang masih sibuk dengan pemikiran nya.
"Ak aku akan membelikan obat ini untukmu." kata Lara hendak pergi namun Aiden melarangnya.
"Biarkan Mbok Nah yang membelikan itu, sebaiknya kau temani aku disini." kata Aiden menepuk ranjang sampingnya yang kosong.
"Ta tapi perutmu..."
"Aku sudah baik baik saja. kemarilah."
Lara menurut, Ia berbaring disamping Aiden, "Maafkan aku, sudah membuatmu sakit seperti ini, aku tidak tahu jika kamu-"
Ucapan Lara terhenti karena Aiden mencium bibirnya "Ini hukuman karena telah membuatku sakit." kata Aiden membuat Lara tersenyum lalu memeluk Aiden.
Tanpa disadari keduanya kembali terlelap,
Sementara dibawah, Raka yang sedari tadi menunggu Aiden keluar tak kunjung keluar. Ia justru melihat Devan yang memasuki Villa menandakan jika ada yang sakit didalam sana.
"Apa Tuan memperkosa Lara lagi?" batin Raka saat melihat punggung Devan memasuki Villa.
Hari ini Raka memang memgambil cuti namun Ia berniat menjemput Devan lebih dulu dan mengantarnya ke kota sebelum Ia pergi dengan Friska.
Namun yang Ia tunggu sedari tadi belum keluar dan malah Ia melihat Devan yang keluar.
"Siapa yang sakit? apa Nona Lara?" tanya Raka yang membuat Devan tersenyum.
"Tak perlu menunggu Aiden, sepertinya dia tidak akan pergi hari ini." kata Devan yang langsung di angguki Raka.
"Baiklah."
Raka segera memasuki mobilnya, mendengar ucapan Devan Ia memilih segera pergi untuk menemui Friska dan menyelesaikan urusannya.
Dikamar, melihat Lara terlelap, Aiden bergerak pelan untuk mengambil ponselnya, takut menganggu lelap Lara lagi meskipun perutnya masih terasa melilit namun Ia harus tetap bangun.
Tampak Aiden menghubungi seseorang, "Aku ada pekerjaan untukmu." kata Aiden pada seseorang.
"Cari tahu apa yang Raka lakukan hari ini dan segera beritahu aku." kata Aiden lagi lalu mengakhiri panggilan.
Aiden kembali meletakan ponselnya dimeja, Ia terpaksa melakukan ini karena Ia mencurigai Raka adalah mata mata Hutama.
Bukan Aiden tidak mempercayai Raka, Ia hanya ingin menjaga diri agar tidak kecewa nantinya jika mengetahui fakta yang akan membuatnya sakit hati.
Ya Aiden harus melakukan ini.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Yati Maryati
Raka harus ceritakan pada Aiden biar
ga salah paham
2022-08-04
1
Eka Bundanedinar
bukan raka tp pacarnya friska orang kprcayaanmu jg
2022-08-03
0
shyafira fitri
Satukan Lara dan Aiden thor,,
2022-08-02
0