Lara menjauh saat Aiden duduk di pinggir ranjang, mendekatinya sambil membawa piring berisi naik dan lauk.
"Aku akan menyuapi mu, ayo buka mulut mu." kata Aiden mendekatkan sesendok makanan ke mulut Lara.
Lara menggeleng, "Tuan, aku tidak lapar."
Aiden meletakan sendok ke piring, "Baiklah, aku akan meninggalkan di sini tapi kamu harus menghabiskan nya, aku akan keluar dari kamar mu." kata Aiden meletakan piring di meja dan dirinya segera bangkit dari ranjang Lara.
"Tuan, tidak bisakah kau membebaskan aku?" tanya Lara membuat langkah Aiden terhenti.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan jika aku membebaskan mu?"
"°Tentu saja aku akan kembali ke rumah."
"Dan Ayahmu akan menjualmu lagi." kata Aiden membuat Lara terdiam.
"Mungkin aku akan mencari tempat tinggal lain." kata Lara akhirnya.
"Dan Ayahmu akan menemukan mu lalu menjualmu lagi."
Lara kembali terdiam,
"Di sini akan jadi tempat ternyaman dan teraman untukmu. nikmati hidupmu jangan banyak protes." kata Aiden.
"Memang siapa kamu bisa mengatur hidupku?" Lara tampak mulai kesal.
Aiden hanya tersenyum lalu kembali berjalan keluar,
"Biarkan aku pergi dari sini Tuan," pinta Lara dengan suara lebih keras.
"Apa kau lupa jika aku tidak suka gadis pembangkang?"
Lara mengangguk, "Dan aku akan menjadi gadis pembangkang agar bisa keluar dari sini."
Aiden tak menjawab lagi, Ia keluar dan menutup pintu kamar kasar hingga menimbulkan suara yang sangat keras.
"Aku benar benar tidak mengerti maksudnya, bisa bisanya dia seperti itu, memaksa ku disini tanpa hubungan yang jelas dan juga dia hampir memperkosa ku siang tadi. aku benar benar harus kabur dari sini." pikir Lara merasa sakit hati dengan perlakuan Aiden.
Aiden kembali memasuki kamar Lara satu jam setelah Ia keluar dan melihat piring makanan Lara masih utuh belum di makan sama sekali. Aiden ingin marah namun Ia tak ingin membuat Lara semakin takut padanya.
Semua salahnya, jika saja Aiden bisa menahan diri siang tadi mungkin Lara tidak akan takut padanya.
Aiden menyelimuti Lara yang sudah terlelap lalu mencium kening Lara. Memandangi wajah Lara sejenak lalu keluar dari kamar Lara.
"Ada apa dengan nya? apa yang dia lakukan padaku?" gumam Lara ternyata masih belum tidur, saat Aiden datang, Lara pura pura tertidur hingga tahu apa yang Aiden lakukan padanya.
Pagi harinya, Lara tidak keluar untuk sarapan padahal Aiden sudah menunggu di meja makan.
"Tuan haruskah saya memanggil Nona?" tanya Mbok Nah.
"Tidak perlu, biarkan saja."
Mbok Nah mengangguk, dalam hatinya Ia sedikit kesal dengan sikap Lara yang suka seenaknya sendiri tanpa memikirkan perasaan Aiden. Mbok Nah merasa Aiden begitu mencintai Lara, dilihat dari cara menatap Lara diam diam dan juga Aiden yang banyak berubah saat Lara berada disini. Aiden sering tersenyum juga makan dengan teratur, yang jarang Aiden lakukan sebelum ada Lara dirumah ini.
"Aku berangkat dulu, biarkan Lara tetap di kamarnya dan jangan lupa mengantar sarapan untuknya." kata Aiden saat sudah selesai sarapan.
"Baik Tuan."
Setelah Aiden pergi, Mbok Nah memasuki kamar Lara sambil membawa sarapan untuk Lara,
"Nona, Tuan mengatakan jika Nona harus sarapan."
"Aku tidak lapar."
"Setidaknya hargai apa yang Tuan berikan pada Nona, jangan seperti ini, menyiksa diri dan membuat semua orang khawatir!" kata Mbok Nah kesal lalu meninggalkan makanan di meja dan keluar dari kamar Lara.
Lara mengerutkan keningnya, "Kenapa dia sangat marah?" Lara merasa heran dengan sikap aneh Mbok Nah.
"Apa semua orang di villa ini sudah membenciku? bagus memang sepertinya aku tidak cocok tinggal di sini." gumam Lara.
Lara keluar dari kamarnya dan pergi ke taman, tempat ternyaman yang bisa membuat mood nya lebih baik.
"Nona..." Suara Nathan dari belakang mengejutkan Lara.
"Kau sudah mau mulai bekerja?" tanya Lara melihat Nathan sudah membawa semua alat kerjanya.
"Benar Nona, apa Nona akan membantu lagi?"
Lara menggelengkan kepalanya, "Mungkin aku hanya akan melihat saja, aku sedang tidak mood melakukan apapun."
"Apa karena kemarin Tuan memarahi Nona?" tanya Nathan mengingat wajah kesal Aiden membuatnya berpikir Aiden marah pada Lara.
"Tidak!" balas Lara singkat, "Tapi dia hampir memperkosa ku." batin Lara.
"Syukurlah Tuan tidak marah, akan menjadi buruk jika membuat Tuan marah."
"Memang apa yang akan dia lakukan?" tanya Lara penasaran.
Nathan tersenyum, "Maaf Nona saya tidak bisa mengatakan lebih banyak lagi."
Lara mendengus sebal, "Huh, kau pasti di ancam oleh pria itu."
"Sudah, sebaiknya Nona duduk saja dan melihat saya merawat bunga bunga disini." kata Nathan yang akhirnya di angguki Lara.
"Kenapa kamu baik padaku?" tanya Lara pada Nathan.
"Mungkin karena Nona wanita milik Tuan jadi saya harus bersikap baik agar Tuan tidak memecat saya." balas Nathan sambil tertawa.
"Jadi karena itu?" Lara tampak kecewa.
"Apa Nona membutuhkan sesuatu?" tanya Nathan.
"Jika aku mengatakan nya, bisakah kau membantu ku?"
Nathan mengangguk, "Mungkin bisa, apa yang Nona butuhkan?"
"Aku ingin kabur dari sini." kata Lara.
"Nona yakin?"
Lara mengangguk, "Bisa kah kau membantu ku?"
Nathan tersenyum, "Tentu saja aku akan membantu Nona."
Lara tersenyum lega, akhirnya ada yang membantunya keluar dari sini.
"Semoga ini keputusan terbaik, berada disini bukanlah hal baik karena kau akan terus jatuh cinta pada pria yang mungkin tidak akan mencintaimu Lara." pikir Lara yang sudah memantapkan keputusan nya untuk kabur dari sini.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Risa salah satu maid yang tiba tiba datang.
Melihat Risa, raut wajah Nathan berubah seperti ingin menghindari Risa,
"Tidak ada, aku hanya melihat Nathan merawat bunga di sini."
"Nona belum menghabiskan sarapan, haruskah saya membawa nya kesini?" tanya Risa pada Lara.
"Tidak perlu, aku belum lapar."
"Tapi Nona belum makan sama sekali sejak semalam." kata Risa mengkhawatirkan Lara.
"Aku baik baik saja, jika lapar nanti aku akan mencari makan sendiri." kata Lara yang akhirnya di angguki oleh Risa.
"Saya permisi Nona."
Lara mengangguk dan Risa segera pergi,
"Mungkin kita bisa kabur sekarang Nona karena saat ini mungkin para maid banyak yang keluar untuk membeli barang kebutuhan." kata Nathan.
"Baiklah, aku akan mengganti baju lebih dulu." Lara tampak bersemangat.
"Nanti temui saya di sini Nona, kita kabur lewat pintu belakang."
Lara mengangguk paham.
Setelah siap, Lara kembali ke belakang, Ia mengikuti langkah kaki Nathan hingga akhirnya keduanya sampai di jalan raya.
"Wah, kita berhasil." kata Lara dengan senyum mengembang.
"Benar Nona, kita bisa segera pergi ke terminal dan naik bus untuk ke kota."
Lara mengangguk setuju,
Keduanya baru ingin menyebrang namun ada tiga mobil yang menutup jalan mereka, tiga orang pria kekar keluar dari salah satu mobil dan membawa mereka paksa kembali ke mobil itu.
Dan mobil itu membawa keduanya pergi.
Bersambung....
Jangan lupa like vote dan komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Eka Bundanedinar
nathan mata" ini dan ini yg nyegat ayah angkt aiden
nathan suruhan nya
2022-07-29
0
adiah diah
Kok aku gak percaya yah sama kebaikan yg nathan berikan sama lara, kayak ada sesuatu dibalik kebaikannya 😊
2022-07-28
0
Monica
Nathan ini kok mencurigakan sekali...jgn² dia musuh dlm selimut..mungkinkah Lara keluar dr kandang buaya masuk ke kandang singa?
2022-07-28
0