13

Raka berhenti di depan club malam Aiden. Ia segera memasuki club malam dan menuju ruangan Aiden. Raka sengaja datang untuk memeriksa ruangan Aiden dan mencari alat penyadap yang mungkin juga di pasang di ruangan Aiden.

Dan benar saja, Raka menemukan ada tiga alat penyadap disini.

"Sial, siapa sebenarnya yang sudah memasang ini."

Raka menyimpan alat penyadap itu, tak berapa lama pintu ruangan terbuka dan melihat Friska berdiri disana.

"Kamu sendirian? mana Tuan Aiden?" tanya Friska berjalan mendekat.

"Ya, Tuan sedang ada acara makan malam."

"Lalu apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Friska sedikit mencurigakan. Raka melihat mata Friska terlihat ketakutan entah apa yang membuatnya seperti itu.

Raka mendekat, menarik pinggang Friska lalu memeluknya, "Aku merindukan mu." bisik Raka.

Friska memberontak, "Jangan lakukan disini."

"Kenapa? Tuan tidak disini." balas Raka melepaskan pelukannya.

"Tapi bukan kah di sini ada cctv?" tanya Friska yang membuat Raka mengerutkan keningnya. Selama ini yang mengetahui jika di ruangan ini ada cctv hanyalah Aiden dan Raka tidak ada orang lain lagi namun mengapa Friska bisa tahu?

"Oh iya, aku hampir lupa." kata Raka sambil tersenyum.

"Lalu haruskah kita ke kamar mu baby?" bisik Raka lagi.

"Ti tidak, jangan ke kamar ku juga." Friska terlihat ketakutan, membuat Raka benar benar curiga. Sudah hampir enam bulan mereka menjadi sepasang kekasih, selama ini mereka baik baik saja namun Raka merasa Friska berubah akhir akhir ini.

"Baiklah, kita cari kamar lain bagaimana?" tanya Raka membuat Friska tersenyum lalu mengangguk.

Keduanya memasuki kamar kosong yang berada disamping kamar Friska. mereka melakukan hal yang biasa di lakukan sepasang kekasih, bercinta.

"Jadi apa ada masalah lagi dengan club malam?" tanya Raka seusai bercinta.

"Tidak ada, semua tenang."

"Jika ada masalah seperti kemarin segera hubungi aku, jangan sampai Tuan Hutama tahu lebih dulu." kata Raka mengingatkan.

"Iya aku tahu."

Raka membalikan tubuh Friska, Ia memeluk Friska dari belakang, "Akhir akhir ini aku sangat sibuk, maaf jika jarang menemui mu." kata Raka yang merasa jika Friska berubah karena dirinya jarang memberi kabar pada Friska.

"Tidak apa apa, aku mengerti kesibukan mu."

Raka membalikan badan Friska, kini keduanya berhadapan, Raka menyentuh pipi Friska, "Kau tau jika aku sangat mencintaimu?"

Entah mengapa mendengar ucapan Raka membuat Friska menangis,

"Hey kenapa sayang, kenapa kamu menangis. apa aku menyakitimu?" tanya Raka membawa Friska ke dalam pelukan nya.

"Ti tidak, aku hanya merasa sangat beruntung memilikimu." kata Friska menghentikan tangisnya.

"Ck, kamu sudah pandai merayu sekarang."

Friska tertawa,

"Akan ku buatkan coklat hangat mungkin akan membuatmu sedikit lebih baik." kata Raka beranjak dari ranjang dan keluar untuk membuatkan coklat hangat.

Raka kembali memasuki kamar dan membawa segelas coklat hangat, lalu memberikan pada Friska.

Tanpa curiga Friska meneguk habis coklat hangat itu. sudah menjadi kebiasaan Raka membuatkan coklat hangat disaat keadaan Friska sedang tidak baik baik saja.

Raka mengusap bibir Friska menggunakan jempolnya, "Ada sisa coklat."

Friska tersenyum dan malah mencium bibir Raka, dan entah mengapa Friska merasa mengantuk, hingga tanpa sadar Friska terjatuh dan tertidur.

Raka tersenyum, "Maaf membuatmu tidur lebih awal, ada yang harus ku selidiki." kata Raka mencium kening Friska lalu menyelimuti tubuh Friska.

Raka keluar dari kamar itu, Ia memasuki kamar Friska. Entah mengapa Raka sedikit curiga dengan sikap Friska yang berubah akhir akhir ini. Raka mengeledah kamar Friska dan tidak menemukan apapun yang mencurigakan.

Hingga akhirnya Ia menemukan ada sebuah laptop di lemari Friska.

Raka mengambil laptop itu dan segera membuka laptop itu, beruntung laptop itu tidak di sandi membuat Raka mudah mengakses isi dari laptop itu.

Dan Raka di buat terkejut setelah melihat ada banyak nya video rekaman cctv juga rekaman suara dirinya dan Aiden yang di simpan Friska disana.

Raka sempat ingin tak percaya namun inilah kenyataan yang harus Ia terima, jika Friska lah yang memasang semua alat sadap itu di mobil juga ruangan Aiden. Dan Raka juga harus menerima kenyataan jika Friska adalah mata mata Hutama.

"Tidak mungkin." gumam Raka.

Raka membuka email Friska dan memang benar Friska mengirim semua rekaman itu pada Hutama. Bahkan Raka membaca pesan balasan dari Hutama,

Kerja bagus, aku akan menambahkan bayaran untukmu.

Raka yang emosi menutup laptop Friska dengan kasar, Ia mengembalikan laptop itu ke lemari.

"Jadi ini semua karena uang? dasar wanita brengsek!"

Raka hendak keluar dari kamar Friska namun dering ponsel Friska membuat langkahnya terhenti.

Raka mencari asal bunyi ponsel itu yang ternyata berada di laci meja samping ranjang Friska.

Raka mengambil ponsel itu dan melihat nama Ayah menelepon di ponsel Friska.

Tanpa ragu Raka menerima panggilan itu,

"Kapan kamu akan mengirimkan uang lagi. adikmu sudah sekarat dan hampir mati jika kau tidak segera mengirimkan uangnya." teriak Suara seorang pria didalam telepon yang Raka yakini jika itu Ayah Friska.

Raka mematikan panggilan teleponnya, Raka bahkan mematikan ponsel Friska lalu meletakan kembali ke laci.

Raka tertunduk lesu, Ia sedikit mengerti kenapa Friska bisa melakukan ini semua, kenapa Friska bahkan mau menjadi mata mata Hutama, benar semua karena uang. karena keluarga Friska yang terus mendesak uang pada Friska.

"Bahkan gaji dari Tuan Aiden saja sudah banyak, kenapa masih melakukan ini, berapa banyak yang di minta keluargamu Fris," Gumam Raka masih tak menyangka.

Raka kembali memasuki kamar dimana Friska tertidur. Sebentar lagi Friska akan bangun karena efek obat tidur hanya bertahan satu jam.

"Kenapa kamu berdiri di situ?" tanya Friska saat bangun dan melihat Raka berdiri didepan pintu memandang dirinya.

"Aku tidak sadar sampai tertidur. kamu membuatku kelelahan." protes Friska yang membuat Raka tersenyum dan berjalan mendekat.

"Jika lelah, istirahat lah."

"Tentu saja tidak bisa, aku harus menjaga club malam ini." kata Friska.

"Aku tahu tapi malam ini istirahat lah lebih awal, aku ingin mengambil cuti besok dan mengajak mu jalan jalan." kata Raka yang membuat Friska tersenyum senang.

"Kau sudah janji dan tidak boleh mengingkari nya." kata Friska dengan tatapan penuh harap.

Raka mengangguk, lalu memeluk Friska sebelum akhirnya Ia pergi meninggalkan Friska.

"Kau masih belum mempercayaiku." gumam Raka menghela nafas panjang lalu memasuki mobil untuk menjemput Aiden.

Sampai di istana milik Hutama, tampak Aiden sudah menunggu didepan.

Aiden segera memasuki mobil, "Kenapa lama sekali, aku sangat muak berada disini." protes Aiden.

"Maaf Tuan, ada urusan yang sedang saya selesaikan."

"Urusan apa?"

"Masalah pribadi Tuan."

Aiden tampak curiga,

"Maaf Tuan, jika waktunya sudah tepat saya akan memberitahukan semuanya." Batin Raka melajukan mobilnya menuju Villa.

Bersambung...

jangan lupa like vote dan komen

Terpopuler

Comments

Yuli Astuti

Yuli Astuti

bekas Hutama jg ya

2023-08-08

0

3 semprul

3 semprul

kalau tau Aiden pasti di habisi...

2022-08-21

0

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

vote ya kak up trs tetep semangat

2022-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!