06

Aiden memasuki Villa disambut oleh Mbok Nah, Ia tampak celinggukan membuat Mbok Nah tersenyum, "Nona berada di kamar Tuan, sepertinya sedang tidur."

Aiden mengangguk, rasanya malu melihat Mbok Nah mengetahui apa yang Ia pikirkan.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Aiden segera menuju kamar Lara. Ia membuka pintu kamar dan melihat Lara memang terlelap di ranjangnya.

Aiden duduk di pinggir ranjang, memandangi wajah baby face Lara yang terlihat mengemaskan saat tidur seperti ini.

"Apa yang kau lakukan seharian hingga membuatmu terlelap seperti ini? apakah melelahkan?" gumam Aiden sambil mengelusi pipi lembut Lara.

Hanya melihat wajah Lara sedekat ini saja entah mengapa membuat hati Aiden terasa nyaman. Aiden bahkan tersenyum berkali kali tanpa di sadarinya.

Wanita ini membuatnya jatuh cinta dalam diam.

Ponsel Aiden berdering membuatnya harus keluar ke balkon, takut menganggu tidur Lara.

Ia melihat satu panggilan yang tak ingin Ia jawab,

"Ada apa Ayah?"

"Hanya kesalahan kecil, aku akan memperbaikinya."

"Baiklah."

Aiden memutuskan panggilan, Ia meremas ponselnya, tahu jika gadis manja itu pasti mengadukan pada Ayahnya tentang apa yang terjadi tadi di restoran.

Aiden kembali masuk dan melihat Lara sudah bangun. Lara menatap ke arahnya, lalu memaksakan senyum.

"Apa aku menganggu tidurmu?" tanya Aiden kembali mendekat ke ranjang.

"Tidak, aku memang sudah seharusnya bangun."

Aiden tersenyum dan mengelus rambut Lara,

"Biasanya aku ada pekerjaan mencuci piring di rumah makan, kali ini rasanya bosan karena tidak melakukan apapun." ungkap Lara.

"Ada banyak hal yang bisa kau lakukan, merawat bunga, membaca buku di perpustakaan atau mungkin membuat sesuatu yang kau sukai di dapur." kata Aiden.

"Apakah boleh?"

"Tentu saja, lakukan apapun yang kamu mau asal jangan kabur saja." kata Aiden yang membuat Lara tersenyum.

"Tuan, kenapa kau begitu baik padaku?" tanya Lara akhirnya karena Ia masih belum tahu maksud dan tujuan Aiden membawa nya kesini.

"Karena kamu juga baik maka kamu akan bertemu dengan orang baik."

Lara mendegus, "Jawaban mu selalu sama, padahal kita belum pernah bertemu sebelumnya." kata Lara.

Aiden kembali tersenyum, "Apa kau ingin membuat sesuatu untuk makan malam kita?"

"Membuat apa? aku tidak terlalu pintar memasak."

"Benarkah? coba kulihat tangan mu." Aiden menarik tangan Lara lalu melihat telapak tangan Lara, "Jika di lihat dari garis tangan mu kau sangat pintar memasak." kata Aiden membuat Lara tertawa.

"Lelucon apa itu?"

Aiden merasa sangat senang bisa membuat Lara tertawa, selama ini Ia jarang melihat Lara tertawa seperti ini.

"Jadi bisa kah kita memulai memasak chef?" goda Aiden yang kembali membuat Lara tertawa.

Keduanya pun akhirnya pergi ke dapur, memasak untuk makan malam mereka.

"Jadi kita akan memasak apa?"

"Biasanya apa yang kau masak?" tanya Aiden.

"Hanya masakan rumahan biasa, tidak ada yang spesial." kata Lara.

"Apapun itu, asal kamu yang memasak."

Lara tersenyum, akhirnya Ia membuat sesuai bahan yang ada di kulkas. Tumis kangkung dan ikan goreng untuk makan malam mereka.

"Bagaimana rasanya?" tanya Lara saat Aiden menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Hmm..." Aiden belum menjawab membuat Lara sedikit khawatir.

"Bagaimana? apakah enak?" tanya Lara sekali lagi.

Aiden tidak menjawab karena masih mengunyah makanan, Ia hanya mengacungkan jempol yang membuat Lara tersenyum lega.

"Aku ingin makan banyak kali ini," ungkap Aiden menambah porsi makan nya lagi.

"Habiskan semua, besok aku akan memasak untuk mu setiap hari." kata Lara tampak semangat.

"Jangan setiap hari, masak lah saat aku minta saja karena mungkin mulai besok aku akan jarang pulang." jelas Aiden tak ingin Lara kecewa karena menunggu nya.

"Baiklah."

Keduanya diam dengan pikiran masing masing, hingga kini keduanya selesai makan. Lara diantar Aiden kembali ke kamarnya, sementara Aiden pergi ke ruang kerja nya.

"Apa kau akan sibuk besok?" tanya Lara sebelum memasuki kamar.

"Mungkin akan sedikit sibuk."

"Kau akan jarang pulang?" tanya Lara lagi.

"Iya, apa ada sesuatu?"

Lara mengelengkan kepalanya, "Tidak, aku hanya bertanya saja."

Aiden tersenyum, "Tidurlah sekarang."

Lara mengangguk dan langsung memasuki kamarnya.

Aiden tersenyum didepan kamar Lara sebelum akhirnya Ia pergi ke ruang kerja nya.

Lara memasuki kamar, Ia merasakan jantungnya berdegup sangat kencang.

"Kenapa perasaan ku menjadi aneh seperti ini?" gumam Lara kemudian berbaring di ranjang.

"Dia tak cuma tampan namun juga sangat baik," Lara tersenyum lalu memeluk guling nya erat, Ia sangat senang hari ini.

Pagi nya Lara bangun lebih awal untuk mengantar Aiden pulang kerja namun Lara harus di buat kecewa karena Aiden sudah berangkat subuh tadi.

"Tuan buru buru, mungkin ada urusan yang sangat penting."

Wajah Lara berubah kecewa, Ia berharap bisa melihat Aiden sebelum berangkat kerja malah tertinggal.

Lara duduk lesu di taman, Ia melihat bunga bunga yang sudah bermekaran disana. Lara pun berdiri untuk menyirami bunga bunga itu.

"Taman ini terawat." gumam Lara.

"Tentu saja Nona, saya yang merawatnya setiap hari." seorang pria muda berjalan mendekati Lara.

"Siapa kamu?"

Pria itu tersenyum, "Panggil saya Nathan Nona, saya bekerja untuk merawat taman ini."

Lara mengangguk paham, "Jadi Nona wanita milik Tuan yang diceritakan semua orang di villa ini?"

Lara menatap Nathan, tak nengerti apa maksud Nathan, "Wanita milik Tuan? apa maksudnya?"

Nathan tersenyum, "Tidak Nona, maafkan saya, sepertinya saya salah bicara."

Lara masih tak mengerti dan penasaran dengan maksud nathan, "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?"

Nathan kembali tersenyum, "Tidak Nona, sudah jangan pikirkan lagi."

Lara diam, Ia kembali mengingat ucapan Nathan yang mengatakan jika dirinya wanita milik Tuan Muda, jadi apa Aiden mengklaim dirinya milik Aiden?

Mendadak Lara mengulam senyum mengingat jika itu benar mungkin dirinya akan merasa sangat bahagia.

"Apa yang Nona pikirkan?" tanya Nathan melihat Lara tersenyum.

"Tidak ada.'' Lara berjalan pergi meninggalkan Nathan.

Nathan tersenyum memandangi punggung Lara, "Dia sangat cantik."

Lara menutup pintu kamarnya, Ia bersandar pada pintu dan memeganggi dada nya, "Jantung ku berdegup lagi."

Sore hari, Lara pergi ke dapur untuk membuat makan malam.

"Sudah Nona, Biar saya saja."

"Tidak apa ap mbok, Tuan tidak akan marah." kata Lara

"Tapi Nona, saya tidak mau Nona kelelahan."

Lara tertawa, "Aku sudah biasa bekerja berat, hanya memasak tidak akan membuat ku lelah." kata Lara yang akhirnya membuat Mbok Nah menyerah.

Makan malam sudah siap, Lara pergi mandi dan kembali turun untuk menunggu Aiden pulang.

Sudah pukul delapan malam, perutnya terasa lapar namun Aiden tak kunjung pulang hingga pukul sepuluh malam Aiden juga belum pulang.

"Mungkin Tuan tidak pulang kesini Nona." kata Mbok Nah yang merasa kasihan melihat Lara menunggu.

"Jadi dia memiliki banyak rumah?" tanya Lara lesu, Ia akhirnya mengerti dan berjalan memasuki kamarnya tanpa makan malam.

Bersambung...

jangan lupa like vote dan komen

Terpopuler

Comments

3 semprul

3 semprul

ceritanya bagus

2022-08-20

0

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

dpt harapan tp mnyakitkan lagi buat lara

2022-07-29

0

Rusme Juthec

Rusme Juthec

kan Aiden sudah bilang masaklah kalau saya ada d rumah
takut gak pulang terus km kecewa

2022-07-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!