20

. "Ma... kenapa terus menyalahkan Aldi? Aldi bekerja untuk mama dan Rei. Dan pekerjaanku menuntutku untuk meninggalkan Rei. Kenapa mama tak mengerti?" Ucap Aldi mulai putus asa.

"Aku baru pulang ma... aku lelah. Aku butuh istirahat dan ketenangan. Tapi mama malah membuatku semakin tertekan."

"Pilihanmu ada dua. Membiarkan Avril mengurus Reifan sepenuhnya atau kau menikah lagi." Dewi mempertegas ucapannya lalu beranjak dari duduknya.

"Ma... mama pikir mudah mencari istri sekaligus ibu untuk Reifan?"

"Bukankah mama bilang untuk lebih dekat dengan salah satu anak teman mama. Siapa tahu dia bisa menjadi pengganti Syifa. Atau kau masih mengharapkan Avril?"

"Ma... mama ini bicara apa? Rei itu anakku. Mama mau memberikannya pada orang lain? Aku ini orang tua kandungnya. Sebaik apapun orang tua angkat, tak akan seperti aku ma.."

"Iya. Memang tak akan sepertimu yang tak ingat waktu, atau sekedar ingin tahu kondisi Rei saat kau tak ada. Begitu?"

"Ma... maksud Aldi bukan begitu."

"Lalu bagaimana Al? Mama sudah tak mau melihat Rei menangis lagi karena terus mengharapkan kau pulang. Dan apa salahnya jika Alvi menjadi penggantimu. Dia juga menyayangi Rei, dan mama lihat dia memperlakukan Rei seperti putranya sendiri."

"Itu sekarang ma... Alvi belum mempunyai anak dari Avril. Jelas saja dia sangat menyayangi Rei. Tapi jika dia sudah punya anak, mungkin dia akan melupakan Rei." Mendengar itu, Dewi pun terdiam tak menanggapi. Ia sejenak membenarkan ungkapan itu. Namun ia juga tak bisa terus melihat Reifan yang selalu menangis menunggu Aldi datang. Dewi memilih untuk berlalu meninggalkan Aldi yang terlihat begitu kelelahan. Aldi menyandarkan tubuhnya dan perlahan memejamkan matanya yang semakin berembun.

"Syifa... apa yang harus aku lakukan? Aku bisa saja mendapatkan istri dalam waktu singkat, tapi aku belum tentu bisa mendapatkan ibu untuk Rei. Jika pun ada, mungkin hanya Avril seorang yang bisa berperan menjadi keduanya. Jika Dinda, aku belum mengenalnya secara lebih dekat. Aku tak tahu siapa dia dan bagaimana kehidupannya. Syifa... kembalilah! Meskipun kau menjadi orang lain, tapi aku menginginkanmu kembali." Batin Aldi membuka mata dan menatap lekat pada langit-langit ruangan.

"Daddy..., daddy pulang." Teriak Reifan membuyarkan lamunan Aldi seketika. Ia segera menyeka embun yang sudah menggenang dan hampir terjatuh. Reifan semakin kencang berlari dan langsung memeluk Aldi dengan erat. Terasa sebuah kerinduan yang begitu mendalam dari sang anak, membuat Aldi lebih erat membalas pelukan Reifan.

"Jangan berlari nanti kau terjatuh."

"Eifan mau daddy... daddy lama. Daddy tak sayang Eifan?" Aldi terhenyak mendengar pertanyaan Reifan yang diluar dugaan. Pantas saja Dewi sangat marah padanya, ternyata Reifan pun berpikir demikian.

"Kau dari mana?" Tanya Aldi melepaskan pelukannya dan beralih menatap gemas pada Reifan.

"Ayah ajak Eifan main." Jawabnya sambil meraih kepalanya. Aldi menyernyit mendapati gaya rambut Reifan yang sama dengan Alvi. Dan ia kembali teringat ucapan ibunya yang belum sampai satu jam itu. Pantas saja. Mungkin hanya dua kata itu yang terlintas di benak Aldi saat ini. Ya, pantas saja Dewi menginginkan Reifan dirawat oleh Alvi dan Avril. Bahkan sekecil apapun, Alvi begitu memperhatikan Reifan.

"Ayah.... Eifan mau..." rengeknya beralih menghampiri Alvi yang baru saja sampai di ruangan itu. Aldi merasa penasaran apa yang diminta Reifan pada Alvi sampai Reifan sendiri merasa antusias dan sepertinya sangat menarik. Aldi semakin menyernyit saat Alvi memberikan rubik pada Reifan. Namun sebelum Reifan benar-benar merampas mainan itu, Alvi mengacak terlebih dahulu hingga warnanya berantakan.

"Al... kau tak salah memberikan mainan untuk anakku?" Tanya Aldi sedikit memberikan nada penekanan.

"Tidak. Dia bisa menyelesaikannya." Jawab Alvi begitu santai.

"Alvi! aku ingin bicara denganmu." Ucap Aldi lagi dengan raut wajah yang serius. Alvi merasa penasaran apa yang ingin Aldi bicarakan hingga wajahnya sampai seserius itu.

"Kebetulan aku juga ingin bicara sesuatu denganmu." Namun, disamping rasa penasarannya, Alvi mengikuti Aldi ke ruang kerja.

Saat Reifan hendak mengejar Alvi, segera Avril mencegahnya dan membujuk agar Reifan tetap disana. Ia sendiri merasa ada yang janggal dari sikap Aldi sekarang. Avril memilih untuk membiarkan Aldi berbicara dengan suaminya secara pribadi dan ia tak harus ikut campur.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Alvi menyadari ada hal aneh dari Aldi.

"Setelah ini kau tak perlu menemui Rei. Biar aku saja yang menjaganya."

"Apa maksudmu?" Alvi menyernyit merasa heran dan kalimat itu benar-benar membuatnya tak mengerti.

"Maksudku, kau dan Avil tak perlu lagi merawat Rei."

"Iya aku paham. Tapi maksudmu apa hah? kau mau memisahkanku dengan Rei?" Alvi mendadak naik pitam, ia meraih kerah kemeja Aldi dengan mata yang memerah.

"Tidak. Aku hanya tak ingin jika putraku terlalu dekat dengan orang yang nantinya akan menjauhinya.

"Aku tak tahu apa maksudmu dan apa masalahmu. Tapi, sampai kapanpun Rei akan menjadi putraku. Meskipun dia bukan putra kandungku, aku hanya ingin menjadi ayah yang semestinya untuk Rei." Tegas Alvi kemudian menghempaskan Aldi dengan kasar, dan ia langsung berbalik melangkahkan kaki semakin menjauh.

"Jika kau sudah punya anak, aku tak menjamin kau akan menyayangi Rei seperti yang kau katakan itu." Ucap Aldi berhasil menghentikan langkah Alvi. Alvi yang sedikit lagi meraih gagang pintu, ia mematung seketika dengan tangan yang mengepal menahan amarah.

"Lalu, jika aku dan Avril tak merawat Rei saat kau tak ada, apa kau akan menjamin keselamatannya? Dan kau akan terus membebani ibumu untuk mengurus Rei?" Balas Alvi tanpa ingin menoleh ke belakang. Mendapati Aldi yang tak bicara, Alvi bergegas keluar dari ruangan dan segera menghampiri Avril. Alih-alih mendapatkan kesepakatan untuk hak asuh Rei yang diharapkan Alvi dan jatuh ke tangannya, ia malah mendapatkan hal yang bahkan tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Aldi sendiri yang mempercayakan Reifan pada Alvi dan Avril, namun Aldi sendiri yang melarang Alvi menemui Rei lagi. Melihat raut wajah Alvi yang kesal, Avril langsung mengerti situasinya.

"Avril ayo pulang." Ucap Alvi penuh penegasan.

"Ayah... Eifan ikut." Ucap Reifan berlari dan meletakkan rubik yang sedang ia mainkan di sembarang tempat.

"Tidak. Jangan ikut denganku." Ucap Alvi melirik tajam dengan nada suara yang begitu dingin. Reifan berhenti ketika mendapati lirikan menakutkan dari Alvi yang seperti seorang penculik yang hendak membawanya pergi.

Mendengar suara Alvi yang berbeda, Avril segera menyusul Alvi dan ia meraih tangan Alvi dengan niat menenangkan. Namun, Alvi malah menarik tangan Avril dengan kasar menuju mobil. Menyadari Avril yang kesakitan, Reifan kembali berlari menyusul Avril sampai keluar rumah.

"Mommy.... ayahhhhh" rengeknya yang berhenti di teras rumah. Ia seperti tak tahu harus apa karena jelas Avril akan meninggalkannya.

"Rei...." Avril tak kalah kebingungan dengan Alvi yang memaksanya masuk mobil secepatnya.

Ketika mobil Alvi mulai melaju, Reifan berteriak memanggil Alvi dan Avril berulang-ulang sambil berlari mengejar.

"Al... Rei mengejar. Berhenti dulu plisss... aku tak tega melihatnya." Namun Alvi tak menghiraukan rengekan Avril yang benar-benar risau karena Reifan berteriak sambil menangis.

"Al... Kau tega pada Rei? Bukankah kau yang mau mengadopsi Rei secara resmi?" Dan lagi, Alvi hanya diam.

-bersambung.

Episodes
1 01.
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
147 147
148 148
149 149
150 150
151 151
152 152
153 153
154 154
155 155
156 156
157 157
158 158
159 159
160 160
Episodes

Updated 160 Episodes

1
01.
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
150
151
151
152
152
153
153
154
154
155
155
156
156
157
157
158
158
159
159
160
160

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!