17

. Dinda mematung saat Emilio langsung memeluknya. Bukannya Aldi yang datang, tapi malah pacar yang jelas menghilang saat dirinya akan di jodohkan. Dan bukannya berjuang agar orang tua Dinda merestui hubungan mereka, Emilio malah memilih menghindar dari masalah. Hal itu membuat Dinda merasa bahwa Emilio tak pernah serius pada hubungannya yang sudah terjalin lama.

"Akhirnya aku menemukanmu." Ucapnya berbinar melepas pelukan dan menghela nafas lega.

"Dinda... kenapa tak bilang kau pergi dari rumah? Aku mencarimu kemana-mana. Saat aku pulang, ayahmu langsung menuduhku dan mengancamku. Sekarang karena sudah menemukanmu, ayo pulang.!"

"Lio... kenapa kau bisa disini?" Emilio seketika menyernyit mendapati pertanyaan dari Dinda.

"Apa kau tak senang aku ada disini?"

"Bu-bukan begitu... tapi bukankah kau pergi meninggalkanku? Kenapa sekarang datang? Kau mau mempermainkan perasaanku?"

"Dinda... sayang... kau bicara apa? Aku pergi untuk--"

"Untuk apa? Kerja? Hasilnya mana? Setiap kau kembali kau selalu mengelak saat aku tanya kau kemana. Dan selalu alasan kerja yang kau berikan. Apa tak ada jawaban lain? Lio.. kita ini sudah dewasa. Aku juga butuh kepastian darimu. Aku tak mau kalau kau terus menggantungkan perasaanku seperti ini." Ungkapnya mulai berkaca-kaca.

"Dinda... maafkan aku. Aku berjanji akan meyakinkan orang tuamu. Bersabarlah."

"Sampai kapan Lio? Sampai kau menyerah pada ayahmu dan menerima tawarannya agar kau mewarisi perusahaan ayahmu? Begitu?" Emilio hanya bisa menunduk dan tak bisa menjawab apa yang baru saja dikatakan Dinda. Ia begitu enggan menjadi seorang pebisnis. Ia lebih suka menjadi seorang photografer dan memilih jalannya sendiri.

"Beri aku kesempatan Dinda... aku janji akan memperjuangkan hubungan kita." Dinda hanya terdiam tak menanggapi penuturan Emilio. Baginya semua janji Emilio kini sudah tak ada artinya. Namun ia sendiri merasa heran, sejak kapan ia tak lagi mengharapkan kehadiran Emilio.

Ditengah lamunannya, terlihat sebuah mobil menepi tepat didepan tokonya. Ia mendadak merasa senang dan segera berlalu menuju area depan. Namun senyumannya kembali memudar saat melihat pengunjung yang bukan ia harapkan.

"Hai Dinda..." sapa Avril langsung memeluk Dinda.

"Avril." Balasnya dengan sendu.

"Kau sedang sakit? Kenapa tak bersemangat begitu?" Tanya Avril kemudian.

"Tidak... aku hanya sedikit lelah saja." Jawabnya sedikit tersenyum.

"Oh iya. Aku mau bunga seperti biasa."

"Baiklah. Kau tunggu disini." Avril menyernyit, mengapa disini? Bukankah dia biasa menunggu di ruang tunggu? Pikirnya dengan menurut saja.

"Sayang. Aku pergi dulu." Ucap Emilio mengejutkan Avril yang mendengarnya.

"Sayang?" Batin Avril kemudian menoleh datar pada Dinda yang tengah fokus menata apa yang di minta Avril. Lalu ia menghentikan aktifitasnya dan berjalan menuju Emilio berdiri.

"Avril... kenalkan ini pacarku Lio." Ucap Dinda yang membawa Emilio ke hadapan Avril.

"Lio... ini Avril teman pertamaku disini." Ucap Dinda selanjutnya. Emilio dan Avril saling melempar senyum lalu berjabat tangan dan mengucapkan nama mereka sendiri.

"Avril."

"Emilio. Salam kenal. Dan terima kasih sudah menjadi teman Dinda." Lagi, Avril hanya tersenyum tanpa menanggapi dengan kata-kata.

"Sepertinya saya pernah melihat anda di tv. Apakah anda Avril Vania?" Dan kali ini, Avril kembali mengangguk.

"Benar ternyata."

"Kau mengenal Avril?" Tanya Dinda mendadak penasaran.

"Aih kau tak tahu? Dia ini adik dari Presdir ternama bernama Galih Permana. Dan istri dari--"

"Maaf Dinda... aku sedang buru-buru. Bisa dipercepat mengemasnya?"

"Ohhh maaf Avril. Aku lupa." Dengan bergegas, Dinda kembali menyelesaikan tugasnya dan meninggalkan Avril dan Emilio dengan situasi canggung.

"Ini... terima kasih ya..." ucap Dinda dengan membawa bunga pesanan Avril.

"Oke.. aku pergi ya..." balas Avril kemudian berlalu begitu saja. Dinda merasa penasaran siapa Avril dan mengapa baru kali ini ia tersadar akan identitas temannya itu. Namun saat ia hendak bertanya pada Emilio, Emilio segera bergegas karena sudah terlambat.

Karena rasa penasarannya yang tinggi, Dinda memilih untuk bertanya pada Nisa yang mungkin tahu siapa Avril karena dia sudah lama di kota J.

"Emm aku pernah dengar nama Avril itu. Kalau tak salah, dia putri pemilik perusahaan, dan kakaknya menjadi presdir di perusahaan ayahnya, dia juga menikah dengan seorang presdir perusahaan apa ya? Pokoknya suaminya itu sangat tampan. Setampan tuan Aldian. Ahhhh namanya juga Al...." ucapan Nisa terhenti dan ia menutup mulutnya dengan ekspresi tak percaya.

"Kenapa Nis?" Tanya Dinda penasaran.

"Kenapa aku berpikir suami Avril itu tuan Aldian?" Dinda tak kalah terkejut menanggapi penuturan Nisa. Memang jika di ingat pun ada benarnya, secara dengan kebetulan Avril menikah dengan seorang presdir. Dan Aldian pun seorang presdir.

"Sut... mana mungkin. Istri Aldi kan sudah meninggal. Dan aku mendengar itu dari ibu Aldian langsung."

"Hemmm mungkin iya." Pikir Nisa yang masih bergelut dengan tebakannya.

Tak lama berselang, Dinda menundukkan kepalanya pada meja pribadi miliknya, Hari ini meskipun bertemu dengan Emilio, namun ia merasa tak bersemangat sama sekali.

"Aku mau bunga mawar putih. 10 tangkai. Sekarang!" Suara dalam seorang pria berhasil membuat Dinda terkejut, Dinda langsung mendongak dan terbelalak menatap pada pemilik suara yang tengah ia harapkan kehadirannya.

"Hei.... aku bicara padamu." Ucapnya lagi sambil melambaikan tangannya dengan niat membuyarkan lamunan Dinda. Namun, tatapan Dinda semakin sendu dan ia menunduk saat sebuah bulir bening terjatuh begitu saja dari kelopak matanya.

"Apa ada masalah? Mengapa kau menangis?" Tanya Aldi kemudian.

"Tidak. Hanya terharu saja." Jawabnya sembari melempar senyum.

"Terharu?" Tanya Aldi kini menyernyit heran.

"Dari mana saja kau? Mengapa baru terlihat?" Balas Dinda dengan pertanyaan dan tanpa menjawab lebih dulu.

"Apa kau merindukanku?" Aldi mendekatkan wajahnya pada Dinda dan mereka hanya berjarak beberapa cm saja. Sontak hal itu membuat Dinda salah tingkah dan memalingkan wajahnya yang memerah karena tersipu.

"Ti-tidak... si-siapa yang merindukanmu." Jawabnya gugup.

"Mengapa gugup? Jika kau merindukanku juga tak apa." Dan Dinda semakin tak bisa menahan rasa malunya lalu mendorong wajah Aldi menjauh dari dirinya.

"Ya ampun. Al maafkan aku. A-aku tak sengaja."

"...."

"Ihhh aku sudah minta maaf. Lagi pula kau yang salah. Kau yang seenaknya menatapku dari dekat seperti tadi. A-aku jadi..."

"Jadi gugup? Salah tingkah? Atau jatuh cinta padaku?"

"Ehhh... ma-mana ada. A-aku.... iihhh sudahlah! Ini pesananmu. Ini untuk pacarmu kan?" Dinda memberikan bunga itu dengan wajah yang berpaling dan alis yang berkerut. Aldi tersenyum tipis melihat ekspresi kesal gadis didepannya yang mungkin memang gugup dibuatnya.

"Pacar ya? Hemmmm aku tak tahu dia mau jadi pacarku atau tidak. Siapa yang sudi menjadi pacar seorang pria yang sudah memiliki keluarga." Ucap Aldi sambil meraih bunga dari tangan Dinda yang perlahan menoleh ke arahnya.

"Tidak semua wanita seperti itu kan? Mungkin ada diantaranya yang sangat mengharapkan mu menjadi pendampingnya." Tutur Dinda membuat Aldi terkekeh.

"Dan apa kau salah satunya?" Lagi, Dinda menjadi salah tingkah karena ucapan Aldi.

"Haha bercanda. Sepertinya, bunga ini untukmu saja." 'Deg, deg, deg' jantung Dinda mendadak tak bisa ia kendalikan. Wajahnya semakin memerah ketika ia dengan ragu menerima bunga dari Aldi.

"Gadis yang mampu menerima bunga dariku mungkin hanya kau saja. Dan mungkin juga dia." Tuturnya membuat Dinda penasaran.

"Dia?"

"Mommy Reifan."

-bersambung

Episodes
1 01.
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
147 147
148 148
149 149
150 150
151 151
152 152
153 153
154 154
155 155
156 156
157 157
158 158
159 159
160 160
Episodes

Updated 160 Episodes

1
01.
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
150
151
151
152
152
153
153
154
154
155
155
156
156
157
157
158
158
159
159
160
160

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!