19

. Alvi menggendong Reifan memasuki sebuah barbershop langganannya, dan seperti biasa, Avril selalu menunggu di cafe yang berada tak jauh dari tempat itu. Avril menatap dari kejauhan betapa perhatiannya Alvi pada Reifan dan ia semakin mengkhawatirkan bagaimana Reifan nantinya jika dirinya memiliki anak, apakah Alvi akan bersikap seperti sekarang atau tidak?

Sekilas Avril tersenyum tipis melihat Reifan yang asyik fokus pada mainan rubiknya. Dan terlihat juga beberapa kali Alvi seperti memberikan arahan cara yang cepat untuk menyelesaikan teka-teki mainan itu.

"Kau bodoh Alvi. Reifan mana paham dengan arahanmu." Batin Avril menggeleng keheranan.

"Seperti ini!" Ucap Alvi dengan serius. Dan Reifan pun tak kalah serius memperhatikan arahan Alvi. Terlihat dari sikapnya yang konsisten, Reifan seakan enggan memalingkan pandangannya dari rubik dan tatapannya sangat tajam seolah ia menangkap semua strategi Alvi. Alvi terkekeh ketika memberikan hak main pada Reifan sepenuhnya. Ia pikir Reifan tak akan mengerti meskipun dirinya menjelaskan dengan rinci dan panjang lebar sekalipun.

"Dirapikan dengan model seperti apa?" Dengan sopan, pelayan yang bertugas memangkas rambut itu tersenyum ramah pada Alvi.

"Terserah. Modelan anak-anak saja, dan jangan berantakan seperti sekarang." Jawab Alvi mengangkat tubuh kecil Reifan.

"Oh.. baik tuan." Jawabnya masih dengan begitu ramah.

"Ayah... mau ayah." Ucap Reifan menunjuk wajah Alvi. Alvi menyernyit dengan lirikan tajam membuat Reifan mendadak ketakutan.

"Eifan mau ayah..." rengeknya hampir menangis. Dan segera Alvi membawa Reifan pada pelukannya dan ia duduk di depan cermin besar dengan Reifan di pangkuannya. Ia berpikir bahwa Reifan ingin duduk dengannya saat rambutnya di pangkas. Dengan ragu, pelayan itu meminta maaf terlebih dahulu karena takut Alvi akan murka karena dirinya yang tak sopan.

"Tak apa. Fokus saja merapikan rambut anak ini." Ucap Alvi menyadari ketidak nyamanan si pelayan.

"Ba-baik tuan." Jawabnya masih ragu.

"Eifan mau ayah." Ucapnya kini dengan nada tegas.

"Ayah sudah menemanimu. Mau apa lagi?" Alvi mendelik kesal dengan menggoyangkan tubuh Reifan yang fokus menata rubik.

"Lambut Eifan mau sepeti ayah." Ucapnya kemudian.

"Aihhh kenapa tidak bilang dari tadi. Kupikir kau mau aku temani disini." Desah Alvi bersandar dengan memijit kepalanya. Alvi kembali beranjak dan membiarkan Reifan sendiri. Ia memilih menunggu di ruang tunggu agar Reifan tak sulit jika mencarinya.

"Ayah di sana ya." Ucap Alvi mulai melangkah menjauh.

"Ayah.... sudah." Teriak Reifan antusias dan berdiri di atas kursi memberikan rubik itu pada Alvi. Alvi terbelalak menatap rubik dan Reifan bergantian, ia benar-benar tak percaya bahwa ini memang sudah kembali seperti semula dengan warna yang tertata.

"Ka-kau?"

"Yeee Eifan behasil...." ucapnya melompat kegirangan. Alvi menerima rubik itu dan beralih menoleh ke arah cafe dimana Avril sedang diam menunggunya.

"Ayah akan segera kembali oke. Kau disini dulu."

"Ayah kemana? Ayah pelgi? Eifan sendili?"

"Tidak sayang. Ayah mau ke mommy dulu sebentar. Ayah lapar. Setelah makan, ayah kesini lagi ya." Dengan ragu, Reifan mengangguk pelan. Dan segera Alvi berlari menuju Avril yang sedang menyesap latte favorit nya.

"Avril..." panggilnya tergesa dan duduk terburu-buru membuat Avril terkejut dan tersedak dibuatnya.

"Rei.." lanjutnya terlihat panik.

"Rei kenapa?" Tanya Avril penasaran dan segera menoleh pada Reifan yang diam saja ketika rambutnya sedang dirapikan.

"Al... jangan membuatku khawatir. Rei tidak apa-apa." Ucap Avril berdecak kesal dan kembali menyesap kopinya.

"Aku mau adopsi Rei sepenuhnya." Dan, lagi-lagi Avril tersedak karena terkejut dnegan penuturan Alvi yang dirasanya tiba-tiba. "Kita bicarakan pad Aldi dan segera urus surat adopsinya."

"Apa?" Avril menyernyit semakin merasa heran. Kenapa Alvi sangat antusias ingin menjadikan Reifan sebagai anak angkatnya yang resmi.

"Tidak semudah itu Al. Rei sepenuhnya berada dalam asuhan Aldi dan mama Dewi. Yang jelas mereka keluarga kandungnya. Kita tak bisa bertindak sesuka hati. Pikirkan perasaan Aldi juga. Dia pasti akan bersedih jika anak semata wayangnya harus di rawat oleh orang lain." Jawab Avril memberi nasehat panjang kali lebar.

"Aku mau dia menjadi pewaris keluarga kita."

"Hah?" Teriak Avril menutup mulutnya sendiri. "Apa yang bicarakan? Dia sudah memiliki hak waris dari ayahnya Al. Kau ini jangan mengada-ngada." Lanjut Avril tanpa menghiraukan sekelilingnya yang serempak menoleh karena teriakannya.

"Dia genius." Ucap Alvi lagi dengan antusias.

"Hah?" Lagi, Avril masih tak mengerti dengan apa yang dari tadi Alvi katakan.

"Dasar istri bodoh. Lihat ini!" Alvi menyentil dahi Avril dengan gemas lalu memberikan mainan rubik yang sudah tersusun rapi dengan masing-masing warna.

"Ini rubik yang tadi kan? Ishhh katanya kau mau berikan pada Rei, tapi malah kau sendiri yang memainkannya. Sudah beruntung Rei tenang. Dasar ayah gila, anak sedang cengeng, malah di rebut mainannya. Padahal--".

"Ini Rei yang melakukannya." Ucap Alvi menyela celotehan Avril yang tak ada jeda.

"Hah?" Kali ini Avril mengucapkan kata itu dengan suara yang pelan. Ia menatap lekat wajah Alvi dan langsung tertawa kecil merasa tak percaya.

"Aihhh sudahlah Al... Rei itu masih kecil. Lagi pula, dia belum mengerti apa-apa."

"Aku serius Avril. Aku tidak bercanda." Ucap Alvi meyakinkan dengan tak merubah ekspresinya yang masih datar.

"Hemmmm baiklah Alvi. Aku akan percaya jika melihatnya sendiri." Ungkap Avril selanjutnya, ia masih menahan diri agar tak tertawa karena laporan Alvi.

Setelah lama menunggu, terlihat Reifan mencari-cari keberadaan Alvi, dan segera Alvi menghampiri Reifan agar tak menangis karenanya.

Melihat Alvi yang menghampirinya, Reifan pun berlari hendak menghampiri Alvi lebih dulu. Namun, karena tidak hati-hati, Reifan tersandung dan terjatuh sehingga membuatnya menangis keras.

"Ayah...." teriaknya. Namun pengunjung lain malah menatap gemas pada Reifan yang memang terlihat menggemaskan.

"Kenapa berlari? Jadinya kau jatuh kan?" Alvi segera meraih Reifan pada pangkuannya dan menenangkan tangis Reifan yang tersedu-sedu.

"Eifan mau ayah...."

"Iya Rei... ayah disini."

"Mommy?"

"Mommy ada sayang. Mau pulang?" Reifan mengangguk sambil mengusap wajahnya sendiri. Hal itu membuat sebagian pengunjung, terutama para wanita sempat histeris mengagumi Reifan yang sangat menggemaskan. Apa lagi sekarang, penampilannya sangat mirip dengan Alvi, gaya rambut yang sama persis, dan sorot mata yang teduh membuat hati perempuan sangat mudah untuk luluh.

Setelah melakukan transaksi pembayaran, Alvi segera menyusul Avril yang masih stay di cafe. Ia memberikan kecupan ringan di pipi Avril.

"Rei... kau tampan sekali." Goda Avril mencubit keras pipi chubby Reifan yang tumpah.

"Jangan di cubit. Nanti nangis lagi." Tegur Alvi menjauhkan Reifan dari Avril yang masih gemas pada penampilan baru Reifan.

"Ide siapa merubahnya menjadi mirip sepertimu?" Tanya Avril beralih menatap Alvi.

"Dia yang mau." Jawab Alvi tersenyum puas.

"Hemmm begitu?" Avril manggut-manggut mengerti. "Oh iya Al. Kita ke photo studio ya! Aku mau buat foto khusus kita bertiga." Lanjutnya dengan antusias.

"Oh ya sudah." Balas Alvi menunjukkan bahwa ia setuju dengan ide Avril.

Kemudian ketiganya berlalu menuju tempat yang dimaksud Avril dan membuat sebuah photo keluarga. Terlihat seperti keluarga sungguhan dan sangat harmonis. Tawa Avril dan Reifan yang benar-benar lepas tanpa beban, senyum hangat Alvi yang lapang menerima Reifan sebagai Putranya.

-bersambung

Episodes
1 01.
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
147 147
148 148
149 149
150 150
151 151
152 152
153 153
154 154
155 155
156 156
157 157
158 158
159 159
160 160
Episodes

Updated 160 Episodes

1
01.
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
150
151
151
152
152
153
153
154
154
155
155
156
156
157
157
158
158
159
159
160
160

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!