RTB 2: Ku Ingin Kau Kembali
. Sepeninggal Syifa, Aldian merasakan kehampaan yang teramat hampa. Bagaimana tidak, Aldi harus mengurus anak semata wayangnya yang masih kecil seorang diri. Meskipun ia masih memiliki seorang ibu, namun Reifan adalah tanggung jawab Aldi sepenuhnya.
. Aldian Mahendra. Duda muda anak satu dengan pesona yang menarik perhatian setiap perempuan. Parasnya yang menawan membuat Aldi menjadi idola dan banyak para orang tua yang ingin menjodohkan Aldi dengan putrinya. Beberapa kali Aldi mendapat permintaan dari Dewi untuk menemui beberapa anak temannya yang ingin menjadi pendamping Aldi. Meskipun Dewi tahu bagaimana Aldi pada perempuan selain Syifa dan Avril, namun Dewi menyuruhnya karena ingin menghormati dan tak ingin menyinggung perasaan mereka.
Namun, setiap Aldi menjalani kencan buta, ia selalu terang-terangan menolak karena berbagai alasan. Termasuk putranya, Reifan.
Aldi menabur bunga diatas tumpukan tanah yang terdapat batu nisan bertuliskan nama sang istri tercinta. Hari ini, tepat 3 tahun Syifa berpulang, dan tepat Reifan berulang tahun pula. Entah Aldian harus bahagia atau bersedih. Setiap ulang tahun putranya, ia merasa sangat terpuruk. Aldi selalu berandai-andai bahwa jika saja Syifa masih ada, mungkin kebahagiaannya akan sempurna. Dan ia semakin depresi setiap ia melihat keharmonisan keluarga kecil sang mantan kekasih.
Aldi beranjak dan menyusuri setiap gundukan tanah yang berjejer di samping jalur kecil yang ia lewati.
"Kau akan ke rumah Avril?" Tanya Bagas yang selalu berada di samping Aldi.
"Tidak. Aku ingin--"
"Ayolah Al... mau sampai kapan kau terlarut dalam kesedihanmu?" Bagas menyela cepat menyipitkan mata Aldi yang mungkin mendadak kesal karenanya.
"Tinggalkan saja aku sendiri." Cetusnya berlalu menuju kursi kemudi. Bagas dengan cepat memasuki mobil sebelum Aldi benar-benar marah padanya.
. Di rumah Avril, terlihat beberapa anak kecil berlarian kesana-kemari dengan riang di ruang tengah berhiaskan balon dan beberapa hiasan khas ulang tahun dilengkapi sebuah kue yang berbagai berbentuk.
"Ayah.... mimi...." teriaknya menghampiri Alvi dan meminta gelas yang sedang Alvi pegang.
"Tak boleh. Ini dingin." Jawab Alvi menjauhkan tangannya dari Reifan yang terus berusaha meraih gelas.
"Hayoooo nangis..." ejek Reno kemudian menggendong Reifan dengan gemas.
"Papa... Eifan ausss...." rengeknya lagi masih mencoba meraih gelas dari Alvi. Melihat Reifan yang berusaha keras meminta darinya, Alvi beranjak dan mengambilkan air putih untuk Reifan.
"Sini ayah minumkan." Ucap Alvi merentangkan tangannya hendak mengambil Reifan dari Reno. Namun Reifan malah merentangkan tangannya pada Avril yang baru duduk di sofa.
"Mommy..." teriaknya membuat Avril kembali beranjak.
"Apa sayang?"
"Mommy... mau mimi." Mendengar itu, Avril mengambil air dari Alvi dan hendak memberikan pada Reifan.
"Minum sendiri." Ucap Avril membiarkan Reifan meminumnya sendiri. Reno termangu karena Reifan menghabiskan seisi gelas dengan cepat. Alvi termangu menatap Avril yang bersikap tegas mendidik Reifan yang bahkan bukan anak kandungnya.
"Apa kau begitu haus?" Tanya Reno dengan serius. Namun Reifan meminta untuk di turunkan dan kembali bermain dengan Ravendra.
"Aldi tidak kesini?" Tanya Dea disela lamunan Avril yang kebetulan memikirkan dimana Aldi sekarang.
"Entahlah De... aku tak tahu." Jawab Avril tak bersemangat.
"Hai... Avil...." sapa Demira setengah berteriak ketika memasuki rumah.
"Hei. Dem...." Avril tak kalah keras menyapa Demira.
"Mana si Noah?" Tanya Alvi dengan cetus.
"Ada tuh..." jawab Demira menunjuk keluar. Alvi menyernyit menatap Noah yang baru saja masuk, tapi sudah di kerumuni anak-anak.
"Cih... aku juga tampan dan berwibawa. Tapi kenapa anak-anak itu takut padaku?" Batin Alvi berdecih sambil memalingkan wajahnya.
"Avril... kau sangat pucat. Apa kau sakit?" Tanya Reno yang sedari tadi menatap lekat wajah Avril yang memang terlihat berbeda.
"Tidak... mungkin kelelahan saja. Dan memang sedikit pusing." Jawab Avril melempar senyum manisnya.
"Jika lelah, istirahat saja." Ucap Alvi menyentuh dahi, pipi dan leher Avril yang memang terasa hangat. "Kau demam. Sudah ku bilang jangan begadang. Reifan biar aku yang jaga." Lanjut Alvi menghela nafas berat.
"Kalian baru menikah beberapa bulan, tapi sudah seperti 3 tahun saja. Punya anak sebelum menikah itu memang bagus untukmu Alvi. Kau bisa belajar menjadi ayah yang baik." Ejek Noah menatap Reifan dengan lekat lalu beralih menatap Alvi yang menatapnya sangat tajam.
"Jadi kau bilang aku jahat? Hei wajar saja aku jahat, aku ayah tiri disini." Balas Alvi memangku tangan lalu beranjak pergi ke ruang kerja dan mengambil obat untuk Avril.
"Kau tahu obat demam tuan dingin?" Ejek Noah lagi. Alvi hanya mendelik menanggapi ejekan Noah.
"Mommy? Cakit?" Tanya Reifan yang berlari menghampiri Avril dan menatapnya dengan tatapan yang sangat menggemaskan. Kepolosannya membuat Avril merasa semakin menyayangi Reifan, dan seakan ia tak ingin berpisah sedetikpun dengannya.
"Tidak... mommy tidak sakit." Jawab Avril meraih Reifan lalu mencium pipinya dengan gemas.
"Mommy... daddy?" Tanyanya kemudian. Reifan menoleh ke arah pintu lalu berlari dan menatap dengan tatapan kosong ke halaman rumah. Terlihat raut kecewa Reifan saat ia menolehkan wajahnya kepada Avril dan kemudian kembali menatap keluar. Avril benar-benar tak bisa membujuk Aldi untuk ada disamping Reifan saat Reifan berulang tahun. Aldi akan merasa semakin kehilangan Syifa jika merayakan ulang tahun Reifan dihari yang sama.
. Setelah lama berselang, terdengar suara mobil memasuki pekarangan kediaman Alvi. Reifan dengan antusias berlari menuju teras dan memanggil Aldian dengan riang.
"Daddy.... daddy....." ucapnya dengan begitu senang. Namun Reifan terdiam saat melihat Bagas saja yang datang dengan sebuah kado.
"Daddy...." rengek Reifan berubah menjadi tangis yang keras. Segera Avril menghampiri Reifan dan menenangkannya agar berhenti menangis.
"Mommy... daddy.... mau daddy...." rengeknya lagi memeluk Avril dan tangisnya yang semakin keras.
"Iya daddy lagi sibuk sayang." Lirih Avril mengusap lembut punggung Reifan yang tak henti menangis.
"Gas.. mana Aldi?" Avril beralih menatap tajam pada Bagas.
"Aldi...." Bagas menoleh ke belakang lalu membalas tatapan Avril dengan gugup karena tak tahu harus menjawab apa.
"Bagas..." delik Avril yang mulai kesal dengan sikap Bagas.
"Aldi pulang Avil...." jawab Bagas tak kalah kesal.
"Ishh... sampai kapan dia begitu? Dia lupa pada Reifan? Bagaimana pun Reifan ini anaknya. Meskipun ada Alvi yang menyayangi Reifan. Tetap saja kasih sayang ayah kandung yang paling Reifan butuhkan."
"Dan kenapa kau malah memarahiku Avil?" Gerutu Bagas yang mengikuti langkah Avril memasuki rumah.
"Aku suka heran. Apa yang dia pikirkan? Ayah macam apa dia? Anak butuh kasih sayang darinya, tapi dia malah mengabaikannya. Dia pikir anak sekecil ini sudah bisa mengerti kenapa dia seperti itu? Aku juga sama kehilangan ibu, dan harusnya seorang ayah ada untuk menguatkan. Bukan meninggalkan tanpa alasan. Dia kehilangan Syifa. Sama Gas aku juga. Dia pikir hanya dia yang merasa kehilangan?" Avril terus mengoceh dan tak terasa bulir bening perlahan mengalir di pipinya.
"Reifan ini masih kecil... harusnya dia mengerti. Apa dia pernah berpikir jika Syifa pergi karena cintanya pada Aldi itu lebih besar. Dia rela menukar nyawanya untuk membiarkan seorang malaikat kecil yang dia inginkan setelah pernikahannya untuk tetap hidup? Kapan dia dewasanya?"
"Avril hentikan." Tegur Alvi dengan suara pelan.
"Tapi Al..."
"Ku bilang hentikan!" Tegasnya dengan suara tinggi mendiamkan Avril seketika.
-bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments