14

. Setelah jam menunjukan pukul 9, Aldi baru menampakan diri, ia dengan santai memasuki ruangan dan mendapati Andre tengah duduk di sofa menyilangkan kaki dan menatap datar pada Aldi.

"Om? A-Aldi bisa jelaskan." Ucapnya mendadak panik saat Andre beranjak dan berjalan semakin dekat padanya. Aldi terdiam seketika dan menarik nafas dalam dan menahannya, dan ia menghembuskan seketika saat Andre menepuk pundaknya dengan pelan.

"Jangan terlalu stres. Kau masih muda, dan masa depanmu masih panjang. Maaf jika om mengganggumu."

"Eh?" Ketiganya serentak dan kemudian bersamaan merasa heran dengan wajah konyol menatap pada Andre yang berlalu meninggalkan Aldi yang masih mematung.

Baren dan Aldi saling pandang dengan tatapan datar dari masing-masing matanya. Kemudian ketiganya tertawa bersamaan dan saat itu Andre menyaksikan mereka terpingkal-pingkal.

"Apa kepergianku dari ruanganmu adalah sebuah kebahagiaan untuk kalian?" Tanya Andre membuat ketiga anak asuhnya dengan bersamaan diam tak bersuara. Seketika ruangan menjadi hening dan mencekam dengan mereka yang menunduk tak berani mendongak menatap Andre.

"Nanti malam om tunggu kalian di rumah. Kita makan bersama, ajak istrimu Ren, dan ibumu juga Al." Ucap Andre selanjutnya.

"Aku bagaimana om?" Tanya Bagas dengan wajah polos, Aldi dan Reno hanya menoleh menatap datar pada Bagas seakan menyuruh Bagas untuk diam. Dan Bagas pun diam seketika lalu kembali menunduk.

"Kau ikut juga."

"Oke om...." jawabnya antusias dan mendongakkan kepalanya membuat Reno menundukkan kepala Bagas dengan paksa.

Setelah berlalu, Aldi menghela nafas lega dan berjalan menuju meja kekuasaannya.

. "Hei Avril..." panggil Dinda dengan suara lesu bersandar di sofa ruang tunggu. Terlihat Avril menoleh sesaat ketika ia menatap sebuah bunga yang masih ia pilih untuk di jadikan ucapan selamat untuk Famela.

"Aku harus bagaimana ya?" Tanyanya kemudian. Avril hanya menatapnya penuh penasaran dan tak balik bertanya kenapa Dinda bertanya demikian. Ia hanya menebak bahwa Dinda tengah gundah dengan hidupnya.

"Kenapa apanya?" Tanya Avril setelah ia duduk di samping Dinda.

"Aku jatuh hati. Tapi dia sudah punya anak. Dan..."

"Apa? Ka-kau mau jadi perebut suami orang?" Teriak Avril menyela dengan wajah konyol menatap Dinda yang terkejut dengan teriakan Avril.

"Ti-tidak.... di-dia su-sudah tak punya istri." Seketika, Avril menghela nafas lega mendengar jawaban Dinda yang begitu gugup dan terbata.

"Haihhh... kukira apa... hemmm padahal temanku juga sedang butuh pendamping. Yaaa sepertinya sihhh..."

"Kenapa kau seperti tak yakin?"

"Yaaa karena dia masih berada di dalam bayangan mendiang istrinya."

"Hemmm dan mengapa kau begitu bersikeras ingin mendekatkanku dengan dia yang jelas tak akan semudah itu menerima kehadiranku?"

"Hei... teman mana yang tak ingin melihat temannya bersanding dengan gadis baik sepertimu?" Mendengar pujian Avril, seketika Dinda tersenyum tipis lalu tertawa kecil dengan menutup mulutnya.

"Apanya yang lucu?" Tanya Avril menggembungkan pipinya dengan melirik tajam pada Dinda yang perlahan menghentikan tawanya.

"Tidak. Kau yang lucu." Jawabnya dengan nada ejekan membuat Avril semakin merajuk.

Di tengah kekesalan Avril, terdengar suara ponsel dengan nada pemanggil dari tas kecil Avril.

"Iya hallo."...... "aku membeli bunga dulu. Kau jemput saja kesini."...... "ya sudah jika tak mau, aku pergi sendiri saja."...... "ohhh tak boleh sendiri. Baiklah aku akan ajak Baren saja." Kemudian Avril sedikit menjauhkan ponselnya, dan di waktu yang bersamaan Avril tertawa kecil saat menekan tombol merah tanda mematikan panggilan.

"Suamimu?" Tanya Dinda menatap heran wajah Avril yang terlihat bahagia.

"Iya. Aku suka jika melihatnya marah."

"Ishh Avril... kau tak boleh seperti itu. Bagaimana jika dia mencari wanita lain?"

"Iihhhh jangan.... meskipun dia menyebalkan, tapi aku mencintainya."

"Hemmmm giliran di ambil orang tidak mau, tapi kau terus menjahilinya."

"Makanya nikah. Kau akan tahu bagaimana serunya membujuk suami yang sedang marah dengan...... yaa kau mengertilah!" Ucap Avril masih terselip sebuah tawa kecil membuat Dinda menggelengkan kepalanya. Namun ia sangat bersyukur karena belum genap satu bulan pelariannya, ia sudah punya teman sebaik Avril, dan pelindung seperti Aldian. Ia benar-benar merasa bahwa dirinya istimewa sehingga dipertemukan dengan orang-orang baik di sekelilingnya.

Tak berselang lama, terlihat sebuah mobil menepi tepat di depan toko Dinda, lalu Avril melihat jam ditangannya dan bergegas segera pergi dari sana. Ia seperti terburu-buru bahkan tak sempat memperkenalkan Alvi pada Dinda.

"Hei Al..." panggil Avril terdengar penuh keraguan.

"Hemmm...." jawab Alvi dengan singkat tanpa menoleh sedikit pun pada Avril di sampingnya. Alvi merasa ada sesuatu yang salah pada istrinya itu, dengan penasaran ia menoleh pada Avril yang menerawang jauh pada apa yang ia lihat di depan.

"Apa sayang?" Tanya Alvi selanjutnya, dan Avril masih diam membuat Alvi semakin penasaran.

"Hei... apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Sekali lagi Alvi bertanya dengan suara yang semakin lembut dan tangan yang meraih kepala Avril lalu beralih menggenggam tangan Avril dan membawa tangan itu ke pipinya. Terasa sangat nyaman jika Alvi melakukan hal ini, tangan Avril yang lembut membuatnya merasakan kenyamanan yang sederhana. Kemudian Alvi mengecup punggung tangan Avril sambil terus fokus pada jalan didepannya. Melihat perlakuan manis Alvi, Avril semakin takut jika benar Alvi punya perempuan lain di belakangnya.

"Apa kau mencintaiku?" Alvi seketika melirik tajam dan sekaligus heran dengan pertanyaan Avril.

"Haihhh mulai lagi. Aku sudah bosan menjawabnya Avril... jawabannya masih sama."

"Tapi aku menyebalkan Al..."

"Siapa bilang?"

"Aku yang merasa."

"Lalu?"

"Apa kau punya wanita simpanan?" Kali ini Alvi tertawa mendengar pertanyaan konyol Avril yang mungkin tak pernah ia pikirkan sebelumnya.

"Kau ini bicara apa? Satu saja aku sudah pusing." Cetusnya yang tak berniat menghentikan tawanya. Avril terbelalak menatap tajam pada Alvi, lalu ia menarik tangan Alvi yang masih menggenggam tangannya dan segera menggigitnya dengan keras. Terdengar teriakan Alvi saat ia merasakan rasa sakit akibat gigitan Avril.

"Rasakan.!"

"Apa salahku? Kenapa kau suka sekali menyiksaku?"

"Kau yang menyebalkan"

"Aih... katanya kau yang menyebalkan"

"Tidak jadi. Kau yang menyebalkan."

"Kau ini kenapa? Benar-benar aneh."

"Iya aku aneh. Ihhhh kenapa kau tidak peka? Aku takut kehilanganmu sialan. Aku takut kau selingkuh dan mencari kenyamanan di wanita lain."

"Kau bicara apa?" Seketika Alvi menepikan mobilnya dan kemudian meraih kedua tangan Avril dan menatapnya penuh kelembutan. Avril mengingat ucapan Dinda yang mengatakan bahwa suami yang berselingkuh sikapnya cenderung manis dan hangat.

"Bohong. Kau ini tampan, kaya, dan juga.... iihhh pokoknya kau menyebalkan."

"Ehhh... Avril... tatap aku!" Dengan mendelik, Avril kemudian menatap Alvi dengan tatapan malas.

"Jika aku ada niat mencari wanita lain, aku tak akan membuang waktuku hanya untuk menemanimu, dan juga aku tak akan pulang cepat setelah pekerjaan selesai. Dan satu lagi, aku tak akan mengajak Ray jika ke luar kota. Kau pikir aku tidak menjaga hati? Ingat! Kau hanya satu-satunya. Cintaku tak akan terbagi sebelum ada yang memanggilku ayah, tapi bukan Rei." Tegasnya meluluhkan pandangan Avril lalu kembali melajukan mobil dengan pelan. Alvi tak sedikitpun berniat melepaskan tangan Avril dari genggamannya dan sepanjang jalan ia terus mengecup punggung tangan Avril, seakan itu menjadi sebuah candu untuknya.

-bersambung

Episodes
1 01.
2 02
3 03
4 04
5 05
6 06
7 07
8 08
9 09
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 84
85 85
86 86
87 87
88 88
89 89
90 90
91 91
92 92
93 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 141
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
147 147
148 148
149 149
150 150
151 151
152 152
153 153
154 154
155 155
156 156
157 157
158 158
159 159
160 160
Episodes

Updated 160 Episodes

1
01.
2
02
3
03
4
04
5
05
6
06
7
07
8
08
9
09
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
85
86
86
87
87
88
88
89
89
90
90
91
91
92
92
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
141
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
150
151
151
152
152
153
153
154
154
155
155
156
156
157
157
158
158
159
159
160
160

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!