Sekelebat bayangan menakutkan menghantam kepala Xaveryn, dia khawatir Riley akan mati lagi seperti kehidupan pertamanya. Jemari mungil Xaveryn bergerak menggenggam tangan Riley. Guratan kekhawatiran mendominasi di raut muka Xaveryn, sungguh dia merasa buruk sekali membiarkan sang Kakak terbaring lemah tak berdaya di atas tempat tidur.
"Paman, aku akan mencari tahu cara menyembuhkan Kakak. Tetapi, bisakah Paman merahasiakan ini dari Kakak dan Ayah? Mereka tidak akan membiarkanku bekerja jika mengetahui hal ini," ujar Xaveryn dengan raut penuh keyakinan.
"Apa? Ini adalah pekerjaan saya, Yang Mulia, tidak mungkin saya membiarkan Anda bekerja mencari tahu perihal penyakit Pangeran Riley," ucap Reiner langsung menolak niat baik Xaveryn.
Xaveryn menekuk kepalanya sejenak, dia masih tidak menyerah begitu saja.
"Tolong biarkan aku membantu Paman, aku memohon teramat sangat. Aku tidak mau sesuatu yang lebih buruk menimpa Kak Riley. Aku mohon, Paman!"
Reiner tercengung seketika melihat garis tegas di wajah Xaveryn. Reiner seakan merasa bahwasanya dia sedang menghadapi Xaveryn versi dewasa. Beberapa waktu belakangan ini Reiner berpikir ada yang berbeda dari Xaveryn. Sedikit pun tak terpancar aura anak kecil pada Xaveryn, yang ada hanyalah aura wanita dewasa.
"Yang Mulia, Anda masih terlalu dini mengatasi permasalahan rumit seperti ini. Penyakit Pangeran Riley adalah tanggung jawab utama bagi saya. Meskipun Anda keponakan saya sendiri, tapi saya tidak akan membiarkan anak sekecil Anda membantu menangani masalah penyakit Pangeran. Anda hanya perlu mendo'akan kesembuhan Pangeran Riley."
Xaveryn menggigit bibir sembari menundukkan kepala. Inilah yang dia sesali menjadi seorang anak kecil, artinya dia harus duduk manis menantikan kemungkinan yang terjadi esok hari. Dia benci berdiam diri ketika dirinya mengetahui masa depan saudaranya.
Pada saat Xaveryn mengeratkan genggaman tangannya dengan tangan Riley, tiba-tiba saja darah Xaveryn berdesir hebat. Xaveryn tersentak ketika dirinya merasakan gejala yang tidak asing dari tubuh Riley. Xaveryn meraba-raba bagian dada Riley, gadis bermata hazel itu menemukan sumber penyakit Riley selama ini.
"Paman, aku ingin bertanya, apakah Kakak selama ini sering mengalami pingsan secara tiba-tiba? Apakah terkadang darah mimisan Kakak keluar tiada henti? Apabila Kak Riley terluka, apa mungkin lukanya sulit disembuhkan? Dan apakah Kak Riley seringkali berhalusinasi melihat bola api yang melahap tubuhnya?"
Xaveryn mencecar Reiner dengan berbagai pertanyaan, tapi anehnya seluruh pertanyaan itu memang gejala yang pernah dirasakan Riley.
"Bagaimana Anda bisa mengetahuinya, Yang Mulia? Itu semua adalah gejala dari penyakit Pangeran Riley selama ini," jawab Reiner.
"Sudah aku duga, penyakit ini dinamakan penyakit bunga api. Penyakit yang melahap tubuh si penderita serta membiarkan si penderitanya mati dalam kepanasan. Penyakit ini baru ditemukan obatnya pada sebelas tahun kemudian oleh seorang peneliti sihir," gumam Xaveryn.
Sepasang manik hazel Reiner membulat sempurna, dia jelas mendengar apa yang baru saja digumamkan oleh Xaveryn. Tidak mungkin dia salah dengar dalam jarak dekat seperti ini.
'Sebelas tahun kemudian? Apa yang dibicarakan Tuan Putri? Kenapa dia bergumam seolah mengetahui segalanya soal penyakit ini?'
Reiner masih mengamati Xaveryn, setiap gerakan yang dia lakukan untuk mengecek tubuh Riley tampak seperti gerakan seorang dokter profesional. Reiner semakin menaruh rasa penasaran terhadap Xaveryn yang mendadak berubah.
"Apa maksud perkataan Anda barusan? Sebelas tahun kemudian? Mungkinkah Anda bisa melihat masa depan?" cecar Reiner.
Sontak Xaveryn tersadar, dia langsung membekap mulutnya yang ceplas ceplos tanpa melihat situasi. Namun, terlintas suatu hal di kepala Xaveryn, dia tidak mungkin menyimpan rahasia ini seorang diri. Dia butuh seseorang yang dapat membantunya di belakang Jonathan.
"Bisakah Paman menyimpan rahasiaku? Nanti aku akan menceritakan kepada Paman semuanya."
Reiner berfirasat bahwa ini bukanlah rahasia sederhana. Akan tetapi, mau tidak mau Reiner harus merahasiakannya sebab apa yang akan dia dengar setelah ini ialah sesuatu yang mungkin saja mengejutkannya.
"Oke, mari ceritakan kepada saya apa yang sebenarnya terjadi."
Xaveryn membawa Reiner ke luar dari ruang kamar Riley, mereka memutuskan untuk berbincang di ruang tamu. Seluruh pelayan dan kesatria disuruh pergi, kini hanya tinggal mereka berdua saja. Pada mulanya, Xaveryn tampak ragu menceritakan masalah tersebut kepada Reiner. Namun, dia mendorong dirinya untuk berbicara jujur supaya Reiner bisa membantunya membantu penyakit sang Kakak.
"Paman, apakah Paman percaya kalau seseorang bisa kembali ke masa lalu?" tanya Xaveryn tiba-tiba.
"Sejujurnya, saya tidak begitu percaya karena waktu bukanlah sesuatu yang dapat dipermainkan. Tetapi, jika itu Tuan Putri yang mengalaminya, maka saya mungkin saja percaya."
Xaveryn tersenyum tipis menatap Reiner, pandangan matanya tampak sendu dan dipenuhi berbagai beban berat.
"Aku kembali ke masa lalu dan ini adalah kehidupanku yang ke tujuh belas," ungkap Xaveryn.
"Hah?" Reiner kaget bukan main, dia terdiam sepersekian detik lalu bersuara kembali.
"Kehidupan yang ke tujuh belas? Kenapa Anda bisa kembali ke masa lalu? Memangnya apa yang terjadi pada Anda di masa depan?" lanjut Reiner bertanya.
"Kekaisaran hancur, dunia dikuasai kejahatan, dan pada akhirnya aku mati. Setiap kali aku mati, aku kembali ke masa lalu. Namun, pada kali ini aku kembali ke usia lima tahun. Itulah mengapa beberapa waktu lalu aku melakukan percobaan bunuh diri sebab aku takut hidup lagi. Keberadaanku membawa bencana buruk bagi kekaisaran, Paman. Hanya akulah yang selamat, semua orang mati meninggalkanku."
Xaveryn menceritakan segalanya dari awal hingga akhir pada Reiner. Tiada kata yang terlontar dari mulut Reiner. Degup jantungnya tak beraturan membayangkan betapa menakutkannya kehidupan Xaveryn.
Tidak ada satu pun yang disembunyikan Xaveryn, meski dadanya sesak dan pedih ketika menceritakan dirinya, tapi dia berusaha menahan diri.
Bak disambar petir di siang bolong, siapa sangka jika yang didengarkan Reiner merupakan sebuah kenyataan. Perasaan Reiner campur aduk mendengar pernyataan Xaveryn. Segala jenis penderitaan dilalui oleh Xaveryn sendirian selama ini. Pada akhirnya, Xaveryn kembali dan diberi kesempatan lebih panjang mengubah masa depan serta mencegah kematian setiap orang.
Reiner tertunduk lemas, gadis kecil di depannya kini mempunyai jiwa wanita kuat dan dewasa. Hidupnya jauh lebih menyedihkan, tidak ada orang yang tahu, hanya dirinya saja yang mengetahui pasti. Tetapi, pada hari ini Xaveryn memutuskan bahwa Reiner akan menjadi satu-satunya orang yang tahu masa lalunya.
"Bukankah terdengar memilukan? Aku tidak tahu apakah ini sebuah anugerah atau mungkin hukuman dari dewi untukku. Kehidupanku terlalu banyak lika-liku, saat aku berharap tidak pernah bangun lagi, tapi rupanya aku dibawa ke masa sekarang," ucap Xaveryn lirih.
"Yang Mulia ... tidak! Maksudku Xaveryn, aku akan berbicara sebagai Pamanmu. Tidak ada lagi gunanya kau melihat ke belakang, badai besar telah berlalu sejenak, mungkin nanti akan datang badai lagi. Akan tetapi, ini berbeda, kau mengetahui masa depan, jadi gunakanlah pengetahuanmu untuk mengubah takdir kekaisaran ini. Aku yakin kau bisa melakukannya, percayalah pada dirimu sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Eka Putri Handayani
ah segera up kak smngt
2022-08-08
1