Dua orang pelayan sedang bergosip ria sembari menghina Riley, Xaveryn bisa mendengar dengan jelas dari balik tembok. Gadis kecil itu menggeram kesal terhadap para pelayan tersebut, aura membunuh nan kuat tanpa sengaja mencuat dari inti tubuh Xaveryn. Darahnya mendidih panas dan hampir meledak, tapi dia menahan diri sejenak karena ada sesuatu yang perlu dia lakukan kepada mereka.
Xaveryn melangkah pelan menuju kamarnya, skenario pembunuhan paling menyeramkan tersusun rapi di otaknya. Hingga pada malam harinya selepas Annita memastikan Xaveryn telah tertidur, Annita keluar dari kamar dan Xaveryn bangkit dari ranjang. Gadis bersurai emas itu hanya berpura-pura tidur saja demi mengecoh Annita sekaligus demi menjalankan rencananya.
“Tidak bisa aku maafkan! Orang-orang yang menghina keluargaku harus dilenyapkan lebih dulu. Sebelum aku melangkah ke rencana yang lebih besar, sebaiknya aku membersihkan kekaisaran dari manusia hina dan tak berguna. Mereka hanya akan mengotori kekaisaran, jadi lebih baik aku menghabisi nyawa mereka sebelum mereka bertindak dan merugikan kekaisaran.”
Xaveryn mengeluarkan buku sihir, ekspresinya teramat serius menatap kata demi kata yang tertera di permukaan kertas. Xaveryn sedang mempelajari satu sihir yang berguna untuk menjalankan misinya malam ini.
“Sihir manipulasi usia, aku akan menggunakan sihir ini untuk mengubah wujudku menjadi wanita dewasa. Melakukan pembunuhan memakai tubuh kecil ini tak ada gunanya sama sekali, jadi sekarang mari kita lakukan yaitu pembunuhan pertamaku setelah kembali ke masa ini.”
Dalam sekejap, Xaveryn berhasil menguasai sihir manipulasi usia dan mengubah dirinya menjadi seorang gadis remaja. Xaveryn mencoba melihat dirinya di pantulan cermin, dia sedikit kagum karena kemampuannya.
“Ini adalah wujud remajaku, dengan begini aku bisa beraksi,” gumam Xaveryn sembari memakaikan jubah berwarna hitam untuk menutupi wajah serta tubuhnya. Gadis itu pun langsung mengendap-endap keluar dari kamar. Xaveryn juga menyebarkan sihir yang membuat semua orang tertidur sehingga tidak ada orang lain yang akan menyadari rencana pembunuhannya malam ini. Rencananya benar-benar berjalan dengan baik sejauh ini, tidak ada yang perlu dia khawatirkan.
Kini hanya tersisa derap kaki Xaveryn yang bergema di tengah istana, sepanjang jalan tidak ada cahaya yang menerangi. Kesunyian malam ini mendukung rencana pembunuhan Xaveryn, gadis itu mendadak berubah menjadi iblis yang tidak mengenal ampun. Langkah kaki Xaveryn berbelok ke arah asrama pelayan, dia beruntung sebab kedua pelayan yang sebelumnya menghina Riley tinggal satu kamar sehingga dia bisa dengan mudah membunuh kedua pelayan itu.
“Mereka ada di kamar ini, oke mari kita masuk.” Xaveryn membuka pintu kamar asrama pelayan yang berada di tengah-tengah. Xaveryn langsung menemukan dua orang pelayan tengah tertidur lelap di atas ranjang mereka masing-masing.
Xaveryn mengamati mereka dengan baik, tidak ada yang spesial dari kedua pelayan itu selain wajah mereka yang tampak menjijikkan bagi Xaveryn. Kemudian perlahan kedua tangan Xaveryn bergerak mengalungi leher salah satu pelayan. Amarahnya memuncak hebat, takkan ada yang bisa menghentikan niat membunuhnya kala itu.
Akibat cengkraman kuat dari tangan Xaveryn, pelayan itu pun tiba-tiba terbangun karena sesak napas. Dia memberontak dan mencoba lepas dari niat membunuh Xaveryn, gadis itu sengaja tidak memberikan mereka sihir penidur supaya mereka bisa tersiksa lebih dulu sebelum akhirnya benar-benar mati.
“L-Lepas … t-tolong ….”
Xaveryn tersenyum menyeramkan, daya cengkramannya kian menguat, dia tidak terhentikan saat ini. Rekan si pelayan itu terbangun karena suara lirih dari rekannya, dia terkejut bukan main sesaat menyaksikan percobaan membunuh terhadap rekan seperjuangannya.
“Pembunuh … tolong! Ada pembunuh!” Wanita itu berteriak dan mencoba keluar dari kamar, tapi sayangnya pintu kamar dipasangi sihir sehingga mereka tidak bisa lari ke mana pun. Xaveryn menikmati pembunuhan yang telah dia rencanakan, siapa sangka jika ini menjadi teramat menyenangkan baginya.
“Kalian tidak akan bisa kabur ke mana pun, tidak akan ada orang yang mendengar teriakan kalian karena semua orang sedang tertidur pulas. Hanya kalian dan aku saja yang terbangun, bagaimana pun usaha kalian, kalian tetap takkan bisa kabur dari lubang neraka. Ini adalah pembalasanku atas penghinaan yang telah kalian berikan terhadap keluarga kekaisaran. Dosa kalian tidak diampuni, darah kalian akan menjadi satu-satunya yang membekas di alas kasur ini.”
Mereka semakin tenggelam dalam bayangan kematian yang kian mendekat dan melahap hidup mereka. Xaveryn sungguh menakutkan, dia bahkan menarik nyawa mereka berdua hanya dengan menggunakan aura mematikan yang terpancar dari tubuhnya.
“Tidak … aku tidak mau mati … aku masih ingin hidup. Tolong … siapa pun tolong selamatkan nyawaku!” teriak pelayan yang sedang terduduk lemas di atas lantai menyaksikan proses kematian rekannya.
“Tidak ada jalan untuk kabur, ini adalah keinginan kalian, jadi jangan pernah menyalahkan diriku.”
Xaveryn memperkuat cekikannya hingga satu orang pelayan berhasil kehilangan nyawanya. Selanjutnya, Xaveryn bergerak turun dari atas tempat tidur, dia mendekati pelayan yang tengah membatu di sudut ruang. Xaveryn menarik sebilah pedang, tanpa berlama-lama dia langsung menebas kepala pelayan itu. Noda darah memercik ke piyama putih yang dia kenakan, kamar ini pun seketika dipenuhi aroma darah.
“Hahaha, akhirnya aku melakukan pembunuhan pertamaku pada kehidupanku yang ke tujuh belas. Tidak buruk juga, membasmi manusia hina seperti mereka bukan sebuah dosa, aku yakin sang dewi cahaya akan memberkati keputusanku. Ya, walaupun dia tidak memberkatiku, aku tinggal membunuh dewi itu saja.”
Bahana tawa Xaveryn bergaung di istana nan sunyi, dia pergi begitu saja meninggalkan dua mayat pelayan di kamar. Xaveryn kembali ke istana kediamannya membawa noda darah di tubuhnya, perasaan puas dia dapatkan setelah berhasil melakukan pembunuhan pertama.
“Mari berubah lagi menjadi gadis polos yang tidak tahu apa-apa, biarkan pihak istana sibuk menemukan pembunuh yang menghabisi nyawa kedua pelayan itu. Aku tidak peduli, yang penting aku bisa melampiaskan amarahku,” gumam Xaveryn.
Tidak lupa Xaveryn melenyapkan jubah yang bersimbah darah demi menghindari kecurigaan dari pihak istana. Sesudah itu, Xaveryn beranjak ke atas tempat tidur, dia hanya perlu menunggu waktu hingga langit menunjukkan mentari pagi.
Sesuai rencana Xaveryn, pada pagi harinya istana dihebohkan oleh penemuan dua orang mayat pelayan. Para kesatria berlarian ke sana kemari, Delvis selaku asisten pribadi Jonathan ikut disibukkan akibat masalah ini karena kala itu Jonathan maupun Claes dan Alvaro sedang tidak berada di istana. Sungguh, kejadian ini mengguncang pihak istana, mereka bahkan kesulitan karena pembunuhnya tidak meninggalkan jejak satu pun.
“Annita, ada apa di luar? Kenapa semua orang tampak sangat sibuk?” tanya Xaveryn disertai ekspresi polosnya.
“Tidak ada apa-apa, Yang Mulia, hanya ada sedikit masalah saja. Jangan khawatir karena sebentar lagi para kesatria akan menyelesaikannya.” Annita pun berusaha menyembunyikan insiden pembunuhan ini dari Xaveryn supaya gadis kecil itu tidak takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
anes wahyu
tambah seru ceritanya....inget ya thor, up sampai tamat, semangaaaat
2022-08-24
2