Berita pembunuhan misterius dua orang pelayan istana menjadi topik hangat di kekaisaran selama dua minggu. Para kesatria masih melakukan penyelidikan terhadap pembunuh kedua pelayan tersebut, tapi hasilnya nihil sebab mereka tidak menemukan adanya tanda-tanda penyusup. Begitu pulang ke istana, Jonathan langsung turun tangan menangani kasus ini, bahkan dia memperkuat keamanan di istana terutama di istana sakura. Jonathan khawatir sehingga dia memberi pengamanan dua kali lebih ketat di istana kediaman Xaveryn.
Hari demi hari semakin banyak pelayan dan kesatria yang mati terbunuh hingga satu tahun berlalu masih tidak ditemukan pelaku pembunuhan tersebut. Xaveryn berhasil bersembunyi dengan baik di balik tembok istana sakura, sampai saat ini tak ada seorang pun yang menyadari bahwa pembunuhnya adalah seorang anak kecil yang belum genap berusia tujuh tahun. Xaveryn pintar menyembunyikan akal busuknya di belakang ekspresi polos yang setiap hari dia pertontonkan.
“Istana sudah hampir bersih dari manusia biad*b, Kak Riley kondisinya sekarang juga mengalami kemajuan pesat. Keberadaanku di istana masih belum dipublikasikan ke masyarakat luas, aku masih diberi gelar Tuan Putri yang tersembunyi karena Ayah tidak mau menunjukkan diriku ke dunia luar. Haruskah aku menunjukkan kemampuanku yang sebenarnya? Ya, aku rasa itu harus.”
Xaveryn bergerak turun dari meja belajar, dia melangkah ke depan cermin rias untuk melihat pantulan dirinya di dalam cermin.
“Aku sedikit bertambah tinggi lalu juga berat badanku turut bertambah, tapi selama satu tahun ini aku cuma bermain saja. Ayah tidak pernah mengizinkanku belajar atau pun sekedar mengirim mentor untuk mengajariku. Bagaimana pun aku harus mencolok dan unggul di segala bidang agar kemampuanku diakui dunia.”
Xaveryn menyeringai, berbagai rencana licik tersusun rapi di kepala gadis kecil itu, dia terlihat seperti iblis yang haus darah.
“Aku mengetahui masa depan serta setiap permasalahan yang melanda setiap kekaisaran dan kerajaan masih aku ingat dengan jelas. Apabila aku berhasil membantu dan menyelesaikan permasalahan tersebut maka mereka akan berutang budi kepada diriku. Aku akan menunjukkan kemampuanku pada dunia supaya mereka bisa bergantung padaku dan aku bisa mengendalikan mereka di bawahku. Iya, itu benar, jika mereka mengenali kemampuanku serta mengingat utang budi mereka terhadapku, aku yakin mereka akan membantuku melawan pemberontakan.
Tidak sama seperti kehidupan pertama, tidak satu pun dari mereka yang sudi membantu Graziella karena mereka merasa tidak pernah utang budi. Meskipun Graziella sudah cukup kuat, namun menghadapi pemberontakan itu membutuhkan kekuatan yang lebih besar lagi. Nah, sekarang mari manfaatkan semua yang ada demi meraih kedamaian di Graziella.”
Suara tawa yang dipenuhi kejahatan bergema di kamar sunyi yang hanya ada dirinya, dia pun menyudahi pemikiran liciknya lalu beranjak keluar dari kamar. Xaveryn berencana mengunjungi sang Ayah karena dia berniat menunjukkan kemampuan belajarnya kepada semua orang. Di tengah perjalanan menuju istana utama, Xaveryn berpapasan dengan Riley.
“Kakak!” panggil Xaveryn dengan nada suara yang sangat ceria.
“Xaveryn, apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau sendiri saja? Ke mana Annita dan Eris?” tanya Riley.
“Mereka sedang sibuk, jadi aku pergi sendirian saja menemui Ayah. Apa Kakak juga hendak bertemu dengan Ayah? Oh iya, bagaimana tubuh Kakak sekarang? Sudah jauh lebih baik?”
“Ya, aku juga pergi menemui Ayah. Lalu kondisi tubuhku jauh lebih ringan, tidak disangka penyakit ini benar-benar ada obatnya.”
Xaveryn turut senang melihat Riley bisa leluasa bergerak dan tidak pernah merasakan kesakitan lagi seperti dahulu. Dengan begini, Xaveryn berhasil menyelamatkan nyawa Riley, sang Kakak dapat hidup lebih lama daripada kehidupan pertamanya.
Sepanjang jalan menuju istana utama, Xaveryn tiada henti berdecak kagum karena istana utama sekarang menjadi lebih indah. Keramik istana menjadi lebih mulus, para pekerja sangat memperhatikan detail pekerjaan mereka.
“Permisi, Yang Mulia, Pangeran Riley dan Tuan Putri Xaveryn ingin bertemu dengan Anda. Sekarang mereka berdua sedang berada di depan pintu masuk,” ujar seorang kesatria.
Kala itu Jonathan tengah sibuk oleh tumpukan dokumen di atas meja kerja, tapi begitu mendengar nama Xaveryn tubuhnya yang lelah langsung segar kembali.
“Suruh mereka untuk masuk,” sahut Jonathan.
Delvis menatap aneh pada Jonathan, berapa kali pun dia melihat senyum sumringah Jonathan dia tetap tidak terbiasa sama sekali. Jonathan di medan pertempuran dan Jonathan di hadapan Xaveryn bagaikan dua orang yang berbeda.
“Ayah, apakah Ayah sedang sibuk?” tanya Xaveryn menongolkan kepalanya dari ambang pintu.
“Tidak, Ayah tidak sibuk, kemarilah. Kenapa putriku ingin menemuiku?”
Jonathan beralih dari kursi, dia merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan hangat yang akan diberi oleh putrinya. Jonathan menggendong Xaveryn ke sofa dan memberi perintah para pelayan untuk menyajikan kudapan serta cokelat panas.
“Ayah, Kak Riley ingin berbicara dengan Ayah.”
Jonathan langsung melirik Riley dan bertanya, “Apa yang ingin kau bicarakan, Riley?”
Riley terdiam, dia sempat terkaget dan terlintas perasaan ragu-ragu di hati Riley untuk membicarakannya dengan Jonathan. Kemudian Riley mencoba merilekskan bahu, dia memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih santai.
“Begini … yang ingin aku bicarakan dengan Ayah adalah perihal impianku di masa depan. Sebenarnya aku tidak mau menjadi kesatria, aku ingin menjadi seorang dokter yang hebat seperti Paman Reiner. Tolong berikan aku izin untuk melakukannya, Ayah,” ujar Riley akhirnya dia berhasil mengatakannya.
Sejujurnya Riley takut berbicara pada Jonathan, dia terpaksa melakukannya demi mewujudkan mimpinya secara terang-terangan. Riley telah mempersiapkan mentalnya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berbicara pada Jonathan.
“Lakukan saja, aku tidak melarangmu menjadi seorang dokter, jika kau tidak berminat menjadi seorang kesatria maka itu tidak masalah. Lagi pula ini adalah hidupmu, kau berhak menentukan bagaimana jalan yang akan kau tempuh di masa depan.”
Riley terpaku, tidak disangka Jonathan begitu mudahnya memberinya izin untuk mengejar impiannya menjadi seorang dokter seperti Reiner. Rasanya Riley sedang berada di alam mimpi, dia pikir Ayahnya akan menentang keinginannya.
“Benarkah Ayah mengizinkannya? Tapi, bukankah waktu itu Ayah mengatakan kalau seorang Pangeran harus menjadi kesatria?” tanya Riley masih kurang percaya.
“Iya, tapi itu dulu karena kau terlihat seperti tidak punya impian di masa depan, sekarang kondisi tubuhmu jauh membaik. Oleh sebab itulah, aku senang mendengarmu mengutarakan keinginanmu, dengan begini kau bisa lebih fokus belajar kedokteran,” tutur Jonathan.
Riley menitikkan air mata haru, Xaveryn mengacungkan jari jempol demi mengapresiasi keberanian Riley.
“Ayah, kalau begitu aku juga mau menjadi kesatria!” seru Xaveryn, seisi ruangan bisa mendengar dengan jelas perkataan Xaveryn.
“Apa yang kau katakan?”
“Aku mau menjadi kesatria seperti Ibu, Ayah! Aku ingin menjadi seorang sniper, jadi tolong berikan aku pistol berkualitas tinggi.”
“Hah? EEHHHHH.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
heirs
😂😂😂😂😂😂
2023-03-21
0
anes wahyu
anak cowok pingin jdi dokter hebat....si cewek pingin jdi sniper hebat, jooooos ahh
2022-08-24
2