Ruang kerja Jonathan mendadak heboh, mereka membatu begitu mendengar permintaan Xaveryn yang ingin menjadi seorang kesatria. Jonathan syok bukan main, dia tidak pernah membayangkan sang putri mempunyai keinginan menjadi seorang kesatria. Xaveryn hanya tersenyum polos, dia tidak peduli dengan larangan atau apa pun yang bersifat menghambat dirinya. Xaveryn telah memutuskan menjadi seorang kesatria agar bisa lebih memperkuat dirinya sendiri.
“Tidak boleh, kau tidak boleh menjadi kesatria. Pekerjaan seorang kesatria itu sangat berat dan dipenuhi marabahaya. Bagaimana nanti kau terluka oleh binatang buas atau terluka karena monster? Tidak boleh, Xaveryn! Kau harus menjadi seorang Tuan Putri yang duduk tenang di istana.”
“Aku tidak mau menjadi Tuan Putri yang manja, aku mau menjadi seorang kesatria! Ayah tidak boleh melarangku karena aku khawatir saat Ayah dan Kakak tidak berada di istana, bagaimana kalau nanti ada musuh yang menyerangku? Setidaknya aku bisa melindungi diri sendiri,” tutur Xaveryn bersikeras.
Dia pun melanjutkan dengan berbisik, “Ayah, tidak mungkin aku menggunakan sihir di istana, bagaimana misalnya ada seseorang yang melihat sihirku lalu mereka berencana membunuhku? Aku menjadi seorang kesatria untuk berjaga-jaga bila sesuatu yang buruk menimpaku.”
Sepasang mata Jonathan membulat sempurna, dia tidak berpikir sampai ke sana dan mendengar alasan Xaveryn pun dia memutuskan untuk mengubah pemikirannya.
“Baiklah, kau boleh menjadi kesatria asalkan ada Claes atau Alvaro bersamamu nanti. Lalu kau bilang ingin menjadi seorang sniper seperti Ibumu? Apa kau tidak tertarik belajar pedang?” tanya Jonathan.
“Hmm, bagaimana ya?”
“Belajar berpedang tidak buruk juga, kau boleh belajar dua-duanya baik itu menjadi seorang sniper atau kesatria berpedang sekali pun,” ucap Riley.
Xaveryn mengangguk, dia pikir juga itu tidak ada salahnya belajar menjadi seorang kesatria penembak maupun kesatria berpedang. Xaveryn pun memandang Jonathan dengan muka memelas, dia ingin Jonathan segera memberinya izin dan memulai latihannya. Xaveryn terlihat tidak sabar menunjukkan kemampuannya kepada orang lain.
“Baiklah, mari lakukan seperti itu, kau boleh belajar ilmu pedang dan cara menembak menggunakan pistol,” ucap Jonathan pasrah.
Xaveryn melompat kegirangan sesaat Jonathan akhirnya mengalah dan memberi dirinya izin untuk latihan. Jonathan turut bahagia melihat anak-anaknya menikmati hidup ini tanpa memikirkan perebutan takhta seperti yang pernah terjadi kepada dirinya dulu.
“Lalu, Ayah, bolehkah aku meminta satu hal lagi? Aku ingin Ayah mencarikanku seorang mentor. Aku mau memulai pelajaranku lebih awal dan menguasai etiket kekaisaran, lebih cepat aku belajar itu akan lebih baik.”
“Mentor? Ya, itu bukan hal yang sulit, nanti aku akan meminta Delvis mencarikan seorang mentor untukmu. Apa ada hal lain lagi?”
Xaveryn menggeleng cepat. “Itu cukup, sekarang aku akan kembali ke istana sakura, jadi silakan lanjutkan kembali pekerjaan Ayah. Jangan suka menunda pekerjaan dan Ayah juga tidak boleh menyusahkan Delvis. Meskipun Delvis adalah asisten pribadi Ayah, tetap saja Ayah harus memperlakukannya dengan baik. Jangan membuat masalah dan lakukan pekerjaan Ayah sendiri,” celoteh Xaveryn.
Sekilas Jonathan melihat sisi sang istri di diri Xaveryn, dahulu Permaisuri selalu memarahinya ketika dia menunda pekerjaan. Persis seperti Xaveryn yang cerewet dan pemarah, tapi baginya sisi itulah yang membuatnya semakin mencintai istrinya. Walaupun Permaisuri telah meninggal sejak satu minggu seusai kelahiran Xaveryn, dia masih enggan mencari pengganti sebab di hatinya hanya ada Permaisuri seorang.
“Oke, Ayah akan melakukan seperti yang kau katakan.”
Xaveryn dan Riley pun keluar bersama dari ruang kerja Jonathan, mereka berpegangan tangan menuju istana sakura. Sedangkan Jonathan kembali ke meja kerjanya, suasana penuh warna mendadak menjadi suram. Jonathan tidak pernah seceria itu selain kepada Xaveryn dan Permaisuri, semua orang di istana ini tahu hal tersebut.
“Jadi, Anda akan mencarikan mentor untuk Tuan Putri? Ini mungkin tidak mudah bagi Tuan Putri karena normalnya anak belajar itu di usia tujuh tahun. Mengapa Anda tidak menyuruh Tuan Putri untuk menikmati waktu bermainnya terlebih dahulu?” tanya Delvis.
“Apa yang kau katakan? Xaveryn sudah lancar membaca dan menulis sejak dia berusia lima tahun. Bahkan dia membaca buku-buku sulit yang berada di perpustakaan, mungkin kau tidak tahu hal ini karena aku sengaja menyembunyikannya. Putriku itu jenius, dia bisa menguasai isi satu buku hanya dalam waktu satu malam,” jelas Jonathan.
Delvis tercengang saat mendengarnya, dia tidak tahu harus berekspresi seperti apa lagi.
“Yang Mulia, apa mungkin Tuan Putri ….”
“Benar, Xaveryn mewarisi kemampuan khusus dari Kaisar pertama yaitu kemampuan ingatan super. Dia bisa mengingat setiap detail yang ada di dalam buku hanya dalam sekejap, jadi kemampuannya ini akan menarik banyak bangsawan yang penasaran dengan dirinya. Inilah alasan mengapa aku belum memperkenalkan Xaveryn ke hadapan publik karena terlalu banyak yang istimewa di dirinya.”
Delvis setuju dengan Jonathan, memperkenalkan Xaveryn ke hadapan publik secara resmi sebab akan banyak orang yang memanfaatkan kesempatan untuk menjadi tunangan Xaveryn lalu masuk ke istana dan mendatangkan kekacauan. Jonathan dan Delvis selalu bertindak hati-hati, mereka menyelidiki latar belakang setiap orang yang hendak masuk ke istana tanpa terkecuali.
“Saya mengerti, jadi itulah mengapa Anda langsung menyetujui Tuan Putri untuk mempunyai seorang mentor.”
“Sebenarnya meski tanpa mentor pun Xaveryn bisa belajar sendiri, tapi tampaknya dia mempunyai rencana tersendiri. Entah mengapa Xaveryn cukup sulit untuk aku tebak, walau usianya masih enam tahun, namun gadis kecil itu mempunyai pemikiran yang berbeda dari anak seusianya.”
“Lalu bagaimana Anda bisa mengetahui kemampuan Tuan Putri?” tanya Delvis sekali lagi.
“Waktu itu aku tidak sengaja memergokinya menyelinap di perpustakaan, dari sanalah aku tahu kemampuan unik milik Xaveryn,” jawab Jonathan.
Begitulah isi pembicaraan mereka berdua, dari sini Delvis semakin menunjukkan ketertarikan pada Xaveryn. Pria tampan yang masih berusia delapan belas tahun itu selalu mengagumi Kaisar pertama pendiri Kekaisaran Graziella. Selama ini Delvis sering membaca buku sejarah yang mengatakan bahwa Kaisar pertama memiliki ingatan super yang dapat mengingat hal sedetail apa pun dalam kurun waktu sepersekian detik.
Pada hari itu juga, Jonathan mencarikan seorang mentor untuk Xaveryn belajar etiket kekaisaran lalu untuk mentor pelajaran yang lain akan dicarikan nanti. Mereka berhati-hati dalam memilih mentor, mereka menyeleksi secara detail tanpa melewatkan apa pun. Sementara itu di waktu bersamaan, Xaveryn sedang menikmati waktu santai di istana kediamannya seraya membaca buku sihir untuk menguasai sihir baru.
“Ayah sudah mengabulkan keinginanku, aku yakin mentor etiket kekaisaran nanti pasti wanita itu lagi. Sebenarnya aku tidak perlu mentor untuk belajar, alasan lain kenapa aku meminta mencarikan mentor ialah supaya aku bisa bertemu wanita itu lagi yaitu wanita yang sudah menyiksaku di kehidupan pertama. Lihat saja, aku akan membuatnya mati lebih cepat, anggap saja ini hadiah dariku setelah kembali lagi ke masa lalu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
anes wahyu
Kayanya bagus ya klo dibikin film
2022-08-24
0