Ketiga Pangeran serentak mengarahkan pandangan ke sumber datangnya suara Jonathan. Mereka terperangah kaget mendengar apa yang baru saja dilontarkan oleh Jonathan. Terutama Riley, dia masih belum terlalu paham, dia berpikir mungkin saja sang Ayah hanya sedang berusaha menghibur hatinya.
"Ayah, apa yang Ayah katakan?" tanya Claes.
Jonathan menyunggingkan senyum sambil mendudukkan diri di tepi ranjang Riley.
"Riley, dengarkan Ayah, Pamanmu berhasil menemukan obat untuk penyakitmu. Sekarang Ayah akan segera pergi mengambil bahan obatmu di pegunungan sebelah barat kekaisaran. Jadi, mulai saat ini berhentilah merasa putus asa, kau pasti bisa bangkit selayaknya anak-anak pada umumnya," jelas Jonathan.
Sungguh sulit dipercaya, selama delapan tahun Riley hidup dalam kesengsaraan lalu kini muncullah sepercik cahaya memberi harapan baru bagi hidup Riley. Seketika suasana kamar heboh, Alvaro berteriak gembira.
"Benarkah, Ayah? Benarkah aku bisa sembuh?"
Jonathan mengangguk sambil mengusap puncak kepala Riley.
"Benar, kau bisa tanyakan masalah ini kepada Pamanmu, biar dia yang menjelaskannya. Mari kita rayakan kesembuhanmu nanti, Ayah akan mengadakan pesta khusus untukmu," ujar Jonathan.
Derap kaki kecil nan imut terdengar sedang mendekati kamar Riley. Mereka berempat langsung menyadari suara langkah kaki Xaveryn. Bahkan sebelum Xaveryn muncul dari pintu masuk, mereka sudah lebih dulu menghadap ke arah pintu.
"Oh, Kakak! Apakah Kakak sudah sembuh?"
Xaveryn bergegas menghampiri ranjang Riley, meskipun jiwa Xaveryn telah dewasa, tapi dia berpura-pura menjadi anak kecil nan menggemaskan di hadapan keluarganya. Bagaimana pun juga Xaveryn sedikit ingin menikmati masa kecil yang penuh kemanjaan.
"Xaveryn, naiklah ke atas tempat tidurku. Aku sudah sadar, tapi bukan berarti aku sudah sembuh," jawab Riley.
Xaveryn memeluk Riley dengan sumringah, tiba-tiba saja Alvaro dan Claes ikut masuk memeluk mereka lalu diikuti oleh Jonathan mendekap tubuh anak-anaknya yang jauh kecil dari tubuhnya.
"Adikku paling imut, pasti ini karena dirimu kembali ke istana makanya banyak hal baik yang terjadi," ucap Alvaro diangguki Claes.
"Tapi ngomong-ngomong kenapa Ayah juga ikut memeluk kami? Rasanya sesak karena tubuh Ayah jauh lebih besar," tutur Claes.
"Dasar lemah! Aku hanya ingin memeluk anak-anakku. Apakah ada masalah? Jika kau protes, maka aku akan mengirimmu satu bulan penaklukkan."
Akhirnya mereka hanya bisa diam menikmati pelukan dari Jonathan. Mereka tertawa bersama dan saling bersenda gurau. Xaveryn menyentuh dadanya, dia merasakan kebahagiaan melimpah meluap dari hatinya. Pada kehidupan pertama dia seringkali salah paham oleh sikap keluarganya. Namun, selepas dia kembali ke istana, Xaveryn semakin sadar bahwa keluarganya menyayanginya baik di kehidupan kini maupun kehidupan lampau.
Beberapa saat berselang, Jonathan berpamitan pergi menuju pegunungan. Alvaro dan Claes merengek meminta ikut, mereka bersikeras membantu Jonathan mengumpulkan bahan obat untuk Riley. Alhasil, Jonathan terpaksa membawa mereka juga, tapi untungnya kedua putranya itu terkenal kuat meski umur mereka masih kecil.
Kala itu, tinggallah Xaveryn berdua dengan Riley, para pelayan sedang sibuk melakukan pekerjaan mereka. Jadi, Xaveryn memutuskan menemani Riley di kamarnya supaya tidak bosan.
"Dengar! Kakak sebentar lagi akan sembuh, jadi Kakak bisa lebih maksimal berlatih ilmu pedang agar bisa menjadi seperti Ayah, Kak Claes, dan Kak Alvaro. Bersabarlah, Xaveryn! Kakak pasti bisa menjadi seorang kesatria yang hebat," ucap Riley.
Xaveryn tersenyum lebar, tapi sebenarnya Xaveryn merasa sedih dengan Riley. Ada sesuatu yang mengganjal di hati Xaveryn mengenai impian Riley yang sesungguhnya.
"Aku sangat senang karena niat Kakak ingin melindungiku, tapi Kakak tidak perlu terbelenggu akibat hal tersebut. Jadilah seperti apa yang Kakak inginkan, tidak perlu menjadi seorang kesatria untuk melindungiku. Kakak ingin menjadi dokter, 'kan?"
Riley tercengang, dia merasa belum pernah memberitahu siapa pun soal impiannya. Tetapi, Xaveryn bisa tahu dengan pasti apa impiannya yang sesungguhnya.
"Bagaimana kau bisa tahu? Apakah sebelumnya aku pernah memberi tahumu?"
"Karena aku melihat Kakak membaca buku tentang kedokteran di perpustakaan. Kakak ingin menjadi dokter seperti Paman Riley, bukan? Aku tahu itu, Kakak tidak bisa berbohong padaku."
Xaveryn bisa mengetahui impian Riley sebab dahulu dia pernah tanpa sengaja mendapatkan buku diary Riley. Di sana tertulis bahwa impian Riley yang sebenarnya ialah menjadi seorang dokter hebat seperti Reiner. Namun, apa daya, umur Riley tidak bertahan lama di dunia ini dan terpaksa harus mati di usia kecil.
"Hahaha, kau memang Adikku, kau sangat pintar." Riley mengelus gemas rambut Xaveryn. "Walau begitu, aku tetap tidak bisa menjadi seorang dokter, aku harus menjadi kesatria supaya orang lain mau mengakuiku. Aku tidak mau Ayah menanggung malu hanya karena aku tidak mewarisi mata berwarna hazel."
Mata hazel merupakan ciri khas keluarga kekaisaran, tapi sedangkan Riley tidak mewarisi warna mata hazel. Mata Riley sama dengan warna mata sang Permaisuri. Hal inilah yang menyebabkan Riley dipandang rendah oleh para bangsawan. Ditambah lagi mengenai dirinya yang penyakitan, Riley jadi dianggap sebagai beban Kaisar. Xaveryn nyaris melupakan hal ini, masih terngiang di kepalanya suara para pelayan yang berani menghina Riley dahulu bahkan setelah Riley mati sekali pun.
"Apa yang Kakak takutkan? Apabila mereka berani menghina Kakak, maka aku sendiri yang akan menghabisi mereka. Tenang saja, aku akan melindungi Kakak dan menjadi seorang kesatria wanita seperti Ibu dulu."
Sekilas Riley menangkap ekspresi menyeramkan penuh aura kejahatan dari muka Xaveryn. Gadis kecil itu tidak main-main saat dirinya mengatakan akan menghabisi orang yang menyakiti hati Riley.
"Kenapa kau ingin menjadi kesatria? Kau putri satu-satunya Kekaisaran Graziella, jadi duduk tenanglah melihat Ayah dan Kakak melindungimu dari serangan orang luar."
"Karena aku ingin menjadi keren seperti Ibu, nanti aku akan berbicara kepada Ayah."
Riley hanya terkekeh menanggapi impian konyol Xaveryn, gadis itu terlihat lucu di matanya ketika dia sedang berbicara seperti orang dewasa.
"Jadi, Kakak, jangan takut untuk bermimpi, kalau Kakak mau menjadi dokter maka katakanlah yang sejujurnya kepada Ayah. Aku yakin Ayah mengizinkannya, oke?"
"Oke, nanti aku coba berbicara dengan Ayah."
Mereka pun melanjutkan perbincangan lagi dengan topik lain, Riley tidak hentinya tertawa akibat tingkah lucu Xaveryn. Semenjak kehadiran Xaveryn, Riley jadi lebih sering tertawa, biasanya dia hanya menunjukkan ekspresi murung. Seusai puas berbincang, Riley beristirahat dan Xaveryn kembali ke kamarnya lagi. Ketika Xaveryn melewati lorong, ada sesuatu yang mengganggu suasana hatinya.
"Kau dengar itu? Katanya Pangeran Riley sebentar lagi akan sembuh. Count Wilmer berhasil mendapatkan obat penawar sakitnya."
"Apakah itu benar? Pangeran lemah dan tidak mempunyai mata hazel itu akan segera sembuh? Tidak ada gunanya, lagi pula dia tidak mewarisi mata hazel. Keberadaannya hanya merusak reputasi istana."
"Bukankah lebih baik dia mati saja? Sejujurnya ada atau tidak adanya dia tak ada pengaruhnya dengan Kaisar."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
AK_Wiedhiyaa16
Wah para pelayan kurang ajar, berani2nya ngatain majikannya di belakang
2022-08-19
3