Ketika pagi menyapa, Annita pergi mengunjungi kamar Xaveryn, dia mendapati Xaveryn sedang duduk di depan meja rias. Annita sedari kemarin dibuat heran oleh tingkah aneh Xaveryn yang tidak seperti biasanya. Segera Annita menghampiri Xaveryn, gadis kecil itu tersenyum ramah padanya sambil merapikan rambut yang kusut.
“Bagaimana keadaan Anda sekarang, Yang Mulia? Apakah sudah sepenuhnya pulih?” tanya Annita mengambil alih menyisir rambut Xaveryn.
“Aku jauh lebih baik, maafkan aku membuatmu khawatir tapi sekarang kau tidak perlu mengkhawatirkanku lagi,” jawab Xaveryn.
Annita menghela napas lega, demam Xaveryn telah pulih, tidak ada lagi yang dia cemaskan, justru hari ini Xaveryn tampak lebih ceria dari sebelumnya. Annita selalu menemaninya di menara nan sepi ini, dia tidak paham alasan mengapa Kaisar menaruh Xaveryn jauh dari istana. Bahkan Kaisar tidak pernah mengunjungi Xaveryn sejak gadis itu dilahirkan. Terkadang Annita merasa kasihan kepada Xaveryn, anak yang seharusnya membutuhkan perhatian khusus dari orang tuanya tapi itu semua tidak berlaku bagi Xaveryn.
“Annita, cuaca hari ini cerah, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke danau? Lagi pula danaunya berada di belakang menara, jadi tidak ada salahnya kita jalan-jalan sebentar,” ujar Xaveryn.
Ekspresi Annita langsung sumringah, biasanya Xaveryn tidak pernah meminta jalan-jalan, dia hanya berdiam diri di kamar.
“Baiklah, saya akan mempersiapkan beberapa cemilan untuk dibawa ke danau. Ini pertama kalinya Anda melangkahkan kaki ke luar menara.”
Kemudian Annita langsung bergerak mempersiapkan segala hal, mulai dari pakaian hingga makanan yang berencana mereka nikmati di tepi danau. Cuaca yang begitu cerah mendukung rencana jalan-jalan Xaveryn, walau di sekitar mereka hanya ada hutan, tapi hal ini sudah cukup untuk merenggangkan kebosanan di dalam menara.
Setiap langkah yang menapaki menara, hanya ada kesenyapan yang menyapa mereka dan setiap sudut menara ini pada kehidupan lalu Xaveryn diisi oleh puluhan kesatria yang jatuh tak bernyawa akibat serangan pemberontak. Sedikit pun Xaveryn tak sanggup mengalihkan pikirannya dari peristiwa menakutkan itu.
Sesampainya di tepi danau, Annita segera membentangkan tikar kecil lalu menaruh semua makanan yang dia bawa di atasnya. Pemandangan di tepi danau benar-benar luar biasa, seolah pemandangan itu telah dirancang sejak lama.
“Ya ampun, saya lupa membawa sendok. Bisakah Anda menunggu saya di sini sebentar, Yang Mulia? Saya akan ke dalam mengambil sendok.”
Xaveryn mengangguk mengiyakan, Annita pun bergegas masuk lagi ke menara untuk pergi mengambil sendok. Ekspresi ceria Xaveryn perlahan pudar, dia memasang senyum palsu demi membohongi Annita.
“Mati tenggelam bukanlah hal yang buruk, aku tidak berharap bisa membuka mata lagi karena aku hanyalah sumber masalah utama di sini.”
Xaveryn bangkit dari posisi duduk, langkah kecilnya mengarah ke tengah danau disertai pandangan kosong serta tak bercahaya. Xaveryn memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan membenamkan diri ke tengah danau. Satu langkah demi satu langkah, gaun imut yang dia kenakan mulai basah terkena air danau. Xaveryn sungguh tidak mempunyai keinginan untuk hidup, dia sudah sangat lelah menjalani hidup yang dinanti oleh derita di depan mata.
“Aneh sekali, kenapa sendok di dapur menara tiba-tiba menghilang? Aku terpaksa harus membuka stok sendok baru,” gumam Annita baru keluar dari menara.
Ketika pandangan Annita menuju ke arah danau, dia membeku pucat sesaat menyaksikan tubuh mungil Xaveryn tenggelam ke dasar danau. Tanpa berpikir panjang, Annita berlari untuk menyelamatkan Xaveryn.
“YANG MULIA!” Annita melompat masuk ke danau, dengan mengandalkan kemampuan berenang yang cukup baik, Annita berusaha menggapai tubuh Xaveryn yang semakin terbenam menuju dasar. Untung saja Annita berhasil menyelamatkan Xaveryn, tapi badan gadis mungil itu terasa dingin, nyaris tidak ada kesadaran yang tertinggal di tubuhnya.
Bergegas Annita membawa Xaveryn kembali ke menara, dia lekas mengabari pihak istana untuk mengabari masalah ini sekaligus meminta agar dokter datang memeriksa kondisi Xaveryn. Betapa cemasnya Annita melihat kondisi lemah Xaveryn, bahkan dia tidak berhenti gemetar setelah mendapati Xaveryn menenggelamkan dirinya ke dasar danau.
“Sebenarnya, apa yang sedang Anda pikirkan, Yang Mulia? Mengapa Anda pergi ke tengah danau? Apakah Anda benar-benar putus asa karena Kaisar dan saudara Anda tidak mengunjungi Anda selama ini?” Annita menangis sesenggukan di samping badan Xaveryn yang terbujur lemas tak berdaya di atas tempat tidur.
Menunggu beberapa menit, seorang pria tampan berambut pirang dan berkacamata datang bersama dua orang kesatria istana.
“Bagaimana ini bisa terjadi pada Tuan Putri? Apakah beliau masih belum sadarkan diri sedari tadi?” Pria itu buru-buru merogoh alat kedokterannya untuk memeriksa kondisi tubuh Xaveryn.
“Saya tidak tahu, tadi saya meninggalkan Tuan Putri sebentar, tapi ketika saya kembali lagi saya melihat beliau membenamkan diri ke dalam danau,” jawab Annita seraya menangis tersedu-sedu.
Count Reiner Wilmer, dia adalah seorang bangsawan yang berprofesi sebagai dokter, mata berwarna hazel yang dimilikinya merupakan ciri khas bahwasanya dia mempunyai darah anggota keluarga kekaisaran. Reiner tak lain yaitu Adik kandung dari Kaisar Graziella yang kini mewarisi gelar bangsawan Count Wilmer.
“Untung saja kau berhasil menyelamatkan beliau sebelum terlambat, untuk sekarang kondisi Tuan Putri baik-baik saja tapi kau harus mengawasi beliau dengan baik. Aku khawatir Tuan Putri akan melakukan hal yang lebih gila lagi,” tutur Reiner.
“Baik, Tuan, saya akan mengawasi Tuan Putri dengan baik.”
Setelah itu, Reiner melangkah keluar dari kamar Xaveryn, tidak lupa juga dia memberikan resep obat kepada Annita. Tetapi, Reiner tidak sepenuhnya meninggalkan menara, dia memutuskan menginap untuk memantau keadaan Xaveryn.
Pada malam harinya, Annita pergi keluar sebentar mengambilkan makanan untuk Xaveryn. Tanpa dia sadari, Xaveryn telah terbangun dari ketidaksadarannya. Pandangan mata gadis kecil itu masih kosong, sama sekali tidak ada harapan untuk melanjutkan hidup.
“Aku masih hidup,” gumamnya sambil turun dari ranjang. Perlahan dia bergerak menuju balkon kamar, dia melihat ke bawah balkon, yang dia lihat hanyalah hamparan tanah kosong.
“Kamarku berada di lantai empat, jika aku melompat ke bawah pasti aku tidak akan selamat.”
Kepala Xaveryn terangkat, sepasang netra hazel miliknya menatap lurus ke atas langit yang bertabur bintang. Sinar bulan purnama di malam itu mengarah padanya, sebuah senyum hambar terbit di bibir mungilnya.
“Mati di bawah sinar rembulan merupakan sebuah kehormatan, setidaknya orang-orang akan mengenangku sebagai Tuan Putri yang mati ketika bulan purnama,” gumamnya lagi.
Xaveryn memejamkan mata, dia berharap tidak akan bangun lagi di hari esok, segala rasa sakit ini akan dia bawa bersamanya ke alam kematian. Pada saat bersamaan, Annita memasuki kamar Xaveryn, tapi lagi-lagi dia menemukan Xaveryn yang berencana melakukan tindakan bodoh.
“Yang Mulia, apa yang akan Anda lakukan? Jangan berdiri di sana, itu berbahaya bagi Anda. Saya mohon jangan lakukan itu.”
Xaveryn memutar pandangannya seraya tersenyum ke arah Annita, dia pun melompat dari lantai empat menuju dasar tanah.
“KYAAAA, TUAN PUTRI!” Suara pekikan Annita terpecah dan bergema ke setiap sudut menara, dia tidak sempat menangkap atau pun menghentikan rencana bunuh diri Xaveryn.
“Annita! Ada apa?!” Reiner datang begitu mendengar teriakan Annita, dia mendapati Annita
sedang berdiri di tepi balkon sembari menangis.
“Tuan Putri … Tuan Putri melompat ke bawah, saya tidak bisa menghentikan beliau.”
“Apa?” Reiner dan sejumlah kesatria berlari menapaki anak tangga menuju bawah untuk menolong Xaveryn sembari berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada gadis kecil yang berharga itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Asmi Pandansari
sudah 16kali dikasih kesempatan hidup sama dewa tapi tetap saja tidak bisa merubah apa2. biar jadi tawanan kalau punyak sihir apa yang tidak bisa dilakukan dengan sihir. cerita goblok
2023-11-20
0
fares Faresya
cerita paling bodong yg pernah gw baca seharusnya kalau cmn lu punya sihir gunukan saja sihir mu itu atu gk jadi antagonis aja
2023-02-25
0
anes wahyu
seperti cerita dongeng.....up sampai tamat ya thor
2022-08-23
1