“Yang Mulia, ini sudah pagi, sekarang waktunya Anda untuk bangun.”
Sayup-sayup Xaveryn mendengar suara seorang wanita yang tidak asing membangunkan dirinya. Perlahan Xaveryn mencoba membuka mata, pemandangan pertama yang dia lihat adalah wanita berambut pendek sebahu mengenakan seragam pelayan. Wanita tersebut tersenyum lembut sesaat Xaveryn membuka mata, dia jelas sangat mengenal wanita itu.
Sontak Xaveryn pun buru-buru bangkit dari posisi tidurnya, sepasang manik hazelnya membulat sempurna.
“Annita … kau Annita, bukan? Kenapa kau bisa ada di sini?”
Ya, pelayan itu bernama Annita, dia adalah pengasuh Xaveryn yang ditunjuk secara langsung oleh Kaisar untuk mengasuh Xaveryn di menara yang jauh dari kerumunan massa. Raut wajah Annita terlihat kebingungan seketika Xaveryn menatapnya menggunakan tatapan kaget.
“Iya, ini saya Annita, Yang Mulia,” jawab Annita.
‘Bagaimana mungkin Annita ada di sini? Dan lagi, dia terlihat lebih muda, aku tidak pernah sekali pun melupakan wajahnya.’
Xaveryn menunduk tak percaya, mendadak memori buruk menghantam kepalanya, kematian Annita yang tidak pernah dia lupakan seumur hidup. Annita merupakan salah satu orang paling berjasa dalam hidupnya. Annita bahkan rela mengorbankan dirinya demi menyelamatkan Xaveryn dari serangan musuh.
“Yang Mulia, Anda harus hidup apa pun yang terjadi, saya akan menjadi umpan dan Anda bisa kabur lewat pintu belakang menara. Anda paham itu? Jangan sampai mereka menangkap Anda.”
“Bagaimana denganmu, Annita?”
“Jangan pedulikan saya, bagi saya keselamatan Anda adalah yang utama karena saya telah berjanji kepada mendiang Permaisuri untuk melindungi Anda.”
Sebuah gambaran ingatan tentang Annita yang bersimbah darah menghampiri Xaveryn lalu membawanya ke menara yang melewati hutan. Ingatan yang menyakitkan baginya tatkala orang yang dia sayangi mati karena melindungi dirinya. Kini Xaveryn pun kembali ke masa di mana dia masih bisa memandang dengan jelas wajah manis Annita yang senantiasa tersenyum kepada dirinya.
“Yang Mulia, ada apa? Mengapa Anda bertingkah aneh? Mungkinkah Anda tiba-tiba hilang ingatan? Oh dewa, ini tidak boleh dibiarkan.” Annita tiba-tiba panik, dia meraba kening Xaveryn untuk mengecek suhu tubuh gadis itu.
“Aku tidak apa-apa.” Xaveryn kembali membelalak kaget, dia baru sadar suaranya terdengar berbeda dan tangannya berubah kecil.
Spontan Xaveryn melompat turun dari tempat tidur, dia bergegas menuju cermin rias besar yang terpampang di kamar. Alangkah terkejutnya Xaveryn menyaksikan bayangan tubuhnya yang kecil, dia meraba-raba wajahnya memastikan kalau dia sedang tidak bermimpi. Jelas sekali bahwa Xaveryn kembali menjadi anak-anak. Kemudian Xaveryn mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar, pemandangan familiar ini adalah kamarnya saat berada di menara.
“Apa Anda baik-baik saj—”
“Annita, berapa umurku sekarang?” Xaveryn memotong cepat kalimat Annita, dia sangat ingin tahu berapa umurnya saat ini.
“Apakah Anda lupa? Anda berusia lima tahun, Yang Mulia. Padahal baru kemarin Anda berulang tahun, tapi Anda melupakannya begitu cepat.”
Tubuh Xaveryn meluruh ke atas lantai, jantungnya seolah terjepit, perasaan takut dan putus asa kembali menghantui dirinya. Bayang-bayang kematian, pengkhianatan, dan rasa sakit yang dia rasakan selama enam belas kali kehidupannya tidak pernah dia lupakan sedikit pun.
‘Aku hidup lagi, aku kembali ke usiaku lima tahun, tapi mengapa? Mengapa aku kembali lagi? Aku tidak mau hidup, jika aku hidup akhirnya akan tetap sama. Aku akan mati di tangan Kaisar Saverio, mereka menyiksaku lagi, melecehkanku, menyetubuhiku, dan mempermalukanku. Kenapa dewa memberiku kehidupan semenyedihkan ini? Ini adalah kehidupanku yang ketujuh belas, aku sangat frustrasi … aku takut ….’
Annita lekas menyambut tubuh Xaveryn yang hampir terjatuh ke permukaan lantai, badan kecil itu mulai gemetar hebat mengeluarkan peluh membasahi kening. Annita terlihat cemas, dia mencoba memanggil-manggil Xaveryn, tapi tidak ada respon yang diberikan Xaveryn. Gadis berambut keemasan itu tenggelam di memori kelam yang menyelimuti ingatannya.
“Apa yang harus aku lakukan? Tiba-tiba saja Tuan Putri tumbang karena demam.”
Di menara sebesar ini hanya ada mereka berdua saja, terkadang kesatria datang memastikan kondisi Xaveryn dan Annita. Ditambah lagi saat ini tengah hujan lebat, Annita tidak bisa keluar dari menara untuk memanggilkan dokter sehingga Annita terpaksa mengobati Xaveryn menggunakan obat-obatan seadanya saja. Annita mengompres Xaveryn sembari berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada Xaveryn.
Hingga malam menjelang, Annita mulai tenang karena kondisi Xaveryn membaik secara perlahan. Annita kini bisa istirahat sembari menunggu Xaveryn sadar, dia pun keluar dari kamar Xaveryn dan membiarkan gadis itu terlelap di kamarnya. Beberapa jam berselang, Xaveryn terbangun dengan kondisi napas tersengal-sengal, tampaknya dia baru saja bermimpi buruk.
“Lagi-lagi aku memimpikan kehidupanku yang lalu, aku pikir aku takkan hidup lagi setelah aku menembak kepalaku dengan pistol, tapi tidak ada bedanya ….” Xaveryn menekuk lututnya, sekujur badannya masih gemetar mengingat masa lalunya.
Kemudian Xaveryn mengangkat kembali kepalanya, dia mengamati tangan kanannya yang mengeluarkan percikan cahaya biru. Xaveryn tertegun, kedua matanya membulat sempurna seketika percikan cahaya tersebut menyelimuti tangan kanannya.
“Sihir … kenapa aku bisa mengeluarkan sihir ketika aku masih berusia lima tahun? Pada kehidupan sebelumnya aku baru menyadari sihir ini saat aku berumur dua puluh tahun, tepatnya pada saat pemberontakan itu terjadi. Tidak ada sihir di dunia ini, itulah yang aku ketahui karena sihir lenyap pada masa dua puluh ribu tahun yang lalu. Aku adalah satu-satunya orang di dunia ini yang memiliki jumlah sihir melimpah di tubuhku.”
Xaveryn tampak tidak senang dengan keberadaan sihir di tubuhnya karena sihir itulah Kekaisaran Saverio menginginkan dirinya. Sebagai satu-satunya manusia yang memiliki sihir serta yang mempunyai sihir yang tak terbatas di tubuhnya membuat Kaisar Saverio terlena.
“Karena sihir inilah aku kehilangan segalanya, aku tidak mau punya sihir di tubuhku, aku hanya ingin menjadi manusia biasa. Mereka meniduriku untuk menyerap energi sihir milikku, aku benci ketika mengingatnya. Sihir hanya bisa diserap melalui hubungan badan sehingga sebelum aku mati, keberadaan sihir ini perlahan menyebar ke penjuru dunia. Aku dijadikan Permaisuri, tapi di balik itu aku hanyalah alat penambah kekuatan mereka.”
Xaveryn terus bergumam, berkali-kali dia memukul kepalanya sendiri dan menyalahkan dirinya yang menjadi akar permasalahan bagi keluarga serta rakyat Graziella. Tiada henti air mata Xaveryn menetes keluar, betapa besarnya trauma yang dia dapatkan dari kehidupan menyakitkan yang dia jalani selama ini.
“Andaikan saja … andaikan saja aku tidak pernah terlahir ke dunia ini, andaikan saja aku mati saat aku baru dilahirkan, kekaisaran ini takkan pernah hancur di tangan pemberontak. Kenapa dewa mengirimku ke dunia ini? Ibu mati ketika melahirkanku, aku tidak lebih dari seorang Tuan Putri pembawa sial. Aku hanyalah parasit, seharusnya aku mati saja … benar, aku harus mati bagaimana pun caranya itu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sulati Cus
sepertinya nasibmu sdg di permainkan sm si othor betapa lelah nya jd dirimu mati hidup so 16 x😔
2022-08-30
2