Jonathan terkesiap ketika Xaveryn berkata demikian perihal sihirnya. Jonathan menghentikan aktivitasnya lalu mendekati putrinya yang tengah terbaring di atas kasur. Dia ingin mendengar lebih lanjut penjelasan dari Xaveryn.
"Coba jelaskan kepada Ayah," ujar Jonathan lagi.
Xaveryn bangkit dari posisinya, dia menatap sendu sambil mengeluarkan percikan sinar sihir dari telapak tangannya.
"Aku mengetahuinya baru-baru ini, tapi aku tidak mengatakan kepada siapa pun. Jadi, Ayah, aku paham alasan Ayah mengurungku di menara sihir. Apabila pihak kekaisaran lawan mengetahui kemampuanku, maka mereka akan menggunakan berbagai cara membinasakanku."
Jonathan tersentak, dia terkejut sang putri berbicara layaknya orang dewasa di usianya masih lima tahun. Selain itu, sejak awal Jonathan terkadang merasa aneh dengan tingkah laku putrinya. Jika anak kecil perempuan pada biasanya menunjukkan ketertarikan dengan hal yang berkilau, tapi Xaveryn tidak pernah tampak tertarik. Bahkan perhiasan serta boneka dan mainan yang dia belikan belum tersentuh sedikit pun.
"Maafkan Ayah, Xaveryn, tapi Ayah tidak bermaksud sedikit pun menyembunyikannya darimu. Ayah memang sudah tahu sejak kau lahir bahwa kau mempunyai kemampuan sihir. Ayah mencari cara untuk melindungimu karena kita tidak tahu kekaisaran lain akan mengeluarkan cara seperti apa demi mencelakaimu," tutur Jonathan.
"Aku mengerti seberapa menakutkannya manusia, tapi itulah mengapa aku harus menguasai sihir ini segera. Bisakah Ayah memberitahuku cara agar aku dapat menguasainya? Sejujurnya aku hanya bisa mengendalikan sihir dasar. Masih banyak sihir luar biasa yang belum aku kuasai. Jadi, apakah Ayah tahu cara mengendalikan sihir di zaman yang tidak punya ahli sihir?"
Jonathan berpikir sejenak, ini bukanlah masalah sepele yang dapat mudah diatasi.
"Mungkin di ruangan itu ada, ruangan yang telah terkunci sejak lama dan tidak ada orang yang bisa membukanya. Ayah pikir ruangan itu bisa dibuka menggunakan sihirmu," kata Jonathan.
Xaveryn memiringkan kepalanya, Jonathan menyebut ruangan yang tidak diketahui maksudnya oleh Xaveryn.
"Ruangan? Ruangan apa yang Ayah maksud?" tanya Xaveryn.
"Baiklah, kita pergi ke sana sekarang, jika besok maka ketiga saudaramu pasti datang mengganggu."
Jonathan menggendong Xaveryn, mereka berjalan di lorong nan gelap menggunakan setangkai lilin. Meskipun cahayanya remang-remang, tapi mereka masih dapat melihat jalan dengan jelas. Mereka menapaki anak tangga menuju ruang misterius di sebelah istana utama. Lima belas menit menuruni tangga yang panjang dan terjal, akhirnya mereka tiba di depan sebuah pintu besar.
"Ruangan apa ini, Ayah? Lalu mengapa ruangan dengan pintu sebesar ini bisa ada di istana? Jalan yang kita lewati tadi juga tersembunyi dari mata orang luar."
"Ruangan ini sudah ada sejak awal kekaisaran ini dibangun, Kaisar dan Permaisuri pertama mendirikan ruangan ini untuk keturunannya yang dikaruniai oleh sihir. Lalu setelah beberapa ratus tahun, akhirnya kau lahir yaitu anak dengan kemampuan sihir. Tidak ada yang bisa memasuki ruangan ini dan hanya diketahui oleh pewaris takhta saja. Sekarang coba kau buka ruangan ini karena Ayah yakin ada sesuatu yang bisa membantumu menguasai sihirmu."
Jonathan menurunkan Xaveryn, dengan langkah pelan Xaveryn mendekati daun pintu yang terbuat dari besi kuat.
'Aku tidak pernah mendengar soal ruangan ini sebab di kehidupan pertama sihirku baru bangkit ketika aku berusia dua puluh tahun. Aku berharap ruangan ini memberiku jawaban mengenai segala pertanyaanku tentang sihir.'
Xaveryn menyentuh permukaan pintu disertai aliran sihir yang menyelimuti pintu tersebut. Secara mengejutkan, Xaveryn berhasil membuka pintu itu tanpa menggunakan tenaga sedikit pun.
"Wah, ada banyak buku." Xaveryn terperangah kagum sebab terdapat banyak sekali buku yang berjejer. "Ayah, lihat! Bukunya berkilauan!" Xaveryn sumringah bukan main, ini karena dia sejak dulu sangat suka baca buku.
Jonathan mengangguk, dia tidak percaya ada ruang seperti ini di istana. Selain buku yang berjejer rapi layaknya sebuah perpustakaan, di sana juga ada bola kristal serta berbagai senjata yang berselimut sihir.
"Hati-hati, jangan berlarian," ucap Jonathan kepada Xaveryn yang berlari masuk ke dalam.
Xaveryn menjangkau sebuah buku yang paling menarik menurutnya. Buku bersampul merah tua dan dikunci menggunakan sihir. Meskipun ruangan ini tersegel selama ratusan tahun, tapi tidak ada debu yang menempel di ruang tersebut.
"Ini adalah buku sihir, di sini tertulis berbagai macam formula sihir yang bisa aku gunakan. Apabila aku berhasil menguasai seluruh sihir di buku ini, maka aku yakin bisa menghadapi bencana yang akan datang," gumam Xaveryn.
Xaveryn berbalik badan, dia melihat Jonathan sedang berdiam diri di hadapan sebuah pajangan kaca yang berisi tiga bilah pedang sihir. Tampaknya dia tertarik pada pedang itu karena sepengetahuan Xaveryn, Jonathan diberi gelar si gila pedang oleh rakyat.
"Ayah, aku sudah mendapatkan buku sihir," kata Xaveryn membuyarkan fokus Jonathan.
"Baiklah, mari kita keluar sekarang."
Jonathan menggendong Xaveryn, mereka keluar dari ruangan tersebut.
"Xaveryn, jangan beritahu siapa pun selain Ayah mengenai kemampuan sihirmu. Kau akan berada dalam bahaya jika ada orang selain Ayah yang mengetahuinya," ujar Jonathan.
"Iya, Ayah, aku hanya akan memberitahu Ayah sebab hanya Ayah yang paling bisa aku percayai."
Jonathan tersenyum bangga, dia turut senang mendengar sang putri mempercayai dirinya. Mereka beristirahat bersama, tapi sayangnya semenjak kembali ke masa lalu Xaveryn tidak pernah tidur dengan nyenyak.
Keesokan paginya, Jonathan pergi penaklukkan wilayah dari binatang buas bersama Claes dan Alvaro. Mereka terlihat tidak rela berpisah sebentar dengan Xaveryn, tapi mereka juga tak bisa melalaikan tugas mereka. Riley tidak pergi bersama mereka karena penyakit bawaan Riley kambuh tiba-tiba sejak tadi pagi.
"Kakak, bagaimana kondisi tubuhmu?" tanya Xaveryn mengunjungi Riley ke istana kediamannya.
"Ssstt, Yang Mulia, Pangeran Riley baru saja tertidur," kata Reiner menyuruh Xaveryn merendahkan suaranya.
Reiner baru saja memeriksa kondisi Riley, raut muka Reiner tertekuk sedih seusai membuat Riley tertidur. Xaveryn melangkah pelan mendekati ranjang tempat tidur Riley. Tergurat dari garis wajah Riley betapa lelahnya dia menahan sakit selama ini.
"Paman, sebenarnya Kakak sakit apa?" Xaveryn ikut sedih menyaksikan Riley hidup dalam kesakitan.
Reiner menggeleng. "Saya sampai sekarang masih belum menemukan penyakit jenis apa yang diderita Pangeran Riley. Selama ini saya hanya memberi beliau obat pereda sakit, tapi obat ini tidak bisa menahan rasa sakitnya lebih lama."
Ya, itu benar, tak ada satu dokter pun yang mengetahui jenis penyakit yang diderita Riley. Sedari bayi, Riley menderita sakit pada jantungnya, terkadang ketika kambuh, rasa panas menjalar dari jantung hingga ke ulu hati lalu berlanjut ke sekujur badan. Terkadang Riley mimisan tatkala rasa sakitnya tak mampu dia tangani. Reiner telah melakukan berbagai upaya penyembuhan, namun tak ada yang berhasil.
"Jika terus seperti ini, maka Pangeran Riley tidak bisa bertahan hidup lebih dari usia sepuluh tahun," lanjut Reiner.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Eka Putri Handayani
uh lanjut kak jngn kelamaan up
2022-08-06
1