Mau tidak mau Elyna harus nurut kepada Rifal. Sesuai anjuran dokter, setiap tiga jam sekali Rifal akan menyuruh Elyna makan.
"Masih kenyang." Elyna menolak. Dia memang tidak bisa makan banyak.
"Sedikit aja." Lagi-lagi Elyna menggeleng.
Rifal pun akhirnya menyerah. Dia membiarkan istrinya beristirahat. Dia juga masih setia berada di samping ranjang pesakitan Elyna. Menatap wajah istrinya secara dekat membuat hatinya berdesir. Wajah polos tanpa riasan membuatnya terlihat cantik alami. Ingin rasanya Rifal mengusap lembut pipi Elyna. Namun, dia harus sadar diri seperti apa hubungannya dengan Elyna. Sesuai dengan perkataan sang ayah, dia harus memperbaiki hubungannya dulu dengan Elyna di sini. Berulah membawa Elyna ke Jakarta.
Ketika sore datang, Elyna berniat untuk ke kamar mandi. Rifal yang sedari tadi fokus dengan ponselnya pun langsung sigap. Dia memasukkan ponselnya dan segera membantu Elyna.
"Mau saya bawakan infusannya?" Elyna pun menggeleng.
Namun, Rifal masih memperhatikan Elyna dari belakang. Dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan Elyna. Rifal pun memilih menunggu Elyna di depan pintu kamar mandi. Dia menyandarkan tubuhnya di dinding.
Elyna terkejut ketika dia membuka pintu sang suami ada di sana. "Mas, mau ke kamar mandi?" Rifal pun menggeleng. Dia mengambil botol infus, Elyna pun sedikit terkejut.
"Darahnya takut naik lagi," ujar Rifal. Elyna melihat ke arah selang infus, dan memang terlihat ada darah yang mulai sedikit naik. Elyna juga tidak menyangka ketika Rifal merangkul pundaknya. Ada rasa tidak percaya di dada.
Elyna sudah kembali ke ranjang pesakitan. Rifal menaikkan selimut hingga ke perut istrinya.
"Mau makan apa? Saya mau cari makan buat nanti malam." Elyna terdiam sejenak. Tiba-tiba dia teringat akan makanan yang jadi racun di tok-tok.
Bukannya menjawab Elyna malah mengambil ponsel. Menunjukkan makanan yang dia inginkan kepada Rifal. Dahi Rifal pun mengkerut.
"Kamu mau itu?" Elyna mengangguk dengan cepat. "Rasanya sama?" Lagi-lagi Elyna pun mengangguk..
"Tolong share alamat dan tokonya." Elyna melebarkan mata mendengar penuturan sang suami.
"M-mas mau beliin? Itu jauh dari sini."
Rifal hanya tersenyum. Betapa lucunya sang istri ketika seperti ini.
"Iya, katanya kamu mau."
Senyum indah terukir di wajah cantik Elyna. Hati Rifal tetiba berdegup tak karuhan. Betapa cantiknya wanita yang ada di depannya ini. Paras alaminya benar-nenar membuat Rifal terpesona.
"Mas," panggil Elyna.
"Iya, Say-" Rifal segera menghentikan ucapannya. Dia merutuki kebodohannya karena hampir saja keceplosan.
"Kenapa? Apa ada yang kamu mau lagi?" Rifal berkata setenang mungkin. Padahal hatinya tengah cemas sekali.
"Boleh belikan susu cokelat juga?" tanya Elyna ragu-ragu
"Dessert itu cokelat loh. Susunya jangan yang cokelat juga. Nanti kamu gendut." Elyna memanyunkan bibirnya. Menekuk wajahnya dan itu mampu membuat Rifal tertawa.
"Jangan ngambek dong." Tak Rifal sadari tangannya mengusap lembut puncak kepala Elyna. Wanita berhijab itu tercengang dan merasa tidak percaya.
"Saya cuma bercanda." Senyum pun Rifal tunjukkan. Elyna benar-benar terpana dibuatnya. Senyum yang berbeda. Senyum yang baru kali ini Rifal perlihatkan.
"Saya berangkat, ya." Senyum itu belum pudar juga di wajah Rifal, membuat Elyna tak bisa berkata. Dia benar-benar terkesima.
Ketika pintu sudah ditutup dan Rifal sudah tidak ada di ruang inap, Elyna memegang dadanya yang terasa tak karuhan. Ini semua seperti mimpi. Sama halnya dengan Rifal yang sedari tadi tersenyum sambil mengemudi.
"Kenapa semakin dipandang dia semakin cantik?"
....***To Be Continue***...
Komen dong ....
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Nur Ain
itulah lah selama o i kena saja kau
2023-09-03
0
shadowone
kok aku jadi benci sama rifal? aku yang jadi gak bisa maafin kelakuan rifal.
2023-08-01
1
Siti Rofiatin
lucu kalau lagi kasmaran seyum sendiri
2023-07-31
0