Malam ini Rifal tidak menemui Aska. Dia datang ke rumah Rindra. Ada acara sederhana untuk merayakan ulang tahun Rio yang ke-15. Remaja lelaki yang tampan dan tinggi.
"Selamat, bro!" Rio hanya tersenyum. Kemudian, dia mencium tangan sang paman.
"Tante mana Om Ipang?" tanya Aleeya. Keponakan terakhir yang sangat bawel.
"Iya, Elyna ke mana, Fal?" Rindra pun menanyakan juga.
"Dia lagi banyak pekerjaan." Dusta, ucapan yang penuh kebohongan yang keluar dari mulut Rifal. Adik dan kakaknya hanya tersenyum tipis mendengarnya.
"Ya kali gak bisa ijin," sindir Echa. "Seorang Rifal Addhitama masa gak menggunakan kehebatannya."
"Sudah, sudah. Mending kita makan," ujar Addhitama.
Rifal bagai nyamuk ketika melihat kemesraan yang kakak dan adiknya tunjukkan bersama pasangan mereka masing-masing. Namun, dia mencoba menepis apa yang tengah ada di kepalanya.
"Mereka saling cinta, sedangkan gua dan Elyna tidak." Begitulah batinnya terus meyakinkan.
Hingga satu buah pertanyaan datang dari keponakan nomor tiga. "Om, apa hukumnya orang bohong?" Rifal merasa terciduk. Tubuhnya seketika menegang.
"Ya dosalah, Sa." Sang empunya acara menjawab. Rio, dia yang menjawab pertanyaan Aleesa.
"Bocah oon!" gumaman dari teman laki-laki Rio yang terlihat bengal.
"Gua kirim pocong ke rumah lu baru tahu, ya." Aleesa membalas gumaman teman Rio tersebut dengan bersungut-sungut. Semua orang bukannya melerai malah menggelengkan kepala. Sudah biasa dua anak itu beradu mulut.
"Papih, Opa, gak pernah ngajarin kepada kalian untuk pandai berbohong. Lebih baik katakan, sekalipun menyakitkan atau menyedihkan. Masalah yang dipendam sendirian tidak akan pernah selesai." Addhitama membuka suara. Memberikan petuah juga nasihat untuk anak-anaknya juga cucu-cucunya.
Rifal semakin terdesak. Dia hanya terdiam tak bisa mengelak. Dia merasa keluarganya tahu akan Elyna.
"Om, Kakak Na ingin deh bertemu dan berbincang dengan Tante El. Kenapa Om selalu datang sendirian ke rumah? Ke sini pun sendiri." Rifal tidak berani menjawab ucapan Aleena. Dia hanya terdiam membisu.
"Makanlah! Tidak baik berbincang di meja makan."
Addhitama masih bisa bersikap tenang. Dia hanya ingin putranya yang berbicara langsung kepadanya.
.
Di lain tempat seorang pria yang tengah asyik ngopi bersama kedua sahabatnya tersenyum lebar. "Si laki-laki dewasa bodoh ternyata kini menjadi sosok yang pintar. Tidak memilih menemuinya." Begitulah batinnya berkata dengan penuh kebahagiaan. Setidaknya cukup Keysha yang pria itu lukai. Jangan ada korban lainnya.
"Ngapa lu kayak orang gila?" sergah Ken.
"Gua senang aja akhirnya ada yang udah bisa move on."
"Siapa?" Ken dan Juno kompak bertanya. Aska hanya menggedikkan bahunya.
.
Anak-anak memiliki acara masing-masing. Sedangkan orang dewasa tengah berkumpul bersama. Wajah Rifal menunjukkan ketidaknyamanan.
"Ada apa, Pang?" Sang ayah seakan tahu apa yang tengah dipikirkan oleh putra keduanya. Semua mata pun tertuju pada Rifal sekarang.
"Elyna pergi." Suara itu begitu pelan dan nyaris tak terdengar. Apa yang Addhitama inginkan kini dikabulkan oleh Tuhan. Anaknya berterus terang.
"Maafkan Ipang, Pih."
Hembusan napas yang begitu berat mampu Rifal dengar. Rasa kecewa sudah bisa Rifal rasakan.
"Kenapa tidak kamu cegah?" Rifal pun menggeleng.
"Ipang juga gak tahu kalau Elyna pergi." Dahi Addhitama mengkerut. Kedua alisnya pun menukik dengan sangat tajam.
"Memangnya kamu tidak pulang ke rumah?" Suara Addhitama masih biasa. Lagi-lagi Rifal menggeleng.
"Ipang jarang ngecek kamar Elyna. Ipang kira Elyna kerja."
"Anak bodoh!" umpat sang ayah. "Mau sampai kapan kamu bersikap acuh pada istrimu sendiri!"
Kedua saudara Rifal hanya terdiam. Mereka tidak ada yang membantu Rifal. Di sini memang Rifal yang salah.
"Maafkan Ipang, Pih. Ipang janji Ipang akan mencarinya." Rifal pun sudah beranjak dari duduknya. Melangkah menjauhi sang ayah juga saudara-saudadanya.
"Jika, kamu mencari istrimu karena takut pada Papih. Lebih baik biarkan dia pergi. Jangan pernah kamu cari."
Deg..
Kenapa sang ayah tahu isi hatinya? Begitulah pikir Rifal. Dia mencari Elyna pada dasarnya memang takut sang ayah marah. Namun, dia juga merasa telah gagal menjadi kepala keluarga.
"Carilah wanita yang memang benar-benar ada di hati kamu. Dari pada kamu menyakiti hati wanita yang tidak bersalah dalam pernikahan kamu."
Kenapa ucapan ayahnya teramat sakit? Rifal seperti tengah diserang peluru panas secara bertubi-tubi.
"Kasihan, Elyna," lirih sang ayah. "Wanita baik-baik yang Papih berikan kepada kamu, tapi malah kamu sia-siakan."
Suasana mendadak hening. Semua orang menutup mulutnya dengan begitu rapat.
"Pergilah! Ikuti apa kata hatimu. Jangan ikuti kata hati Papih."
Terdengar suara kursi yang bergeser. Rifal tahu ayahnya sudah beranjak dari sana.
"Dit, antarkan Papih ke apartment." Sakit sekali hati Rifal mendengarnya. Apa ini alasan ayahnya tidak juga kembali ke rumah? Rifal mengerang di dalam hati.
Ketika tubuhnya masih membeku, sang adik sudah menggandeng tangan ayahnya keluar dari rumah Rindra.
"Ikuti apa kata hati Kakak. Bukankah tadi Askara sudah menyuruh Kakak untuk menemuinya? Dia tahu di mana Keyha berada."
Reaksi Rifal di luar dugaan mereka. Pria yang sudah matang itu menggelengkan kepala. Semua orang bingung apa maksudnya.
"Gua ingin cari Elyna, bukan Keysha."
"Jangan mencari Elyna jika pada akhirnya dia akan lu sakiti lagi. Dia gak salah, dia hanya dipaksa masuk ke dalam hubungan lu sama Keysha. Bodohnya, lu malah milih Papih yang sudah jelas lu ketahui akan membawa Elyna untuk lu. Jadi, jangan salahkan siapa-siapa akan pernikahan lu. Itu keputusan lu, bukan keputusan Elyna maupun Papih." Rindra mulai geram dengan adiknya sendiri.
"Aku mau cari Elyna, Bang. Bukan karena Papih, tapi gua merasa bertanggung jawab akan wanita itu."
"Tanggung jawab apa sekarang lu sudah merasa kehilangan?" timoal Rindra.
.
Seorang wanita yang tengah terduduk di atas kasur busa kecil. Pandangannya menatap lurus ke depan. Wajahnya terlihat pucat. Tubuhnya seperti tak bertulang. Rasa nyeri di perut sering menghampiri.
Setiap hari wajah Rifal selalu menari di dalam pikirannya. Wajah tampannya tak pernah hilang dari ingatannya.
"Apa kamu mengingat aku juga? Atau malah sebaliknya. Kamu bahagia aku pergi." Sakit rasanya, menjadi sepasang suami-istri karena perjodohan. Ternyata tak seindah di cerita novel romansa yang sering dia baca. Terlalu banyak air mata yang tumpah. Terlalu banyak kesakitan yang dia rasa. Terkadang dia bertanya kepada dirinya sendiri.
"Pantaskah aku untuk bahagia?"
Elyna beranjak dari posisi awalnya. Dia belum melaksanan solat isya. Dia berjalan pelan dan nampak tertatih menuju kamar mandi untuk bersuci. Dalam setiap sujudnya ada yang tengah dia bisikkan kepada bumi. Hampir setiap hari sujudnya akan dipenuhi dengan deraian air mata.
Mengucap salam dengan menoleh ke arah kanan juga kiri menandakan aduannya berakhir. Sekarang, dia memanjatkan doa kepada Sang Kuasa. Doa yang sederhana, tapi belum juga dikabulkan. Namun, dia tidak pernah menyerah. Doa itu terus dia ulang hingga Tuhan benar-benar mengabulkannya.
Ketukan pintu membuatnya sedikit terkejut. Siapa yang bertamu hampir tengah malam begini. Keberadaannya hanya diketahui oleh keluarga sang suami, kecuali suaminya sendiri.
Elyna berbaik sangka saja. Dia berdiri dengan hanya mencopot bawahan mukena. Kepalanya masih mengenakan mukena berwarna peach. Dia terkejut ketika melihat siapa yang sudah ada di depan pintu.
"Mas-"
...***To Be Continue****...
Komen atuh ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Enies Amtan
no koment ah
2023-09-10
0
Rita Purwanti
lhooooooo
2023-06-19
0
Sweet Girl
akhirnya...
2023-05-21
0