Pada malam itu ...
Rifal pulang dengan tubuh lemas. Wajahnya memucat dan langkahnya goyah. Efek mandi air dingin tengah malam baru terasa.
"Pak Rifal kenapa?" Seorang security bergegas membantu Rifal untuk berjalan. Pasalnya pria itu sempoyongan.
"Dil, panggiln Ibu." Security itu menyuruh rekannya yang masih berjaga di pos.
"Jangan!" larang Rifal dengan suara yang teramat lemah. "Dia sudah tidur. Jangan ganggu."
Di batin para security rumahnya Rifal merupakan sosok suami idaman. Tidak mau membangunkan istrinya yang sudah terlelap. Sungguh beruntung wanita yang diperistri oleh Rifal. Namun, pada nyatanya tidak seperti itu. Hanya dirinya dan Elyna yang tahu keadaan rumah tangga mereka berdua seperti apa.
"Sampai sini saja."
Rifal melarang security yang membawanya untuk naik ke lantai atas. Dia masih mampu memijaki anak tangga satu per satu. Walaupun dengan tubuh yang tidak seimbang.
Gagang pintu dia tekan dan seperti biasa dia disambut lampu temaram. Langkahnya diseret hingga menuju sofa di mana biasa dia tertidur setiap malam.
"Hhh!"
Suara hembusan napas terdengar. Rifal langsung merebahkan tubuhnya tanpa membuka pakaian yang dia gunakan untuk bekerja. Mengambil selimut yang memang selalu tersedia di atas sofa.
Elyna yang memang setiap malam berpura-pura tidur merasa ada yang janggal. Tidak biasanya suaminya itu langsung tertidur. Harusnya Rifal membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
Perlahan Elyna membalikkan tubuh. Dia menatap ke arah sofa dan terlihat tubuh Rifal gemetar hebat. Mulutnya pun mengigau memanggil-manggil nama sang ibu. Bukan hanya Radit yang seperti itu, Rifal maupun Rindra akan memanggil nama ibu mereka ketika mereka sakit.
Elyna turun dari tempat tidur. Dia menghampiri Rifal. Ada rasa ragu, tapi igauan Rifal membuatnya semakin tidak tega.
"Mas," panggil Elyna. Dia sudah duduk di bawah sofa.
Elyna memberanikan diri untuk meletakkan punggung tangannya di atas dahi sang suami.
"Astaghfirullah." Ternyata suhu tubuh Rifal sangat panas.
"Mas, tunggu sebentar ya. Aku ambil kompresan dulu." Elyna bergegas keluar dari kamar. Mengambil wadah juga air dingin untuk mengompres dahi Rifal.
Elyna mengompres dahi Rifal dengan handuk kecil. Tubuh Rifal masih terlihat menggigil. Elyna dengan sabar dan setia mengecek tubuh Rifal. Memasukkan kembali handuk yang sudah mau kering ke dalam wadah berisi air dingin. Kemudian mengompresnya lagi.
"Kita ke dokter, ya." Kepala Rifal menggeleng. Menandakan dia merespon ucapan dari Elyna.
"Badan kamu panas banget, Mas." Elyna mengukur suhu tubuh dengan tangannya, masih panas. "Aku takut kamu kenapa-kenapa." Cemas, itulah yang dirasakan Elyna.
"Saya tidak apa-apa," jawab Rifal dengan suara lemahnya. Matanya masih terpejam.
"Mas, penyakit itu jangan dibiarin gitu aja. Harus diobati." Elyna tetap bersikukuh ingin membawa Rifal ke dokter.
"Saya hanya butuh istirahat." Elyna pun menyerah. Ternyata suaminya sangat keras kepala.
"Ya sudah."
Cukup lama Elyna menatap wajah Rifal yang pucat dan lemah. Hingga akhirnya dia beranjak dari samping sang suami.
"Mau ke mana?"
Langkah Elyna terhenti pada saat itu juga. Apa dia tidak salah dengar?
"Temani saya. Saya mohon."
Ada rasa bahagia di hati Elyna ketika mendengar itu. Sungguh dia tidak menduga suaminya akan seperti ini. Rasa syukur dia ucapkan. Sedikit demi sedikit hati suaminya mulai terbuka. berbalik arah. Dia kembali berada di samping Rifal.
"Mas, sudah makan?" Rifal menggeleng pelan.
"Aku buatkan makanan dulu, ya. Habis itu minum obat." Rifal tidak merespon apapun membuat Elyna beranjak dari duduknya menuju dapur.
Hanya makanan simpel yang Elyna buatkan dengan bahan seadanya. Dia pun membantu Rifal untuk duduk.
"Mas, bisa makan sendiri?" Hanya sebuah anggukan yang menjadi jawaban.
Sikap Elyna saat ini membuat Rifal mengerutkan dahi. Bukan menemaninya, Elyna malah mengambil gawai miliknya di atas nakas. Terlihat wajah cantik Elyna yang terkena cahaya ponsel. Jari-jemarinya pun asyik mengetikkan sesuatu.
"Siapa yang dia hubungi?" batin Rifal berkata. Namun, dia memilih menyantap makanan dengan sejuta tanya dibenak.
Baru saja Elyna meletakkan ponsel, berdering lah gawai miliknya. Sang pemilik pun terlihat tersenyum. Itu mampu dilihat oleh sudut mata Rifal.
"Assalamualaikum, Mas Fareeq."
Kunyahan Rifal terhenti tatkala mendengar nama pria yang Elyna sebut. Mimik wajahnya nampak tegang. Telinganya mulai menajam.
"Bukan untuk El, Mas."
Suara Elyna nampak berbeda. Tidak seperti biasa dia berbicara kepada Rifal.
"Makasih banyak ya, Mas."
Terdengar suara ponsel yang diletakkan. Makanan yang Rifal pegang masih tersisa banyak. Sedari tadi dia sibuk menguping.
"Mas," panggil Elyna. Hanya deheman yang keluar dari mulut Rifal.
"Kenapa gak dimakan? Gak enak, ya."
Rifal tidak menjawab. Dia meletakkan sendok dan garpu di atas piring. Mencoba untuk bangkit dari duduknya walaupun tubuhnya masih lemas. Elyna mencoba untuk membantu, tapi dilarang oleh Rifal.
Ada rasa sedih di hati. Untuk kesekian kali kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi. Elyna hanya menelan pil kekecewaan berulang. Namun, dia tak patah arang. Walaupun tak bisa menyentuh suaminya sendiri, dia masih bisa memantau suaminya dari kejauhan.
Elyna berlari ketika tubuh Rifal mulai limbung dan untungnya dia mampu meraih tubuh Rifal, dan piring yang Rifal pegang pun terjatuh hingga pecah.
Elyna segera membawa tubuh Rifal ke atas sofa. Lumayan terseok-seok karena tubuh Rifal yang lebih besar darinya. Elyna membaringkan tubuh Rifal dan dia malah tersungkur.Tak sengaja dia mencium pipi Rifal. Pria itupun membuka matanya yang sayu. Mata mereka berdua terkunci.
Bulu kuduk Elyna meremang karena telapak tangan Rifal sudah menyentuh tengkuk lehernya. Bibir Rifal pun mencium bibir Elyna dengan begitu lembut. Tubuh Elyna menegang. Dadanya berdegup kencang. Apa sekarang ini dia tengah bermimpi?
Rifal memaksa Elyna untuk membuka mulutnya. Dia ingin menerima balasan. Ini pertama kalinya Elyna berciuman. Dia benar-benar tidak tahu caranya. Namun, perlahan dia mengikuti apa yang diajarkan Rifal. Hingga dia terbuai.
Rifal memundurkan kepalanya karena sudah kehabisan napas. Namun, matanya seketika melebar karena yang dia cium bukan Keysha. Melainkan Elyna.
"Kenapa kamu ... bukannya tadi Keysha."
Bagai dihantam bebatuan besar dada Elyna mendengarnya. Mencium dirinya, tapi di dalam pikiran suaminya dia tengah mencium Keysha. Pada saat itu sikap Elyna berubah. Dia semakin dingin kepada Rifal. Hatinya teramat sakit.
#off.
.
"Bagi kamu itu mudah dilupakan karena itu bukan yang pertama. Bagiku lain cerita, Mas." Sekuat tenaga Elyna tidak menangis.
"Kamu sudah mencuri ciuman pertamaku. Mencium bibirku, tapi wanita lain yang ada di pikiranmu. Sakit Mas rasanya." Elyna memegang dadanya.
"Sekarang, kamu malah meminta aku untuk melupakan kejadian itu. Kamu jahat, Mas!"
Elyna berlalu begitu saja. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat pria yang sudah senja sudah berdiri di pintu penghubung dapur.
"Pa-pih."
...***To Be Continue****...
Komen dong ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Anonymous
Lanjut thor
2023-09-19
0
AR Althafunisa
pengen banget digebokkk si Rifal 😩😩😩
2023-07-05
0
Enung Samsiah
iiihhh,,,, kt orang cinta itu buta, tpi kata aku cinta itu bandel +tega,,,,, bikin nangis terus,,,,
2023-06-24
0