"Selamat!'
Sebuah kata dengan uluran tangan terarah kepada Rifal. Tubuh pria itu menegang dan wajah wanita yang berucap tak indah dipandang. Sembab, mata merah dan hidung pun merah. Wajahnya pun memucat walaupun sudah dihiasi perona bibir.
Interaksi kedua manusia itu tak luput dari pandangan Elyna. Dia sedikit bingung kenapa suaminya hanya terdiam. Padahal tangan perempuan di depannya sudah terulur, menunggu untuk disambut. Jantung Elyna berhenti berdetak ketika suaminya malah memeluk tubuh si perempuan itu. Si perempuan tidak membalasnya, tetapi raut kesedihan terpancar jelas di wajahnya.
"Harusnya ini semua tidak terjadi."
Perkataan lemah yang samar terdengar di telinga Elyna. Akan tetapi, dia harus mengontrol semuanya. Dia tidak boleh berburuk sangka. Walaupun hati kecilnya mengatakan bahwa perempuan ini bukanlah wanita biasa untuk sang suami.
"Semoga bahagia," balas Keysha dengan begitu lirih. Sekuat tenaga dia menahan laju air mata. Dia tidak boleh menangis.
Keysha ingin mengurai pelukan Rifal. Namun, suami dari istri orang itu mencegahnya. "Ijinkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya."
Tes.
Bulir bening menetes begitu saja membasahi wajah Keysha. Janjinya pada diri sendiri dia ingkari. Terlalu sakit kenyataan yang harus dia hadapi. Sungguh dia rapuh kali ini. Ingin rasanya dia membawa lari suami orang ini. Namun, logikanya masih berjalan dengan baik dan tidak akan bertindak keji.
Cukup lama mereka berpelukan, akhirnya Keysha mengurainya. Dia tersenyum ke arah Rifal dengan wajah yang basah.
"Terima kasih." Hanya kalimat itu yang mampu Keysha katakan. Dia tidak sanggup jika harus berlama-lama menatap wajah tampan sang pujaan yang kini sudah sah menjadi milik orang.
Keysha mulai meninggalkan Rifal dan beralih pada seorang wanita cantik berhijab. Dia tersenyum manis ke arah Elyna.
"Selamat ya, Mbak." Ucapan begitu tulus yang membuat Elyna menganggukkan kepala juga menyambut uluran tangan Keysha. Namun, di hatinya tersemat pertanyaan besar. Siapa? Dan ada hubungan apa?
"Semoga jadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah." Doa yang sebenarnya amat berat untuk Keysha ucapkan. Namun, dia harus berlapang dada sekarang. Mengikhlaskan apa yang Tuhan takdirkan bukan miliknya.
"Jaga dia baik- baik, ya." Keysha menoleh sejenak ke arah Rifal yang juga tengah menatapnya. "Aku titipkan dia kepadamu, Mbak. Berikan cinta tulusmu kepadanya." Seulas senyum penuh kesakitan Keysha ukirkan. Kemudian, dia turun dari pelaminan dengan memegang dadanya yang teramat sesak.
🎶
Aku titipkan dia
Lanjutkan perjuanganku 'tuknya
Bahagiakan dia Sayangi dia
Seperti ku menyayanginya
'Kan ku ikhlaskan dia
Tak pantas ku bersanding dengannya
Akan ku terima dengan lapang dada
Aku bukan jodohnya
Bulir bening menetes begitu saja dan semua keluarga Keysha sudah menyambutnya. Memeluk tubuh Keysha dengan begitu erat. Punggung Keysha pun bergetar sangat hebat. Itu tak luput dari pandangan Rifal yang berada di pelaminan.
"Harusnya kamu yang di sampingku sekarang. Aku pasti akan sangat senang."
Sesekali Elyna melirik ke arah sang suami yang sedari tadi masih memperhatikan perempuan cantik itu. Pandangan suaminya pun amatlah berbeda. Membuat Elyna semakin curiga. Namun, untuk kesekian kalinya dia menggelengkan kepala. Dilarang suudzon, begitulah mindsetnya dia atur.
Elyna dikejutkan perginya sang suami secara mendadak dari pelaminan berbarengan dengan perginya perempuan tadi dan juga keluarganya.
"Mas!" Refleks Elyna memanggil suaminya. Namun, Rifal terus melenggang begitu saja.
Elyna nampak kebingungan, ditambah banyak tamu undangan yang mempehatikan. "Siapa perempuan itu?" batinnya bertanya.
.
Selama acara resepsi sederhana berlangsung, Rifal sama sekali tidak membuka suara. Ditanya oleh Elyna pun tidak menjawab. Dia bagai patung bernapas. Raut wajahnya terlihat sangat menyedihkan. Seperti orang frustasi.
Elyna ingin mencairkan suasana di atas pelaminan yang begitu hening. Namun, sang suami tetap saja menutup mulutnya dengan sangat rapat.
Rangkaian acara sudah selesai, Elyna sudah masuk ke kamar hotel di mana nantinya dia dan sang suami menghabiskan malam pertama di sana. Hembusan napas kasar keluar dari mulut Elyna yang sudah duduk di pinggiran tempat tidur. Dia masih mengenakan baju pengantin. Raut wajahnya pun terlihat sedih.
Dia teringat ketika Rifal meninggalkan pelaminan. Cukup lama Rifal pergi hingga ketika dia kembali, wajahnya nampak sedih. Seperti orang yang habis menangis. Ingin rasanya Elyna bertanya, tetapi Rifal seakan menutup dirinya. Mulutnya seakan mengharamkan untuk berbicara padanya. Lebih baik Elyna mengalah. Ketika suaminya sedang menjadi api, lebih baik dia berperan menjadi air agar rumah tangganya bisa awet dan langgeng.
Lamunannya terburai ketika pintu kamar tersebut terbuka. Elyna tersenyum hangat ke arah suaminya yang baru saja masuk ke dalam kamar. Namun, Rifal melewatinya begitu saja. Seperti tidak menganggap dia ada di sana.
"Mas, mau langsung mandi atau-"
Ucapan Elyna terhenti ketika Rifal hanya meletakkan jasnya dan pergi kembali. Elyna cukup terkejut dengan sikap Rifal. Dia pun mencoba untuk mengejar Rifal. Naasnya, dia terjirat gaun pengantin yang dia kenakan hingga terjatuh. Suara kesakitan mampu Rifal dengar. Namun, tak membuatnya membalikkan tubuhnya hanya untuk sekadar menolong wanita yang sudah sah menjadi istrinya.
"Mas," ucap Elyna bertepatan dengan pintu yang sudah tertutup.
Senyum penuh kegetiran yang Elyna tunjukkan. Mencoba berdiri sendiri dari posisi tersungkur. Tarikan napas panjang keluar dari mulutnya.
"Pernikahanmu pasti akan berujung bahagia, yakinkah El." Elyna bergumam sendiri. Menyemangati dirinya sendiri.
Jam terus bergerak, tetapi suaminya tak kunjung kembali ke kamar hotel. Padahal dengan percaya dirinya Elyna sudah mengenakan pakaian dinas. Salah satu cara membahagiakan suami di malam pertama pernikahan mereka.
Elyna sudah bolak-balik kamar mandi dengan tubuh yang dibalut selimut. Meskipun sendiri dia malu jika harus melihat dirinya memakai pakaian yang tidak pantas dikatakan pakaian. Hanya kain jaring ikan yang sangat tipis.
Elyna sesekali melihat ke arah jam dinding. Juga melihat lekuk tubuhnya yang dibalut selimut.
"Aku tidak terlalu buruk. Kulitku putih, dan semuanya terawat," gumamnya. "Semoga suamiku akan senang dan aku tidak mengecewakan fantasinya."
Ekspektasi Elyna terlalu tinggi, hingga pada akhirnya dia kecewa sendiri. Suaminya tidak pulang sampai pagi.
" Ke mana kamu, Mas?" Elyna benar-benar tak memejamkan mata. Dia terus menunggu suaminya pulang.
Adzan subuh berkumandang. Tak teras bulir bening menetes begitu saja dari pelupuk matanya ketika lafadz Allahu Akbar Allahu Akbar.
"Harusnya aku tidak boleh terlalu berharap kepada manusia," ucapnya dengan senyum kekecewaan.
"Maafkan hamba, Ya Allah."
Elyna turun dari tempat tidurnya dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Sengaja mengguyur kepalanya dengan air dingin agar panas hati juga pikirannya padam.
Selepas menjalankan sholat subuh, harapan Elyna masih ada. Dia tetap menunggu suaminya sambil duduk di sofa dengan tangan yang menggenggam tasbih. Berdzikir hingga dia ketiduran.
Suara bel terdengar membuat Elyna terlonjak dan sebuah kalimat istighfar keluar dari mulutnya. Dia melihat ke arah dinding dan ternyata sudah terang. Di luaran sana sudah terang..
"Pasti Mas Rifal." Ternyata harapan itu tetap ada.
Elyna yang masih menggunakan mukena pun segera membukakan pintu. Senyumnya pun menguar.
"Tidur lagi?" Elyna mengangguk dengan senyum canggung. Dia masih mengenakan mukena yang dipakai untuk solat subuh.
"Emangnya berapa ronde semalam?"
...****************...
Boleh minta komennya gak? Biar Up-nya rutin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Raida
perjuangan cinta
2024-08-18
0
Lily
Aamiin aamiin ya robbal'alamiin
2024-04-22
0
AR Althafunisa
nyesek ih...
2023-07-05
1