"Pa-pih."
Elyna terkejut dengan kehadiran Addhitama di sana. Rifal pun membalikkan tubuhnya dan tidak bisa menutupi keterkejutannya.
"Kalian ikut Papih!"
Ruangan yang mencekam dan juga dingin. Elyna maupun Rifal hanya bisa tertunduk dalam.
"Kalian sudah sah menjadi sepasang suami-istri. Harusnya sudah bisa melupakan masa lalu dan menata masa depan." Kalimat yang penuh dengan penekanan. Ada rasa kecewa di hati Addhitama. Dia kira Rifal sudah berubah ternyata masih sama.
"Papih ingin menikmati masa tua Papih dengan dikelilingi anak, menantu juga cucu-cucu yang menggemaskan. Hanya itu."
Addhitama tidak akan pernah memaksa Rifal. Dia sangat tahu ini sangat berat untuk Rifal. Namun, dia juga ingin putranya ini berubah. Melunaklah, jangan selalu keras kepala.
"Kamu boleh pergi, El."
Sang punya nama pun mengangguk. Kini, hanya tinggal Rifal dan Addhitama yang ada di sana.
"Elyna bukan wanita bebas. Sedari kecil dia diajarkan menutup aurat oleh kedua orang tuanya." Sang ayah menjelaskan. "Kamu adalah pria pertama yang menyentuhnya. Harusnya kamu bahagia akan hal itu."
"Pantas saja dia sangat kaku ketika membalas ciumanku."
Adegan dewasa di malam itupun memutari kepalanya. Ketika Elyna menghubungi seseorang, ada rasa kesal di dada. Juga ketika Elyna tersungkur dan terjerembab hingga mencium pipinya ada hal aneh yang menggelitik. Apalagi ketika Rifal melihat wajah Elyna dalam jarak dekat. Sungguh cantik sekali membuat hatinya tenang. Bibirnya tipis dan membuatnya ingin merasakan manisnya bibir tersebut. Hingga setan masuk ke dalam tubuhnya dan terjadilah hal seperti itu.
"Lihatlah istrimu sekarang!" pungkas sang ayah. "Lupakan masa lalu kamu. Biarkan itu akan menjadi kenangan manis untuk kalian berdua."
Rifal ingin menimpali ucapan sang ayah. Namun, mulutnya terasa berat untuk terbuka. Perlahan bayang Keysha sudah mulai memudar. Juga kabar yang tak pernah dia dapatkan membuatnya melampiaskan perasaannya kepada pekerjaan.
"Papih harap kamu tidak melukai istri kamu. Hati seorang wanita itu rapuh, sekali disakiti pasti sulit untuk sembuh."
.
Elyna duduk di tepian ranjang dengan kepala yang menunduk. Betapa sakitnya hatinya sekarang. Melupakan hal yang baru pertama kali dia lakukan. Itupun dengan suaminya sendiri.
"Sakit ya rasanya," lirihnya.
Pintu kamar terbuka. Elyna beranjak dari duduknya dan melewati Rifal begitu saja. Wajahnya pun sangat datar. Rifal terdiam hingga pintu terdengar ditutup. Hembusan napas berat keluar dari mulutnya.
"Kenapa aku harus tergoda?" erangnya. Jujur, dia merasa bersalah setelah kejadian itu.
.
Rifal termenung sambil menatap langit senja. Dia berdiri di depan jendela ruangannya. Senyum yang selalu Elyna tunjukkan kepadanya sudah sebulan ini menghilang. Elyna pun sering pulang malam. Dia tidak tahu Elyna pergi ke mana. Ingin bertanya, tapi dia segan.
Hari ini Rifal memutuskan untuk pulang lebih awal. Ketika masuk ke dalam kamar, rumahnya sangat sepi. Dia juga tidak melihat tas yang sering dibawa Elyna.
"Ke mana dia sebenarnya?"
Sedari habis Maghrib Rifal sengaja menunggu Elyna. Dia ingin tahu dari mana saja istrinya. Padahal, sedari tadi dia sudah mengantongi nomor Elyna. Namun, dia ragu untuk menghubungi.
Selepas isya pintu rumah terbuka. Elyna sedikit terkejut dengan apa yang dia lihat. Tidak biasanya suaminya ini sudah pulang. Ada rasa bahagia. Dia juga ingin menghampiri suaminya untuk mencium tangan. Namun, kejadian seperti itu pernah membuat dadanya sesak. Rifal menolak uluran tangannya.
"Assalamualaikum, Mas." Elyna menatap Rifal sesaat. Kemudian, menundukkan kepalanya dan berlalu begitu saja.
Tanpa Elyna ketahui, Rifal mengikutinya dari belakang. Dia menunggu Elyna yang tengah membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi.
Elyna terkejut ketika sang suami sudah berada di depan pintu. Sedangkan Elyna belum menggunakan hijab. Dia hanya melilit rambutnya dengan handuk kecil. Elyna pikir Rifal akan memakai kamar mandi. Dia pun akhirnya menghindar. Namun, sang suami menarik tangannya. Tubuh Elyna menegang seketika.
"Kamu masih marah kepada saya?"
"IYA!"
Ingin Elyna berkata seperti itu. Namun, dia tidak bisa membuka mulutnya. Hanya sebuah gelengan yang menjadi jawaban dari Elyna. Tak sedikit pun dia menoleh ke arah Rifal. Rasa kecewa dan takut bercampur menjadi.satu.
"Jangan buat saya merasa bersalah kepada kamu. Saya 'kan sudah meminta maaf." Kalimat Rifal sedikit meninggi membuat Elyna memejamkan matanya barang sejenak.
"Aku tidak boleh banyak berharap, selain kepada pencipta ku."
"Sudah aku maafkan." Mulut Elyna tidak sesuai dengan hatinya. Sekarang dia hanya ingin lepas dari Rifal. Padahal, di awal pernikahan dia sangat ingin berduaan dengan sang suami. Bukannya Elyna sudah tidak cinta. Dia hanya tidak ingin kecewa.
"Sekarang, tolong lepaskan tangan aku." Elyna berkata dengan suara yang begitu lemah. Rifal baru tersadar jika sedari tadi dia menahan lengan Elyna. Dia sudah menyentuh Elyna.
Pria yang sudah matang itu hanya bisa menatap punggung Elyna menuju ruang ganti. Hembusan napas kesal akhirnya keluar juga.
Rifal menunggu Elyna di ruang makan. Dia sudah memesan makanan bukan untuk dirinya saja. Juga untuk Elyna. Sayangnya, wanita berhijab yang dia tunggu tidak turun juga. Akhirnya, Rifal memutuskan untuk naik ke lantai atas masuk ke dalam kamar. Terlihat Elyna tengah meringkuk dengan memeluk bantal. Rifal menghidupkan lampu kamar. Dia benar-benar geram sekarang.
"Saya tahu kamu belum tidur." Suara Rifal membuat Elyna membuka mata.
"Kita turun. Saya sudah memesankan makanan untuk kamu." Suara Rifal terdengar meninggi.
"Aku sudah makan, Mas."
.
Hati Rifal merasa perih ketika Elyna menolak ajakan makan malam bersama. Dia merutuki kebodohannya kenapa dia harus memaksa Elyna. Pada akhirnya dia turun kembali ke lantai bawah dan menikmati makan malam sendirian di ruang makan..
Malam-malam berikutnya Elyna masih sama seperti itu. Dia terus menjauhi Rifal. Seakan dia tengah membuat Rifal merasa semakin bersalah.
"Kamu wanita macam apa sih?" Suara Rifal meninggi kembali. Dia membentak Elyna yang baru saja hendak naik ke atas tempat tidur.
Elyna meninggalkan Rifal di ruang makan ketika Rifal mengatakan sesuatu. Hati Elyna sakit mendengarnya.
"Lupakan kejadian itu. Lebih baik kita jadi teman."
"Kenapa saya bisa dijodohkan dengan wanita seperti kamu? Wanita yang ayah selalu ayah saya puji malah tidak memiliki sopan santun sama sekali."
Elyna tersenyum perih. Dia menatap ke arah Rifal sekarang.
"Mas, tanya aku macam wanita apa?" ulangnya. "Aku hanya wanita yang ingin dicintai oleh suaminya sendiri. Menjadi seorang istri yang dianggap oleh suaminya." Suara Elyna sudah serak bertanda dia menahan tangis.
Rifal pun terdiam. Air mukanya sudah berubah. Apalagi dia melihat mata Elyna yang sudah memerah.
"Ketidaksopanan aku bukan tanpa sebab," terangnya. "Mas terus memintaku untuk melupakan apa yang telah Mas lakukan. Bagi Mas mungkin itu hal sepele. Tidak untuk aku, Mas. Semuanya aku jaga, aku segel rapih karena akan aku persembahkan untuk suamiku nanti. Namun, apa yang Mas katakan tadi. BERTEMAN ... bukankah itu terlalu menyakitkan? k
Kita ini sepasang suami-istri. Hubungan kita sudah sah di mata hukum dan agama. Tercatat pula oleh negara. Kenapa Mas tidak hargai hubungan kita? Malah mengajakku berteman. Apa artinya ijab kabul, Mas?" Elyna berkata dengan teramat lebar. Pria yang tengah dia omeli pun hanya membisu.
"Sakit Mas menjadi wanita yang tak terlihat itu." Lelehan air mata akhirnya tak sanggup dibendung.
"Tolong ... lihatlah aku, Suamiku!"
...***To Be Continue***...
Komennya dong ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Lily
kalau aku dicuekin suami kek gitu aku bakal cuekin balik
2024-04-22
0
Rita Purwanti
rifal mulai luluh ni thor......gak kuat👍👍😉
2023-06-18
1
Ita Mariyanti
👍👍👍 mantabb El pelajaran mu
2023-06-15
1