Ada rasa tidak percaya yang Rifal dengar dari mulut teman kerja sang istri. Dia menebak jika karyawan itu tengah membohonginya. Dia hanya tersenyum tipis dan nyaris tak terlihat.
"Baiklah." Hanya itu yang Rifal katakan. Dia pergi dari sana masih dengan hati yang tenang.
"Tidak mungkin dia pergi. Dia sudah tidak memiliki keluarga di sini," gumam Rifal sebelum masuk ke dalam mobil.
Bruk!
Pintu mobil ditutup dengan teramat kencang penuh tenaga oleh pria matang itu. Sepanjang perjalanan hanya senyum tipis yang mengembang.
"Awas kamu kalau bohong." Mobil melaju dengan kecepatan tinggi menuju kantornya lagi.
Malam ini Rifal sengaja menunggu Elyna secara terang-terangan. Dia bersandar di dinding pagar pintu belakang. Rifal melihat layar ponsel. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Harusnya Elyna sampai rumah jam sebelas malam. Itupun sudah paling terlambat.
"Ke mana dia?" tanyanya sendiri.
Selama tiga hari berturut-turut Rifal menunggu Elyna di pintu belakang. Baik ketika matahari belum terbit ataupun malam yang sudah larut. Akan tetapi, Elyna tetap tidak ada. Memantau di jam makan siang pun Elyna tak ada di florist.
"Apa benar apa yang dikatakan oleh karyawan itu?" Kata resign kini sudah berputar di kepalanya.
Akhirnya, dia mencoba menemui pemilik dari florist tersebut. Si pemilik pun membenarkan. Elyna sudah lebih dari seminggu sudah tidak bekerja lagi di sana.
"Dia pindah ke mana?" Si pemilik florist itupun menggeleng. Otak Rifal mulai bekerja. Ada rasa tanggung jawab yang telah dia lalaikan. Bagaimana jika ayahnya tahu? Itulah yang ada dipikiran Rifal sekarang.
Rifal mengemudi dengan pikiran yang kacau. Hatinya tak karuhan. Dia bingung harus mencari Elyna ke mana. Getaran di saku celana membuat Rifal menepikan mobilnya. Dahinya mengkerut ketika sang ayah yang menghubunginya.
"Iya, Pih." Rifal bersuara sesantai mungkin. Dia tidak ingin ayahnya tahu akan hal ini.
"Kumpul di rumah abangmu malam ini. Ajak Elyna juga."
Deg.
Jantung Rifal seperti berhenti berdetak mendengar perintah dari sang ayah. Dia ingin absen dari acara tersebut.
"Tidak ada alasan sibuk. Tunda dulu semua pekerjaanmu. Rio ulang tahun hari ini."
Mati, begitulah umpatan dari hati Rifal. Bingung dia harus mencari Elyna ke mana. Setahu dia Elyna anak sebatang kara.
"Pang, apa kamu dengar apa yang Papih katakan." Addhitama berbicara lagi. Rifal hanya bisa menelan salivanya.
"Iya, Pih." Lagi-lagi bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
Hembusan napas kasar Rifal keluarkan. Harus beralasan apa untuk malam ini? Otaknya tidak bisa berpikir jernih. Satu tempat yang mungkin bisa memberikan petunjuk, yaitu kamar. Kamar tamu yang digunakan oleh Elyna.
Mobil sudah berhenti di depan rumah besar. Rifal bergegas ke kamar tamu. Dia dapat bernapas lega ketika kamar itu tidak dikunci.
Semuanya masih rapi. Rifal mencoba membuka lemari. Hanya ada beberapa baju Elyna. Dia membuka laci, hatinya tersentak ketika melihat sebuah figura berisikan foto pernikahan mereka. Elyna tak memajangnya, malah dia meletakkannya di dalam laci.
Rifal memejamkan matanya sejenak. Figura itu dia ambil dan di bawa hnya ada kertas bertuliskan, "Apa ini yang dinamakan pernikahan sesungguhnya? Foto yang menjadi kedok dari pernikahanku yang sesungguhnya."
Seperti dihantam bebatuan besar hatinya membaca tulisan Elyna. Dia menatap ke arah foto tersebut. Ada senyum yang dia ukirkan, begitu juga Elyna. Ya, dia sadar jika foto itu memang foto paling manis dan romantis karena ada campur tangan fotografer.
"Kamu di mana?" Tangannya mengusap lembut wajah Elyna pada foto tersebut.
Ting!
Sebuah pesan masuk. Rifal membuka pesan tersebut ternyata dari Askara. Sepupu dari Keysha.
"Gua tahu Keysha di mana." Begitulah isi pesannya.
"Kalau lu mau tahu nanti malam kita ketemu."
Rifal meletakkan ponselnya di tepian ranjang. Bukannya bimbang, tapi hatinya tertuju pada satu sosok yang sudah dua bulan ini menjadi istrinya. Satu wanita yang selalu sabar menghadapinya. Selalu mengirimkan bekal makanan masakannya sendiri setiap jam makan siang. Sayangnya, dia selalu membuang makanan itu.
#Flashback on.
Seminggu menikah dengan Elyna, sikap Rifal masih dingin. Namun, Elyna selalu bersikap baik kepada Rifal. Menyiapkan pakaian untuk dipakai suaminya. Walaupun dia tahu itu tidak akan pernah digunakan oleh Rifal.
Siang hari, seorang office boy mengetuk pintu ruangan Rifal. Dahinya mengkerut ketika lelaki itu menyerahkan sebuah bekal makanan kepada Rifal.
"Dari siapa?"
"Gak tahu, Pak. Abang go-jeg yang anterin. Katanya buat Pak Rifal Addhitama."
Setelah OB itu pergi Rifal membuka bekal makanan tersebut. Tempat makan yang dia kenali juga makanan rumahan yang bisa dia tebak dari siapa. Rifal segera menyingkirkan makanan itu. Malah dia memesan go-jeg lagi untuk mengembalikan makanan kepada istrinya. Kejam memang, tapi begitulah Rifal jika sudah tidak suka.
Bukannya Elyna tersadar, wanita itu malah semakin menjadi. Rifal benar-benar geram. Satu, dua hari masih dimaafkan. Ini sudah dua Minggu mengirim makanan. Mulut Rifal yang memang tidak ada remnya langsung berkoar.
"Kamu budeg apa tuli!" bentaknya. "Saya tidak suka kamu mengirimkan makanan kepada saya. Saya masih mampu membeli makanan di luar."
Elyna hanya menunduk dalam. Dia tidak pernah menjawab ucapan suaminya selama tiga Minggu menikah.
"Jika, kamu masih ngeyel, jangan harap saya akan pulang ke sini."
Semenjak kejadian itulah Elyna tidak pernah mengirimkan makanan lagi kepada Rifal. Dia tidak ingin suaminya tidak pulang ke rumah.
Namun, ada kajadian yang membuat hatinya rindu akan dikirimkan makanan oleh Elyna. Jam makan siang tiba, dia yang tengah berada di ruangan sang kakak dikejutkan dengan kedatangan sang kakak ipar, Nesha. Wanita itu mengantarkan bekal untuk suaminya. Masakan yang hampir sama dengan yang dibuat Elyna pada waktu itu.
"Makasih ya, Mih." Rindra tak segan mencium kening Nesha di depan adiknya.
"Abang punya banyak duit, gak perlu dibawain bekal begitu kali," cibir Rifal.
"Bekal ini bukan perihal banyak uang atau tidak, tapi perihal perhatian dari seorang istri untuk suaminya," papar Nesha.
"Uang gua banyak. Beli apapun juga bisa, tapi masakan istri gua gak akan gua bisa temui di restoran manapun di dunia ini. Masakan yang dibuat dengan sepenuh hati juga dengan penuh cinta."
"Apakah benar? Sesederhana apapun masakan istri, tapi rasanya sangat lezat. Penasaran."
Namun, semenjak ucapan Rifal itu Elyna sudah tidak pernah mengirimkan makanan apapun kepada Rifal. Pernah sekali dia meminta. Itupun dia harus menurunkan ego.
"Uang Mas banyak 'kan. Mas, bisa beli makanan yang lebih lezat dari masakanku. Aku tidak ingin makanan itu berujung di tong sampah."
#off.
Ponsel Rifal bergetar kembali. Dia buka pesan yang dikirimkan Aska.
"Kalau lu gak mau tahu tentang Keysha pun gak masalah."
Rifal menimbang-nimbang pesan dari Aska. Dia tengah memikirkan keberadaan Elyna. Juga dia ingin tahu keberadaan Keysha. Mana yang akan dia pilih?
"Maafkan aku, Key."
...***To Be Continue***...
Komen dong ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Yanti Sejati
rifal harusnya sdh mulai sadar masa laluya tetep masa lalu,
2023-08-27
1
AR Althafunisa
Perjalanan masih panjang ya...
2023-07-05
0
fandha
jahat banget rifal nih..walau ga cinta..sama elyna..minimal hargai dong setiap kebaikan yg diberikan elyna sama rifal..kesian aku liat elyna..nyeseek
2023-06-21
0