"Saya suaminya Elyna, Dok."
Mata Elyna hampir terlepas dari tempatnya. Sedangkan, dokter perempuan itu menatap Elyna meminta jawaban.
"Benarkah kamu sudah menikah?" Dokter itu nampak tidak percaya.
"Sudah. Pernikahan kami sudah berjalan lebih dari dua bulan. Hanya saja, kami tengah menjalani hubungan jarak jauh. Jadi, jarang sekali bertemu. Sekalinya bertemu malah istri saya sakit." Rifal berkata dengan lancar sungguh seperti aktor handal.
"Saya ikut senang ya, El. Akhirnya, kamu tidak sendiri lagi. Ada yang akan menjaga kamu. Melindungi kamu, dan kamu tidak akan pernah merasakan kesepian lagi. Tidak akan ada yang bisa macam-macam lagi sama kamu."
Rifal terkejut dengan apa yang dikatakan oleh dokter yang menangani istrinya. Apalagi mendengar kalimat terakhir.
"Apa maksudnya?"
Dia menatap sang istri yang wajahnya sedikit berubah. Ada hal yang tidak mengenakkan yang pernah menimpa Elyna sepertinya. Rifal pun mendekat ke arah Elyna..
"Saya akan menjaga istri saya." Elyna menatap ke arah pundak kanannya. Tangan Rifal sudah merangkulnya.
Perlahan dia menatap ke arah wajah Rifal. Wajah Rifal nampak serius. Ingin dia percaya, tapi sikap Rifal yang sudah-sudah membuatnya tersadar.
"Harus dong. Malah Anda harus bersyukur karena memiliki istri cantik juga Solehah seperti Elyna." Rifal hanya tersenyum.
Dokter memeriksa keadaan Elyna. Dia terus mengingatkan Elyna untuk jangan telat makan. Lambung Elyna sudah semakin parah.
"Terima kasih, Dok."
Rifal menatap Elyna dengan begitu tajam ketika dokter sudah pergi. Elyna masih bergeming. Dia harus bersikap dingin dan datar.
"Sekarang kamu makan, ya." Elyna tersentak ketika suaminya berkata dengan sangat lembut. Rifal membuka satu kotak makanan.
"Saya suapin, ya." Rifal hendak menyendokkan nasi, sayur dan lauk pauknya.
"Aku bisa makan sendiri."
Rifal tak mendengarkan. Dia malah menyuruh Elyna untuk membuka mulut. "Makanlah. Tubuhmu sudah seperti mayat hidup." Elyna berdecak kesal. Namun, dalam hati kecilnya dia tersenyum bahagia.
"Semoga ini bukan hanya mimpi."
Baru tiga suap, perut Elyna seperti diaduk-aduk. Dia menutup mulutnya, dan turun dari ranjang pesakitan dengan tergesa. Rifal refleks menurunkan cairan infusan Elyna. Istrinya segera meraih cairan infusan tersebut. Namun, rasa mual itu tidak bisa dia tahan hingga dia memuntahkan semua isi perutnya dan mengenai sepatu Rifal.
Terkejut bukan main Rifal. Bukannya jijik dia malah membantu Elyna memijat tengkuk lehernya. Hingga tubuh Elyna pun terduduk di samping ranjang pesakitan.
"Masih mual gak?" Elyna menggeleng. Rifal meraih tisu basah yang baru saja dia beli. Mengusap lembut bibir istrinya.
"Minum dulu." Rifal memberikan air mineral kepada sang istri. Elyna terima tanpa banyak kata.
"Kamu tiduran lagi aja, ya. Saya panggil dokter karena darah udah naik ke selang infus. Sekalian suruh bersihin muntahan kamu." Elyna masih terdiam. Dia mulai menaikkan satu per satu kakinya ke atas ranjang pesakitan. Kemudian, merebahkan tubuhnya.
Rifal segera keluar dan memanggil dokter juga petugas kebersihan. Dia tidak tega melihat Elyna seperti ini.
"Dok, saya ingin memindahkan istri saya ke rumah sakit besar saja." Elyna terkejut dengan apa yang dia dengar.
"Enggak, Mas. Aku gak mau."
"Saya akan tetap memaksa. Saya tidak akan membiarkan kamu seperti ini." Perkataan Rifal teramat serius.
"Dia hanya perlu pengawasan saja," bela dokter. "Setiap tiga jam sekali harus makan. Baik camilan ataupun makanan berat. Ketika sudah diperbolehkan pulang pun harus bed rest. Tidak boleh kecapek-an."
"Aku hanya butuh istirahat, Mas."
Rifal terdiam sejenak. Mata Elyna sangat memohon. Terlihat dia juga lelah dengan yang namanya rumah sakit.
"Ya sudah, tapi kamu gak boleh nakal dan nurut sama saya." Elyna pun mengangguk. Tidak ada yang bisa Elyna lakukan sekarang.
.
Rifal menghubungi dokter keluarga. Menanyakan apa saja yang boleh dimakan dan tidak pada penderita mag dan lambung. Setelah semuanya dijelaskan, Rifal meminta ijin kepada Elyna untuk keluar sebentar.
"Pergilah ke mana pun kamu mau, Mas. Aku tidak akan pernah melarang."
Elyna menyangka bahwa Rifal akan bertemu dengan seseorang. Dia melihat wajah Rifal yang sangat serius ketika bermain ponsel dan langkahnya yang terburu-buru. Hanya hembusan napas kasar yang keluar dari mulut Elyna. Ada rasa kecewa di hatinya untuk kesekian kali.
Setengah jam berselang, pintu ruang perawatan terbuka. Dia melihat sang suami sudah membawa banyak jinjingan. Dahi Elyna mengkerut.
"Saya beli buah-buahan buat kamu makan biar perut kamu tidak kosong." Elyna terharu dengan apa yang Rifal lakukan.
Pria itu membuka kotak buah yang berisi pisang, melon, dan semangka. Dia mengambilnya dengan garpu dan berniat untuk menyuapi Elyna.
"Aku bisa sendiri." Elyna hendak mengambil garpu tersebut, tetapi Rifal melarangnya.
"Kamu janji 'kan mau nurut sama saya." Elyna terdiam sejenak. Kemudian, dia mengangguk.
"Sekarang kamu makan. Saya akan menyuapi kamu."
...***To Be Continue***...
Komen dong ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Nur Ain
buncis. dah nie
2023-09-03
1
Rita Purwanti
cie cie ......thor pinter bawa pembaca ntuk penasaran🫸
2023-06-19
0
Ita Mariyanti
mg baik nya berkelanjutan
2023-06-17
0