"Key."
Suara seorang pria terdengar sangat berat. Keysha yang hendak membuka pintu mobil pun mengurungkan niatnya. Memilih untuk menoleh ke belakang yang ternyata ada Rifal yang tengah berlari ke arahnya.
"Aku sangat mencintai kamu, Key." Rifal memeluk tubuh Keysha dengan sangat erat. Sedangkan Keysha tidak membalasnya sama sekali. Tangannya masih dia letakkan di bawah.
Hati kecilnya ingin sekali membalas pelukan dari seseorang yang sudah lama ini mengisi hatinya. Namun, sebuah keadaan membuat mereka harus berpisah dengan sangat terpaksa. Merasa tidak ada pergerakan dari Keysha, Rifal mengendurkan pelukannya. Wajah Rifal basah dan menandakan bahwa pria dewasa itu menangis. Hati Keysha semakin teriris.
"Maafkan aku," sesal Rifal. "Andaikan aku tidak menerima-" Perkataan Rifal terhenti ketika sepasang tangan menyentuh pipi Rifal. Mengusap lembut wajah Rifal yang basah.
"Jangan salahkan keadaan," balas Keysha. "Anggap saja ini adalah takdiR Tuhan."
Azkano, ayah dari Keysha terdiam mendengar ucapan dari sang putri. Dia sangat melihat betapa sedihnya putrinya itu. Kesedihan putrinya hari ini ada andil dirinya juga. Seharunya dia mengijinkan Rifal melamar putrinya, bukan malah menyuruhnya menunggu. Sedangkan umur Rifal sudah tidak muda lagi.
Sekuat tenaga Keysha menahan rembesan air mata. Ternyata di sini bukan hanya dirinya yang terluka, sang mantan kekasihnya pun amat terluka.
"Terima kasih atas kenangan manisnya selama ini." Seulas senyum Keysha berikan, menutupi hatinya yang sudah tak karuhan.
"Aku tidak mencintai dia," ucap lemah Rifal. Namun, masih mampu Keysha dan Azkano dengar.
"Tapi, sekarang dia itu istrimu, Kak." Keysha berucap dengan begitu lembut. Tangannya mulai menggenggam erat tangan Rifal hingga sang empunya tangan melihat ke arah tangan mereka yang tengah saling genggam.
"Lupakan aku, Kak."
Perkataan yang tidak Rifal harapkan keluar juga dari mulut Keysha. Sorot matanya penuh keseriusan juga kepedihan. Respon dari Rifal hanya menggeleng.
"Dia tidak akan pernah bisa menggeser posisi kamu di hati aku," balas Rifal. "Dan aku tidak akan pernah sanggup untuk melupakan kamu."
Mata Keysha sudah berair. Dadanya sesak, hatinya perih mendengar ucapan yang teramat tulus. Berbanding terbalik dengan kenyataan yang terbilang tidak mulus.
"Tidak boleh begitu, Kak," cegah Keysha. "Dia tidak salah," lanjutnya lagi.
Hembusan napas berat keluar dari mulut Keysha. Tangannya masih menggenggam tangan Rifal dan hati kecilnya tidak ingin melepaskannya. Ingin egois, tapi dia bukanlah wanita sadis.
"Jangan sakiti dia, walaupun Kakak tidak cinta. Cukup aku saja yang mengalah," tekannya.
Rifal pun terdiam mendengarnya. Hati wanita di hadapannya ini sungguh luar biasa baiknya. Tidak menyimpan dendam sama sekali.
"Jangan buat Papih Kakak kecewa kepada Kakak. Beliau menaruh harapan yang besar kepada Kakak. Biarkan aku yang mengubur harapanku untuk kebahagiaan Kakak juga Papih Kakak." Lagi-lagi Keysha menyunggingkan senyum manisnya, dan Rifal hanya bisa membeku dengan mulut yang kelu.
"Aku pergi ya, Kak. Sekali lagi selamat menempuh hidup baru dan bahagialah selalu."
Perlahan genggaman tangan itu terlepas dan Keysha dengan pelan membalikkan tubuhnya. Tak teras bulir bening menetes dan mengalir dengan begitu derasnya.
"Aku hanya ditakdirkan menjaga jodoh orang."
Batin Keysha berkata dengan sangat perih. Uluran tangan dari sang ayah Keysha sambut dan dia sama sekali tidak menolehkan wajahnya ke arah belakang. Cukuplah Rifal menjadi masa lalunya dan sekarang sudah waktunya untuk menata masa depan.
Rifal tidak dapat berkata apapun. Hanya air mata yang menetes lagi. Ternyata dia cengeng, dia lemah, dan dia rapuh. Dia terus menatap mobil yang membawa Keysha hingga mobil itu tidak terlihat lagi olehnya.
Rifal sama sekali tidak pernah melihat ataupun menatap wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya. Hatinya benar-benar tertutup sangat rapat untuk wanita manapun. Hanya Keysha, Keysha dan Keysha.
"Mas." Suara yang sama sekali tidak membuatnya menoleh. Dia masih terdiam bagai patung bernapas.
Ketika resepsi selesai, Rifal memilih untuk bergabung dengan adik juga kakaknya. Tidak langsung masuk ke dalam kamar pengantin yang sudah disiapkan. Padahal Elyna sudah masuk ke dalam kamar pengantin.
"Bukannya belah duren," goda Rindra. Hanya tatapan datar yang Rifal berikan. Malas rasanya menimpali ucapan kakaknya tersebut.
"Empin gimana?" tanya Radit kepada Echa.
"Gak kenapa-kenapa," jawab sang istri. "Kita juga dilarang ke sana sama Riana juga Aksa. Suruh istirahat di sini dulu," tambahnya lagi.
"Di rumah sakit ada siapa aja?" tanya Radit. Echa menyebut satu per satu nama anggota keluarganya. Nama Aska dia sebut dan membuat Rifal sedikit tersenyum.
"Di mana Gavin dirawat?" Pertanyaan Rifal membuat semua orang menatap bingung ke arahnya. Namun, Rifal tetap meminta jawaban atas pertanyaannya kepada adik iparnya.
"Di mana, Cha?" paksa Rifal. Echa pun memberitahukan nama rumah sakitnya.
Rifal ingin segera pergi ke rumah sakit tersebut, tapi suara sang ayah membuat langkahnya terhenti.
"Papih mau bicara berdua sama kamu."
Hembusan napas kasar keluar dari mulut Rifal. Dia tahu apa yang akan dikatakan oleh ayahnya. Mau tidak mau dia harus mengikuti perintah ayahnya. Mereka berdua sudah ada di kamar sang ayah. Rifal duduk di sofa yang ada di sana. Sang ayah pun duduk di sebelah putra keduanya.
"Jangan pernah berbuat kesalahan yang tak semestinya kamu lakukan," ucap Addhitama.
"Pernikahan ini adalah sebuah kesalahan yang harusnya tidak Ipang lakukan. Harusnya Ipang menikah dengan Keysha bukan dengan wanita itu." Rifal berani menjawab ucapan dari ayahnya. Inilah di mana dia lelah dengan semuanya. Harusnya menata kebahagiaan malah mendapatkan kesedihan yang tidak dia inginkan.
"Salah Ipang apa, Pih?" Mata Rifal sudah menatap lekat sang ayah. Tatapan sedih, lelah jadi satu.
"Selama ini Ipang selalu jadi anak penurut. Ipang selalu menjadi anak penengah yang menyatukan kakak dan adik Ipang berseteru. Sekarang, kenapa Papih malah membuat perseteruan dengan Ipang? Kenapa Pih?" Semua gejolak di dada yang sebulan ini Rifal rasakan dikeluarkan tanpa ampun. Suaranya pun bergetar.
"Apa Ipang tidak boleh memilih kebahagiaan Ipang sendiri?" tanyanya lagi. Sorot matanya kini sendu dan berair. "Apa belum cukup Ipang terus mengalah selama ini? Mengenyampingkan keinginan Ipang demi Papih, Bang Rindra juga Radit. Apa semuanya tidak cukup, Pih?"
Addhitama terdiam mendengar ucapan dari putra keduanya. Hatinya sakit ketika mendengar Rifal berkata seperti itu.
"Umur kamu sudah tidak muda lagi," ucap Addhitama. "Umur Papih juga sudah tidak akan lama lagi. Apa salah kalau Papih ingin melihat putra kedua Papih menikah sebelum Papih meninggalkan kalian?"
"Kenapa Papih menjelma bak Tuhan? Kenapa Papih sok tahu dengan umur Papih? Jangan jadikan itu alasan untuk merenggut kebahagiaan yang sudah Ipang raih dengan Keysha. Harusnya Papih jangan lakukan ini," tuturnya dengan nada yang teramat lemah.
"Ipang juga ingin bahagia dengan wanita yang Ipang cinta. Ipang ingin seperti Bang Rindra juga Radit yang bahagia dengan istrinya." Rifal bagai orang frustasi kali ini.
"Papih yakin, pernikahan ini akan membuat kamu bahagia. Cinta akan datang karena terbiasa."
Rifal tersenyum sinis mendengar ucapan dari sang ayah. Dia mulai menatap ayahnya kembali.
"Jika, Ipang tidak bisa mencintainya ... bolehkah Ipang menceraikannya?"
...***To Be Continue***...
Komen dong ya ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Raida
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
2024-08-18
0
AR Althafunisa
😭😭😭😭😭😭
2023-07-05
0
Amalia Pamujo
mendingan pisah aja El
2023-07-02
1