"Rebutlah hatinya, El! Kamu pasti bisa membuatnya jatuh cinta kepadamu."
Elyna cukup terkejut mendengar kalimat tersebut. Dia pun memegang dadanya seraya mengucapkan istighfar. Ternyata kakak pertama suaminya yang berbicara.
"Batu karang saja bisa terkikis oleh hantaman ombak terus menerus." Rindra menyeringai. Mereka tidak hanya berdua. Tentu saja ada istri dari kakak iparnya tersebut.
"Hati Rifal tidak sekeras itu. Percayalah padaku."
Elyna tersenyum hangat kepada Rindra. Dia sangat berterima kasih karena Rindra sudah mau menerimanya sebagai adik ipar. Juga mendukungnya untuk mendapatkan hati Rifal.
"Kisah cinta anak-anak Papih itu berbeda-beda," terang Nesha. "Radit dan Echa dengan perjuangan cinta mereka. Aku dan Papih Rindra dengan cinta dalam diam dan penuh kepura-puraan karena ego yang mendominasi." Rindra tersenyum dan mengusap lembut rambut Nesha.
"Perjuangkan! Jangan sampai menyerah."
Seperti mendapat angin segar. Elyna sudah didukung oleh dua kakak iparnya. Namun, dia belum mendapat dukungan dari adik iparnya. Terlihat Rifal sangat dekat dengan Echa. Apakah mungkin dia bisa mengorek perihal Keysha pada Echa? Dia sangat yakin Echa mengetahui banyak hal tentang Keysha.
Mereka menyantap sarapan di hotel. Hanya Rifal, Keysha dan juga Addhitama di meja yang terpisah. Untuk Radit dan Rindra mereka satu meja makan.
"Ada hak dan kewajiban yang harus suami-istri lakukan. Jangan diabaikan. Nantinya kalian akan mendapat dosa besar."
Rifal sangat membungkam mulutnya. Tidak ada sebuah katapun yang terucap. Dia bagai tengah duduk sendirian di meja itu.
Elyna yang melihat suaminya terdiam ikut terdiam. Sesekali dia mengangguk menimpali ucapan sang ayah mertua. Terlihat jelas betapa enggannya Rifal mendengar nasihat perihal pernikahan. Dari sebuah pemaksaan akankah menjadi kebahagiaan. Sebuah tanya yang belum terpecahkan.
Diamnya Rifal berlanjut hingga mereka tiba di Jakarta. Elyna dibawa ke rumah besar milik Addhitama. Di mana dia akan tinggal di sana bersama suami juga mertua. Sedangkan Kakak dan adik iparnya sudah memiliki rumah masing-masing.
"Bawa istri kamu ke kamar," titah Addhitama yang baru menginjakkan kaki di rumah besar itu. "Papih mau istirahat." Addhitama berlalu begitu saja.
Elyna menatap Rifal yang sedari tadi terdiam. Dia bingung harus melakukan apa. Ketika kaki Rifal melangkah, Elyna pun mengikuti suaminya. Masuk ke dalam kamar yang sangat rapi. Namun, langkah Elyna terhenti ketika Rifal membalikkan tubuhnya.
"Jangan berharap lebih dari saya."
Kalimat yang teramat menyeramkan keluar dari mulut Rifal. Mulut Elyna tercekat mendengarnya. Tubuhnya terasa tak bertulang. Inikah tandanya dia harus menyerah di usia pernikahannya yang baru dua hari.
"Tidak! Aku pasti akan bisa merebut hatimu, Mas."
Perihal hati Elyna tidak akan pernah main-main. Sebenarnya ada pria yang juga memintanya untuk memperistrikannya. Profesinya tak kalah dari Rifal. Namun, hati Elyna bergetar ketika pertama kali melihat wajah Rifal walaupun hanya dalam foto. Pilihannya pun tertuju pada Rifal Addhitama.
Rifal masuk ke dalam kamar mandi dan Elyna mendudukkan dirinya di tepian tempat tidur. Ada rasa sedih di dada. Namun, dia tidak boleh menyerah. Dia harus menjadi wanita tangguh. Dia harus membuat Rifal jatuh cinta kepadanya.
Ada sebuah figura yang mencuri perhatian matanya. Senyum bahagia yang mengembang di wajah sepasang manusia. Suaminya dengan perempuan yang pada pernikahan mereka kemarin hadir mengucapkan selamat.
Elyna tidak berkespresi apapun. Dia hanya terdiam dengan mata yang berair. Menatap lekat wajah tampan suaminya yang tengah tersenyum teramat gembira.
"Kapan aku melihat senyummu yang seperti ini, Mas?" gumamnya.
Suara pintu kamar mandi terbuka. Elyna meletakkan kembali figura tersebut. Dia mulai berdiri dan menatap ke arah sang suami.
"Bolehkah aku tidur di ranjang ini?" tanya Elyna dengan begitu sopan.
"Saya akan tidur di sofa." Sungguh membuat hati Elyna terasa pedih mendengarnya. Kenapa tidak tidur berdua di atas tempat tidur saja?
Mereka berdua tidur terpisah. Elyna tidur di atas tempat tidur dan Rifal tidur di sofa. Semahal apapun tempat tidur yang ada di kamar Rifal, tidak membuat Elyna merasa nyaman dan nyenyak. Dia terus mengubah posisi tidurnya. Terlihat tidak tenang.
Sedangkan Rifal dia terlelap dengan tangan yang dilipat di atas dada. Tubuh dan hatinya tengah didera rasa lelah yang mendalam. Kini, Elyna hanya bisa menatap suaminya dari atas tempat tidur. Pria baik dan berbakti, itulah yang sang mertua katakan. Namun, sekarang pria itu menjadi pria yang keras hati.
Pagi hari, Elyna sudah menyiapkan baju untuk sang suami. Kemeja berwarna biru langit dengan celana bahan berwarna hitam. Dia melihat pintu kamar mandi masih tertutup. Dia letakkan saja kemeja juga celana bahannya di atas tempat tidur.
"Setidaknya aku sudah menjalankan tugasku sebagai seorang istri." Elyna segera keluar dari kamar tersebut.
Rifal mengerutkan dahi ketika melihat sudah ada kemeja, celana di atas tempat tidur. Dia mencari penghuni kamarnya yang lain. Namun, tidak ada siapa-siapa di sana. Helaan napas berat keluar dari mulutnya. Dia masih menatap nanar ke arah baju yang disiapkan oleh wanita yang menjadi istrinya tersebut.
"Andaikan yang menyiapkan bajuku itu kamu." Tarikan napas kasar keluar dari mulutnya. Rifal membiarkan baju itu dan menuju lemarinya. Memilih baju yang akan dia gunakan hari ini. Kecewa, sudah pasti itu yang dirasakan oleh Elyna.
Senyum penuh kegetiran yang Elyna berikan ketika suaminya tiba di meja makan dengan mengenakan kemeja hitam. Bukan kemeja berwarna biru langit yang sudah dia siapkan. Rifal sama sekali tidak melihatnya. Hanya menyapa sang ayah dengan sopan..
"Seminggu ke depan Papih akan ke Kalimantan. Ada urusan yang tidak bisa diwakilkan."
Rifal mengangguk mengerti. Begitu juga dengan Elyna. Mereka menikmati sarapan dengan penuh keheningan. Addhitama bangkit duluan. Kemudian, diikuti oleh Rifal. Elyna pun mengikuti langkah kaki suaminya. Namun, tatapan tajam dari Rifal membuat Elyna menundukkan kepala.
"Ketika suami pergi ke kantor, sang istri harus mengantarnya sampai depan pintu." Elyna mencoba menjelaskan tanpa berani menatap wajah suaminya.
"Jangan berharap lebih dari saya!" tekan Rifal. "Jangan pernah buat saya marah!"
Elyna pun membeku. Kepalanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Rifal pergi tanpa satu buah katapun. Seharusnya Elyna mencium tangan Rifal dan Rifal mencium kening Elyna. Namun, itu hanya sebuah khayalan yang tidak tahu kapan akan terlaksanakan.
"Kini aku merasakan bagaimana jadi MC di novel romansa perjodohan." Kalimat yang mengiringi kepergian mobil Rifal.
.
Jam dinding sudah bergerak ke arah kiri. Namun, sang suami belum pulang sedari pagi. Elyna sedikit mendapat angin segar ketika dia dimasukkan ke dalam grup chat keluarga. Di mana anak-anak serta para menantu Addhitama penghuni grup tersebut. Ingin rasanya dia menanyakan keberadaan sang suami. Akan tetapi, jarinya ragu untuk menari-nari.
Sebuah pesan masuk di grup chat keluarga Addhitama. Dahinya menukik ketika Radit mengirimkan foto sang suami tengah asyik melamun bersama kucing orange.
"Apa yang sedang mereka lamunkan?"
Itulah pesan yang dikirim oleh Radit. Balasan dari kakak ipar maupun adik iparnya hanya emoticon tertawa.
"Tidak mungkin 'kan dia memikirkan ku."
...***To Be Contunue***...
Minta komennya boleh?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
AR Althafunisa
Boleh ga aku nangissss?
2023-07-05
1
Rita Purwanti
lanjut thor ceritanya menggemaskan
kasihan elyna
2023-06-17
0
Tati Suwarsih
relakan suamimu elyna...carilah kebahagian dr orang lain
2023-06-15
0