"Mas-"
Elyna benar-benar terkejut dengan apa yang dia lihat. Seorang pria tampan dengan wajah terlihat lelah ada di depan matanya sekarang.
"Kenapa kamu gak bilang kalau mau ke sini? Aku khawatir, El."
Elyna hanya dapat menunduk dalam. Dia tidak berani menatap ke arah pria itu. Dia tidak bisa berdusta jikalau bertemu dengannya.
"El, jawab aku!"
Elyna malah terisak. Dia pun luruh ke lantai. Menahan rasa sakit seorang diri membuat Elyna merasa hatinya seperti membawa bebatuan yang sangat berat.
Ingin pria itu menyentuh pundak Elyna. Namun, dia tidak bisa. Mereka bukan mukhrim. Pria itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa membiarkan Elyna menangis, melepaskan segala beban di hati. Namun, di mata pria itu ada yang janggal ketika melihat kondisi Elyna.
"Kamu sakit?"
.
Rifal berusaha untuk mencari Elyna. Dia sudah patah arang. Seminggu ini dia tidak menemui keberadaan Elyna. Orang kepercayaannya sudah dia kerahkan. Namun, tidak pernah dia mendapat kabar perihal ditemukannya Elyna. Rasa curiga mulai menjalar di hatinya. Dia sangat yakin ada campur tangan keluarganya di kasus ini.
Rifal mendatangi kantor Radit. Dia sangat yakin adiknya ini tahu akan Elyna. Tak Rifal pedulikan di ruangan Radit ada orang. Dia masuk dengan lancang. Radit hanya menatap sang kakak dengan tajam.
"Maaf, ya. Itu Kakak saya." Radit adalah manusia yang bisa menyembunyikan perasaannya. Mata Rifal sudah terlihat tajam. Namun, Radit tidak terpengaruh. Dia tetap melanjutkan pembicaraan dengan rekan kerjanya.
"Oke, saya tunggu kabar selanjutnya."
Radit menjabat tangan rekannya tersebut dan mengantarnya hingga keluar ruangan.
"Gak sopan!" Begitulah Omelan Radit kepada Rifal yang sudah memasang wajah garang.
"Di mana Elyna?" tanya Rifal tanpa basa-basi.
"Mana aku tahu." Radit benar-benae acuh. Dia malah kembali duduk di atas kursi kebesarannya.
"Jangan bohong, Dit." Rifal tidak mempercayainya begitu saja.
"Elyna istri Kakak, kenapa nanyanya ke aku." Dahi Radit pun mengernyit. Dia tidak mengerti kepada kakaknya ini.
"Cukup pura-puranya, Dit!" Membentak, itulah yang Rifal katakan. "Gua sangat tahu pasti ada campur tangan lu dan Abang kalau gua gak bisa nemuin sesuatu," geramnya.
Radit pun berdecak kesal. Dia menatap tajam balik ke arah sang kakak yang tengah marah.
"Jangan asal nuduh, Kak," sahut Radit. "Buktinya aja Keysha. Kakak tidak bisa menemukan dia bukan karena aku, tapi memang papihnya Keysha yang membentengi Keysha dengan kuat."
"Ini Elyna, Dit. Bukan Keysha!" Urat-urat kemarahan sudah muncul di wajah Rifal. "Dia bukan dari kalangan seperti kita. Dia itu orang biasa."
Radit hanya diam. Tak menunjukkan ekspresi apapun. Menatap wajah Rifal yang kini semakin frustasi.
"Gua mohon, Dit. Kasih tahu di mana Elyna berada."
Radit seperti tengah melihat Rifal ketika terpuruk ditinggalkan Keysha. Hembusan napas kasar keluar dari mulut seorang Raditya Addhitama.
"Jangan tanyakan ini kepadaku. Kekuatanku tidak akan sehebat ini." Radit pun menyahuti. "Kakak tahu 'kan ke mana Kakak harus bertanya."
.
"Makasih, Mas."
Elyna berjalan bersama seorang pria yang tak kalah tampan dari Rifal. Terlihat pria itu sangat menyayangi Elyna.
"Sama-sama, El." Senyum manis dan tulus pria itu tunjukkan. Di saat seperti itulah Elyna tidak bisa menatap wajah pria itu. Pria itu terlalu baik.
"Dua minggu ke depan kamu harus cek semuanya. Berhubung di sini perlatannya belum lengkap jadi kita akan pergi ke Kota."
"Mas, mau tetap di sini?" Elyna pun menatap wajah pria itu.
"Lusa aku harus kembali ke Jakarta," sahutnya. Elyna pun mengangguk pelan. "Ketika jadwal kamu cek semuanya, aku akan ke sini lagi. Aku akan menemani kamu. Aku akan menjaga kamu sebelum ada orang yang benar-benar tulus menjaga kamu."
"Mas-" Mata Elyna berkaca-kaca mendengar ucapan tersebut.
"Aku menyayangi kamu, El."
Namun, itu hanya bisa dia ungkapakn di dalam hati. Dia sadar diri, Elyna sudah menjadi milik orang lain.
.
"Pih."
Rifa sudah merengek kepada ayahnya bak anak kecil yang ingin dibelikan mainan. Addhitama masih terdiam. Dia pun didampingi putra pertamanya.
"Ipang, mohon!"
"Bang, ambilkan Papih kertas dan bolpoin." Rindra segera menjalankan apa yang dikatakan oleh ayahnya.
Addhitama menuliskan sesuatu di sana. Rifal tengah menanti apa yang dituliskan ayahnya.
"Rumah sakit," gumam Rifal. Rifal mencari rumah sakit yang ayahnya tuliskan.
"Pelosok?" tanya Rifal. Dia pun memberanikan diri untuk menatap sang ayah.
"Ya. Di sanalah tempat Elyna berasal. Di sebuah desa kecil, tapi memiliki adab yang luar biasa bagus."
Rifal pun menyimpan kertas itu. Dia akan mencari Elyna hari ini juga.
"Ipang berangkat, Pih." Tidak ada jawaban dari Addhitama. Dia menatap Rifal dengan raut kecewa.
"Jangan pernah kembali jika hubungan kalian belum membaik. Perbaiki hubungan kalian di sana." Tanpa ragu Rifal pun mengangguk.
Semua pekerjaan Rifal tanggalkan. Sore ini dia akan bergegas menuju tempat di mana Elyna berada. Namun, pikirannya masih berkelana. Rumah sakit, itulah yang ayahnya beritahukan.
"Ada apa dengan Elyna?" Dia masih melajukan mobil dengan kecepatan cukup tinggi. Dia ingin cepat sampai di rumah sakit yang dimaksud. Dia takut Elyna kenapa-kenapa.
Tibanya di rumah sakit, Rifal segera menuju resepsionis. Dia menanyakan nama istrnya. Namun, pihak rumah sakit mengatkan jikalau nama yang Rifal cari tidak ada. Dia terus memaksa, tetapi pihak rumah sakit terus membungkam mulut.
Rifal teringat akan perkataan Echa ketika di acara ulang tahun Rio. Ya, dia harus menggunakan nama belakang ayahnya. Siapa yang tidak tahu dengan Addhitama. Semua rumah sakit di negeri ini pasti mengenal pria yang sudah senja itu. Pada akhirnya, pihak rumah sakit pun mau membuka suara.
"Pasien yang bernama Elyna Prameswa sudah keluar dari rumah sakit." Rifal terdiam. Kenapa sang ayah memberikan alamat ini jika Elyna sudah tidak ada? Di mana dia harus mencari Elyna sekarang?
"Saya minta alamat rumah dari Elyna Prameswa."
"Maaf, Pak. Data pasien semuanya kami lindungi." Lagi-lagi pihak rumah sakit menghalangi.
Rifal menahan emosi. Dia menarik napas panjang. Lalu, dia hembuskan.
"Saya suaminya."
Dahi resepsionis itu mengkerut. Dia menelisik wajah Rifal. Itu bukan pria yang selalu ada bersama Elyna selama di rumah sakit. Resepsionis itupun tahu betul siapa yang selalu menemani Elyna ketika dirawat di rumah sakit. Dia juga tahu siapa pria itu. Pria hebat, tampan dan juga mapan.
"Maaf, Pak. Kami tidak bisa memberitahu Bapak. Data pasien wajib dirahasiakan."
Rifal pun mengerang kesal. Kenapa sesulit ini untuk bertemu Elyna. Sepertinya masih ada campur tangan sang ayah dalam hal ini.
.
"Aku harus ke Jakarta malam ini juga." Elyna hanya mengangguk. Mereka berdua tengah duduk di kursi plastik yang ada di teras rumah sederhana.
"Aku usahakan ketika kamu cek kesehatan lagi, aku akan menemani kamu." Lagi-lagi Elyna hanya mengangguk.
Pria itu menatap wajah Elyna yang tertunduk. Ingin rasanya dia memeluk tubuh Elyna. Mengecup kening Elyna untuk perpisahan mereka kali ini. Namun, Elyna bukan wanita murahan. Elyna wanita mahal yang memiliki permata langka di dalam dirinya. Hanya orang-orang yang memiliki cinta yang tulus yang bisa menemukannya.
"Aku pergi."
Pria itu bangkit dari duduknya. Dia menatap Elyna sepintas dan hembusan napas berat keluar dari mulut pria itu.
"Jaga diri kamu. Jaga kesehatan. Aku gak ingin mendengar kamu sakit lagi."
"Iya, Mas. Mas, juga hati-hati."
Sebuah kalimat yang menyejukkan hati. Namun, sayang seribu sayang wanita itu tidak bisa dia miliki.
...***To Be Continue***...
Komen dong ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Yus Nita
siapa pria ygenemani Elyana saatdia sdgtwrpuduk
dan sakit
2024-09-04
0
Ita Mariyanti
bagus banget ceritanya Thor, 👍👍👍
2023-06-17
1
Sweet Girl
rebut aja ....
2023-05-21
0