"Jangan pergi, Key. Jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintai kamu."
Tes.
Bulir bening jatuh membasahi pipi Elyna. Kenapa rasanya begitu sakit ketika mendengar suaminya menyebut nama wanita lain. Apalagi mengatakan bahwa dia mencintai wanita yang tidak dia ketahui itu.
"Siapa Keysha?"
Elyna buru-buru mengusap air matanya. Dia beranjak dari posisi awalnya. Segera menuju kamar mandi. Tempat di mana dia bisa meluapkan segala kesedihannya.
Bayangan wanita yang nampak pilu cermin itu tunjukkan. Wanita yang tengah memegang dada. Menahan kesakitan yang hatinya rasakan.
"Apa wanita kemarin yang dipeluk Mas Rifal?" gumamnya.
Elyna mengingat wajah wanita yang suaminya peluk. Wanita yang sangat cantik dengan tubuh proposional. Rambut hitam lurus dengan bola mata yang sangat indah. Usianya pun masih sangat muda.
"Apa aku yang menyebabkan mereka berpisah?" Kini, Elyna mulai menerka-nerka dengan rasa sakit yang masih bersarang di dada.
Cukup lama dia berada di dalam kamar mandi, setelah mencuci wajah dia segera keluar. Dia terkejut ketika suaminya sudah berada di depan pintu kamar mandi dengan tatapan menyeramkan. Elyna buru-buru menghindar dari Rifal. Dia pun hanya duduk di pinggiran ranjang dengan pandangan ke arah pintu kamar mandi. Tidak ada gemercik air di sana. Dia takut jika suaminya melakukan hal yang tidak diinginkan.
Perlahan dia bangkit dari duduknya. Baru saja melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi, teriakan dari dalam terdengar. Elyna sudah memegang gagang pintu kamar mandi.
"Kenapa kamu pergi, Key? Kenapa?" Elyna yang samar mendengar pun membeku dengan tangan yang belum melepaskan gagang pintu.
"Harusnya dari awal aku membawa kamu pergi. Pasti kita sudah hidup bahagia."
Tangan Elyna pun terlepas begitu saja. Tubuhnya hampir limbung mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya. Menyebut namanya ketika ijab kabul, tapi bukan namanya yang ada di dalam Rifal Addhitama.
.
Ini adalah malam pertama mereka tidur berdua di dalam satu kamar. Namun, kali ini Elyna menutup rapat tubuhnya. Memakai piyama setelan panjang juga kerudung Maryam yang biasa dia gunakan di dalam rumah. Mereka hanya saling diam. Terlebih dia sering mendengar umpatan kesal dari sang suami dan berujung menyebut nama Keysha. Bukankah itu terlalu menyakitkan untuknya? Baru sehari menjadi istri sudah mendapat kenyataan seperti ini.
Kamar itu sangat hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Telinga Elyna menajam ketika suaminya menyebut nama Echa, adik iparnya.
"Jangan bohong, Cha!" Bentakan penuh kekesalan keluar dari mulut Rifal. Elyna memilih untuk tidak mendengar apa yang suaminya katakan kepada Echa. Dia sudah tahu akan berujung pada siapa.
"Gua mau kejar dia, Cha."
Langkah Elyna terhenti ketika mendengar ucapan suaminya tersebut. Semakin sakit hatinya saat ini. Ingin rasanya dia menimpali. Namun, hatinya menyuruhnya untuk bersabar lagi.
"Ingat El, MC di novel romansa yang sering kamu baca tidak langsung bahagia. Suaminya tidak langsung mencintainya. Yakinlah, kisahmu akan seperti kisah novel kesukaanmu."
Batinnya terus menguatkan Elyna. Jangan mengharapkan orang lain menguatkannya karena kekuatan itu datang dari hati dan diri sendiri. Bukan dari sekedar ucapan orang lain.
Elyna melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi. Dia hanya duduk di atas kloset. Merenungi nasibnya yang malang ini.
"Apakah aku akan bahagia?"
Gedoran pintu kamar mandi terdengar. Elyna terbangun dari lamunannya. Dia segera membuka pintu kamar mandi. Terlihat suaminya memegang bagian sensitif yang berada di bawah perutnya. Elyna segera menyingkir.
"Tidur kali di kamar mandi," gerutunya sambil masuk ke dalam kamar mandi.
Elyna tidak marah, tapi dia malah tersenyum. Akhirnya, dia bisa mendengar suara sang suami walaupun hanya sebuah gerutuan. Itu sudah termasuk sebuah kemajuan.
Elyna kembali ke posisi awal di mana dia terduduk. Sedari tadi dia duduk di sofa sedangkan suaminya duduk di atas ranjang. Ponselnya pun dia letakkan di atas kasur.
Nama Keysha memutari kepalanya lagi. Rasa penasaran pun menyeruak di dadanya kembali. Terlebih suaminya semakin sibuk dengan ponsel dan kalimat makian terucap berulang kali dari mulut Rifal.
Elyna memilih merebahkan tubuhnya di sofa panjang tersebut. Tanpa memakai bantal dan hanya meringkuk bak orang kedinginan. Rifal sama sekali tidak peduli. Dia terus memaki, hingga bukan sudah berada di atas kepala.
"Kenapa kamu terus mencari wanita itu, Mas? Apakah kamu tidak peduli dengan perasaanku? Telingaku masih bisa mendengar dengan jelas apa yang kamu katakan. Aku merasa seperti makhluk yang terlihat di matamu."
Jeritan hati terdalam dari seorang wanita yang memiliki harapan berlebih kepada sosok pria yang menjadi suaminya kini. Tidak ada salahnya karena banyak di luaran sana yang menikah karena perjodohan berakhir dengan kebahagiaan.
Pegal dengan posisi miring, Elyna merubah posisinya dengan mata yang terpejam. Dia takut ketahuan jika dia belum terpejam. Suara dengkuran halus terdengar. Elyna mencoba membuka mata. Terlihat suaminya tertidur dengan tangan yang masih menggenggam ponsel di atas perutnya. Hembusan napas kasar keluar dari mulut Elyna. Perlahan dia bangkit dari sofa dan mendekat ke arah Rifal. Elyna menatap wajah Rifal cukup lama. Ada getaran hebat di hati. Dia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada sosok yang bernama Rifal Addhitama.
Mata Elyna kini tertuju pada ponsel yang Rifal genggam. Ingin dia mengambilnya. Namun, tidak jadi. Dia takut suaminya terbangun. Elyna memilih untuk menyelimuti tubuh Rifal saja. Kemudian, dia kembali ke sofa.
Dia membuka tasnya dan mencari sesuatu di dalamnya. Senyumnya terukir ketika dia meraih buku catatan dengan pena yang ada di kawat spiral buku tersebut. Dia buka dan dia mulai menuliskan kalimat demi kalimat di sana.
...Diary Setelah Pernikahan....
Dear diary ...
Ternyata sakit ya ketika mendengar pria yang sudah menjadi suami kita menyebut nama wanita lain dalam mimpinya. Rasanya dada ini sangat sesak. Namun, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku merasa aku ini adalah seorang pelakor yang merebut kekasih orang lain. Memaksanya untuk menikahiku.
Andai aku tahu kenyataannya seperti ini, aku tidak akan mau menerima tawaran dari ayah mertuaku. Aku tidak ingin bahagia di atas kesedihan orang lain. Bukan hanya satu hati yang aku sakiti. Melainkan dua hati yang sudah aku sakiti tanpa sengaja.
Maafkan Aku, Suamiku.
^^^Elyna, (istri yang belum dianggap)^^^
.
"Echa gak tahu, Kak." Suara Echa terdengar cukup keras. Dia juga berusaha memberontak karena tangannya dicekal oleh Rifal.
"Gua mohon, Cha." Tatapan Rifal sangat mengiba dan membuat Echa tidak tega.
"Lu tahu 'kan bagaimana perjuangan gua untuk mendapatkan Keysha. Meminta restu kepada Mamih dan Papihnya bukan perkara mudah. Gua gak ingin hubungan yang penuh perjuangan ini berakhir menyedihkan." Pilu, suara Rifal teramat pilu. Dia bagai pria yang kehilangan arah sekarang.
"Kak, sekarang Kakak udah punya istri. Jangan kaya gini. Kasihan istri Kakak. Keysha pergi untuk kebahagiaan Kakak." Rifal menggeleng.
"Gua ingin Keysha!"
Elyna yang berada di balik tembok memegang dadanya. Sedih, perih jadi satu.
"Rebutlah hatinya, El! Kamu pasti bisa membuatnya jatuh cinta kepadamu."
...***To Be Continue***...
Komennya dong ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Shautul Islah
ceritanya meloncat loncat,jadi kaya giman gitu bacanya
2023-07-09
0
Bunda Saidah
sabar Mb El...
Aq di pihak mu...💪💪💪
2023-07-03
0
Tika Rotika
pengen aq tonjok itu muka si rifal 😡
2023-06-30
0