Terjerat Pesona Sang Sekretaris

Terjerat Pesona Sang Sekretaris

Chapter 1

Dalam kamus hidup aku, tidak ada kata 'berhenti ditengah jalan' alias menyerah, seberat apapun badai menerpa dan membuat aku jatuh berkali kali. Disitulah aku semakin kuat bangun dan berusaha bertahan dari terjangan badai, hingga menemukan titik terang.

Akankah semua ini bisa dilalui olehku??

Entahlah, aku hanya bisa menatap lurus ke depan bersiap siaga dan waspada tentang apa yang akan aku hadapi ke depannya. Aku hanya harus berjuang dan berjuang, demi menggapai apa yang selama ini aku inginkan..

***

"Kamu tak lebih dari anak yang membawa sial terhadap keluarga ini,jika tahu akan begini ayah tak sudi punya anak perempuan sepertimu!!",

"Aku juga tak minta untuk dilahirkan dan menjadi anak ayah", balas anaknya dengan wajah datar dan langsung melengos pergi.

"Sialan. Anak tidak tahu diri!!", timpalnya.

Namun sersi tak menggubris lagi hal itu, dia langsung membalikkan badan dan melengos pergi keluar rumah dan menutup pintu dengan keras.

Braaak..

Lagi lagi Sersi berselisih dengan ayahnya tanpa alasan yang jelas. Sersi tidak melakukan kesalahan yang fatal, namun selalu dibesar - besarkan oleh lelaki yang disebut ayah itu. Dia selalu disebut anak pembawa sial, dan makian yang membuat wanita itu hancur seketika. Hanya dia yang diperlakukan acuh tak acuh oleh kedua orangtuanya semenjak kejadian nahas bertahun-tahun silam, hingga Sersi bertumbuh kembang menjadi wanita yang apatis dan keras kepala karena orangtuanya yang selalu bersikap kasar terhadapnya selama bertahun tahun.

***

Flashback..

Waktu itu, Sersi kecil tengah bermain dengan sang kakak di halaman rumahnya. Sersi kecil yang memakai baju setelan bergambar hello kitty itu tertawa riang, tatkala kakaknya menari nari lucu dihadapannya. Kakak sersi seorang lelaki yang memiliki wajah yang cukup tampan, berkulit putih, mata berwarna hazel, hidung yang mancung dan rahang yang kokoh membuat anak berusia 15 tahun itu terlihat tampan walau diusianya yang masih muda. Mereka berdua bermain dengan riang nya siang itu, tanpa beban dan gembira. Tanpa mereka ketahui bahwa bahaya sebentar lagi akan datang.

Saat Adryan(Kakak Sersi) dan Sersi sedang asyik bermain, datanglah sekelompok orang pria berpakaian serba hitam dan tinggi besar berjalan menghampiri Adryan dan Sersi yang sedang bermain. Wajah mereka tampak sangar, dingin, dan galak itulah yang terlihat oleh kedua mata kakak beradik itu.

"Mana ayahmu bocah!?!!" ucap salah satu pria berpakaian serba hitam itu,

Seketika kedua anak tersebut terperanjat ketakutan, terkejut dengan kedatangan mereka dan terkejut dengan bentakan orang itu. Adryan dan Sersi saling mendekat, Adryan melindungi sersi dengan cara memeluk sersi erat takut adiknya terluka. Lalu adryan menjawab dengan takut takut.

"Mau apa om om ini sama ayah?!" ucap Adryan kepada pria yang tadi berbicara.

"Kau bocah jangan banyak bicara, mana ayahmu hah!" jawab pria sangar itu.

Dan tak lama kemudian, muncullah John yang merupakan ayah dari Adryan dan sersi. Karena john mendengar suara ribut ribut diluar, makanya John yang sedari tadi sedang sibuk bekerja bergegas keluar untuk mengecek.

Dan pas dia keluar, terlihat kedua anaknya saling berpelukan karena ketakutan pada orang - orang serba berpakaian hitam tersebut yang jumlahnya lebih dari 30 orang itu. John, mengepalkan tangan dan rahangnya mengeras, melihat pemandangan ini.

"Mau apa kalian ke rumahku, apa kalian orang suruhan Alfonso hah?!!" ucap John naik satu oktaf dan wajah memerah karena kemarahan yang terpancar dari matanya.

"Hahaha, anda memang pintar Tuan John. Kami memang disuruh Tuan Alfonso untuk membawamu ke basecamp dan membicarakan perihal perusahaan yang anda punya. Bersikaplah koperatif Tuan, agar keluarga anda aman.", jawab si orang yang memiliki luka bakar diwajahnya.

Mendengar itu, amarah John memuncak membuat wajahnya menjadi merah padam serta mengepalkan kedua tangannya.

"Aku tidak akan sudi menyerah pada Alfonso, jangan harap kau bisa membawaku untuk menemuinya. Karena sampai kapanpun, perusahaanku tidak akan aku berikan!!", teriak John pada mereka.

Dan John pun berlari menerjang mereka, berusaha menghajar mereka dengan brutal. Terjadilah adegan adu jotos antara John dan para pria berpakaian serba hitam dengan sangat sengit, John cukup membabi buta memukul para penjahat itu, dan dia juga bisa dengan sangat cepat dan tangkas menangkis setiap pukulan yang diberikan para orang berbaju hitam itu padanya.

Namun nahas, salah satu dari mereka merencanakan ide gila untuk membuat john tumbang dan hancur. Salah satu dari mereka dari orang suruhan Alfonso, tiba-tiba mengeluarkan pistolnya dan membidiknya ke arah john yang sedang berkelahi dan...

Dorr.. Dorr.. Dorr..

Tiga tembakan berhasil mengenai lengan kiri, paha, dan tumit John. Seketika John ambruk, bersamaan dengan Savira yang baru saja keluar dari rumah karena mendengar suara tembakan. Savira menjerit histeris ketika mengetahui bahwa suaminya tertembak sampai jatuh tersungkur.

"Johnnnn..", teriakan Savira menggema.

Savira menghampiri John yang tumbang, Savira menangis melihat keadaan suaminya yang babak belur dan banyak luka penuh darah karena tembakan. Melihat itu, orang suruhan Alfonso hanya tersenyum menertawakan John yang berhasil mereka siksa dan lumpuhkan.

"Setidaknya sudah saya peringatkan tadi, agar Tuan John bersikap kooperatif. Namun Anda memilih untuk tersiksa dan membuat keluarga anda bahaya, dan satu hal yang fatal anda menolak memberikan perusahaan yang diinginkan bos besar kami.. ", ucap pria yang memiliki luka bakar diwajah itu.

Pria yang memiliki luka bakar diwajahnya itu, memberikan kode ke salah satu temannya sebagai isyarat agar menembak John saja.

Sesudah itu dia orang suruhan Alfonso menodongkan pistol ke arah kepala John dan pelatuk siap untuk ditarik. Sesaat sebelum pelatuk itu ditarik, sejurus kemudian Adryan berlari ke arah John ayahnya. Anak itu ingin melindungi ayahnya, Adryan tidak ingin ayahnya celaka. Hingga ia berlari dan

Dorr..

Peluru timah panas itu menembus, mengenai punggung Adryan. John yang melihat itu, kaget tidak menduga bahwa anaknya akan melindungi nya. John tersentak, kala melihat anaknya tertembak dan punggungnya mulai meneteskan darah segar.

"Ayaah.. ", hanya satu kata yang terucap dari bibir Adryan dengan lirih dan lemah sebelum anak itu limbung, dan ambruk ke hadapan John. Savira yang melihat itu, sungguh shock dengan apa yang dia lihat. Sejurus kemudian, Savira berteriak dan memeluk putranya yang bersimbah darah sambil menangis pilu.

***

Ingatan pedih itu selalu terlintas begitu saja di otak Sersi, seperti film yang terus berputar secara berulang-ulang diotaknya. Dalam ingatannya, Sersi kecil yang melihat semua itu hanya bisa diam mematung dan tak memahami situasi apa yang terjadi saat itu.

Sersi yang sedang berjalan sembarangan entah akan pergi kemana, terus berjalan sambil mengingat momen tragis nan pedih itu.

Sejak saat itu, hidupnya berubah. Dia tak lagi mendapatkan kasih sayang orangtua, bisa bermain dengan kakaknya dan hal - hal baik lainnya tak bisa ia dapatkan setelah kejadian tragis itu terjadi. Semenjak kejadian itu, kakaknya menjadi lumpuh tak bisa berjalan dan melakukan apa pun. Walau pun nyawanya terselamatkan, tapi efek tembakan yang mengenai punggungnya itu membuat struktur tulangnya hancur. Dan itulah penyebab, kemarahan John pada Sersi.

"Seharusnya kau saja yang mati, Sersi!!", ucapan itu terngiang di telinga Sersi sampai saat ini.

Perempuan itu terus berjalan tanpa arah, tak ingin mengingat apa pun dan tak mau pulang karena moodnya yang tak lagi baik.

Lama ia berjalan di sekitar kota, Sersi memutuskan untuk pergi menemui temannya Cindy. Saat ini, Sersi butuh teman curhat dan tempat yang nyaman untuk menenangkan dirinya dan melupakan sejenak kepedihan yang dia rasakan. Akhirnya, Sersi pun menghentikan taksi dan pergi ke kediaman temannya itu.

30 menit berlalu, Sersi sampai dikediaman Cindy yang sederhana namun penuh dengan kehangatan. Setidaknya tempat ini sungguh sejuk dan menenangkan walaupun kecil, tidak seperti dirumahnya yang besar namun dipenuhi aura kebencian. Tidak ada kata harmonis lagi, di keluarganya saat ini.

Sersi pun melangkah menuju rumah Cindy, dan berjalan ke arah pintu lalu mengetuknya.

"Halo", ketukan pertama, kedua, ketiga, keempat ketukan barulah ada yang membukakan pintu.

"Hai, akhirnya kau kesini juga Sersi. Ayo masuk, kebetulan ibuku baru saja sudah selesai memasak. Kita makan siang bersama. " ucap Cindy.

"Oke, thanks", hanya itu yang keluar dari mulut cantik Sersi. Dan ia pun melangkahkan kakinya memasuki rumah Cindy yang terkesan 'hangat'.

Terlihat wanita paruh baya itu tengah menata makanan diatas meja makan sana, sepertinya baru saja matang. Karena tercium aroma wangi dari masakannya, masuk ke dalam indra penciuman Sersi saat itu. Membuatnya seketika merasa lapar, karena memang dari pagi Sersi belum memakan apapun tadi.

"Eh, kamu Sersi. Ayo masuk, kita makan bersama. Kebetulan ibu baru saja selesai memasak. Ayo Cindy, bawa temanmu kemari." ajak ibunya Cindy dengan ramah.

Sersi tersenyum manis dan mengangguk.

"Iya Bu, terimakasih. Aduh maaf aku jadi merepotkan kalian, datang kesini jadi numpang makan siang." katanya tidak enak.

Timingnya pas sekali dengan dirinya yang merasa lapar sekarang, kebetulan dia belum memakan apapun dari rumah tadi. Karena keburu emosi dengan ayahnya, suasana rumah tidak begitu nyaman.

"Tidak apa - apa kok tidak merepotkan, kayak seperti sama siapa aja. Justru ibu kangen kamu jarang main kesini sekarang. Cindy kasian gak ada temennya loh nak." ujarnya. Sersi, Cindy dan Ibunya kini mereka duduk bersama dimeja makan.

"Iya bu, aku terlalu sibuk bekerja akhir - akhir ini. Jadi tidak bisa main kesini sering - sering, karena ya sambil kuliah juga bu. Jarang punya waktu luang." jawabnya, Sersi lebih nyaman memanggil ibu pada ibunya Cindy. Karena dia sudah menganggap ibu Cindy sebagai ibunya juga. Dan mereka terlihat akrab, bahkan Sersi dan Cindy terlihat seperti adik kakak. Walau pun dari orangtua yang berbeda, karena kedekatan persahabatan mereka yang sungguh erat.

Sersi mengambil nasi beserta lauk pauknya, setelah ibu Cindy dan Cindy selesai mengambil makanan. Akhirnya mereka pun, makan siang bersama. Sambil mengobrol ringan, menceritakan masalah pekerjaan, dan aktivitas di kampus. Sersi bisa tertawa dan lupa akan masalahnya sejenak di rumahnya, karena dirumah ini dirinya merasa aman nyaman, dan terdapat kehangatan keluarga yang ia rasakan. Tak seperti dirumahnya, yang hanya ada kekerasan dan kebencian yang dipancarkan dari kedua orangtuanya. Entah karena sebab apa diapun tak tahu?

Sungguh berubah drastis perlakuan mereka dulu dan sekarang, membuat terkadang Sersi menjerit di dalam hatinya juga merasa sakit hati seolah dirinya merasa tak diinginkan oleh orangtuanya itu. Sebenarnya dia salah apa?

Rasanya ingin hilang saja dari dunia, agar tak memikul rasa sedih ini dan beban hidup yang teramat berat.

Skip

Sersi dan Cindy sedang berada dikamar, tepatnya dikamar Cindy. Mereka berdua tengah rebahan berdua dikasur, yang satu membaca buku novel fiksi remaja. Dan yang satu sibuk menggambar sketsa desain gaun, Cindy terobsesi dengan gambar - gambar gaun pengantin yang cantik. Dia sangat senang sekali menggambar, bahkan sudah ada belasan desain yang dia gambar dibuku gambarnya.

Karena impiannya ingin menjadi desainer terkenal.

Sedangkan Sersi anteng membaca buku ditangannya, dan sampai akhirnya Sersi berhenti membaca dan mengubah duduknya menjadi ditepian ranjang. Dia menunduk, dan berpikir keras. Haruskah dia seperti dicerita novel tersebut?

Tokoh utamanya sama - sama teraniaya, dan si tokoh itu pergi jauh dari keluarganya karena tak ingin lagi merasakan sakit hati dan agar keluarganya tak menganggap dia beban lagi.

Ya. Dia pun harus pergi sepertinya, itu yang mereka mau bukan. Keberadaan dirinya tak diharapkan lagi, Sersi memutuskan untuk pergi meninggalkan Sicilia dan pergi ke negara dan tempat baru. Sepertinya London Inggris adalah pilihan yang bagus.

Lagipula, sudah lama sekali Sersi mengimpikan ingin pergi kesana untuk liburan. Tapi baiknya, London bukan lagi jadi tempat liburannya. Tapi jadi tempat tinggal barunya, biarlah dia hidup sendiri tapi hatinya tenang.

Tidak seperti sekarang, yang setiap harinya kusut dan amburadul karena terus - terusan diperangi oleh keluarga sendiri. Kecuali kakaknya yang tidak berubah dari dulu, tetap menyayanginya.

Sersi membalikkan tubuhnya, dan duduk jadi menghadap Cindy. Cindy yang masih sibuk berkutat dengan pensil dan kertasnya, lantas menoleh pada Sersi.

"Kenapa Ser? Kayaknya kusut sekali itu muka ya?" tanya Cindy kembali mewarnai gambarnya. Dia tengah mendesain sebuah gaun berwarna ungu burgundy terang yang cantik.

"Cin, kayaknya aku mau keluar aja dari rumah." ujarnya.

Cindy menaikkan alisnya, merasa heran dengan keputusan yang diutarakan Sersi barusan.

"Hah? Serius? Emangnya kalo kamu keluar dari rumah mau pindah kemana? dan tinggal dimana?" tanya Cindy, menyimpan alat gambarnya dan mengambil bantal dan ia taruh ke pangkuannya. Menghadap Sersi yang sepertinya akan memulai sesi curhat. Cindy menjadi pendengar yang baik kalau Sersi sedang sedih, dan penasihat yang baik jika Sersi tengah merasa marah dan emosi jika tak punya arahan.

"Pergi ke London." jawabnya spontan.

"What!! Ke London, Sersi kamu serius? London sangat jauh dari Sicilia, dan lagipula kamu tidak memiliki sanak saudara disana. Nanti kamu tinggal sendirian disana. Bagaimana kamu bisa hidup disana tanpa ada seorang pun yang bisa kamu mintai tolong." Kata Cindy merasa khawatir. Mengapa sahabatnya memilih tempat yang sangat jauh, mengapa tidak pindah kota saja. Ini malah pindah negara.

Sersi menghembuskan nafas berat dan lelahnya.

"Cindy lebih baik aku tinggal sendiri dan bekerja untuk menghidupi diri sendiri. Daripada disini, di rumah orangtuaku tapi serasa dirumah orangtua tiri. Mereka tak menginginkan keberadaan aku sekarang, mereka ingin aku pergi. Jadi aku ingin keluar dari sana, mengabulkan keinginan mereka. Aku yakin, aku bisa hidup sendiri tanpa harus ada pertolongan orang lain." Sersi menarik nafas sejenak.

"Lagipula, aku lelah merasa sakit hati dan selalu dikasari oleh ayahku. Mungkin aku adalah beban bagi mereka, walau pun aku tidak pernah meminta uang karena bekerja sendiri. Ya sudahlah, yang pasti aku sudah tekad bulat ingin pindah ke London saja." ujarnya serius.

Cindy memasang wajah sedihnya.

"Kamu sepertinya serius dengan keputusanmu. Aku tidak akan bisa melarangmu, karena kamu juga berhak bahagia dan memilih jalan hidup kamu sendiri. Keputusan kamu, mungkin memang benar. Aku selalu mendukung kamu, Sersi. Orangtua kamu memang keterlaluan." katanya.

"Tapi aku sedih, sahabatku akan pergi jauh." akhirnya. Cindy memasang raut sedih, tapi ya bagaimana. Kasihan juga hidup Sersi.

"Tenang saja kok, aku akan selalu menghubungi kamu Cin. Kita kan sahabat, aku gak akan pernah lupain kamu." katanya merentangkan tangannya.

Dan Cindy pun memeluk Sersi, kedua perempuan itu berpelukan penuh dengan suasana yang menyedihkan. Karena Cindy sedih mengetahui Sersi akan pindah ke London, dan Sersi juga sedih akan meninggalkan sahabatnya dari kecil. Tapi mau bagaimana lagi, tekadnya sudah bulat. Dan dia ingin segera pergi dari rumah, yang menyiksa batinnya layaknya dineraka.

"Kapan kamu akan pindah kesana?" tanya Cindy.

"Besok." jawabnya.

"Secepat itu Sersi? Kamu sudah memiliki tabungan yang cukup untuk kamu tinggal selama hidup disana?" tanya Cindy yang kaget dengan jawaban yang dilontarkan Sersi.

"Ya, besok aku akan terbang ke London. Malam nanti aku akan membeli tiketnya di online. Aku sudah memikirkan itu, kurasa tabunganku selama bekerja 5 tahun disini cukup untuk bertahan hidup disana. Sebelum aku mendapatkan pekerjaan yang baru." jawabnya.

"Ya sudah, hati hati ya. Besok aku antar kamu ke bandara, kasih kabar ke aku ya jangan lupa. Bakalan sedih nih aku!" katanya.

Cup.. cup..

"Jangan dong! Nanti kalau kamu sudah beres dengan studymu, kamu bisa langsung menyusulku kesana. Kita tinggal disana bersama. Oke?!" ujar Sersi memberikan semangat terhadap sahabat satu - satunya ini.

Cindy tersenyum, kemudian mengangguk.

"Oke, kita akan memulai karir disana bersama. Dan aku akan menjadi desainer terkenal nanti, kamu juga semoga sukses disana ya." kata Cindy.

"Ya semoga saja, makasih ya." .

Akhirnya kedua perempuan itu, saling mengobrol mengenang masa - masa dimana selalu jalan bersama. Kemana mana berdua, kaya adik kakak yang lengket banget. Dan sekarang, mereka saling mengutarakan jika Sersi sudah sampai di London. Rencana apa saja yang akan dia planning.

Sampai akhirnya, tak terasa hari sudah hampir menjelang malam. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, Sersi pun berpamitan pada Cindy dan ibunya untuk pulang. Sore itu Sersi pulang kembali ke rumahnya, untuk segera memulai packing barangnya untuk besok berangkat ke bandara dan terbang ke London.

'waiting me London' batin Sersi berucap, dan perasaan bebas mulai menghinggapinya.

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Bab 10 (Pengungkapan Identitas)
11 Bab 11
12 Bab 12 (Menjenguk Papah Di Portland)
13 Bab 13 (Berperang Membantu Jirosama)
14 Bab 14 (Kepulangan Sang Tuan Muda)
15 Bab 15 (Bertemu Lagi Dengan Sekretaris Cantik)
16 Bab 16 (Tugas Sersi Selesai)
17 Bab 17 (Bibi Arrabella Datang Ke Kantor)
18 Bab 18 (Fakta Kebenaran Sersi)
19 Bab 19 (Keputus Asaan Alden)
20 Bab 20 (Bertemu Dean Mendadak)
21 Bab 21 (Menerima Tawaran Kawin Kontrak)
22 Bab 22 (Peraturan Nikah Kontrak)
23 Bab 23 (Memberitahu Pernyataan Palsu)
24 Bab 24 (Kehampaan Sang CEO)
25 Bab 25 (Disuruh Pindah Ke Apartemen CEO)
26 Bab 26 (Fitting Baju Pengantin)
27 Bab 27 (Papah Menginginkan Cucu)
28 Bab 28 (Cemburu Tanpa Alasan)
29 Bab 29 (Akad Pernikahan Alexander dan Sersi)
30 Bab 30 (Pergi Bekerja Kembali)
31 Bab 31 (Hadirnya Mantan Alex)
32 Bab 32 (Mulai Saling Suka)
33 Bab 33 (Bodyguard untuk Sersi)
34 Bab 34 (Dinner With Dean)
35 Bab 35 (Ketakutan Sersi dan Kegalauan Alex)
36 Bab 36 (Bertemu Dengan Paman Chang dan Bibi Melda)
37 Bab 37 (Alex Jadi Posesif)
38 Bab 38 (Pergi Ke Light Vision)
39 Bab 39 (Sersi Diterima Jadi Penulis Kontrak)
40 Bab 40 (Sersi Diculik!)
41 Bab 41 (Sersi Disekap)
42 Bab 42 (Menyusun Rencana)
43 Bab 43 (Menyelamatkan Sersi)
44 Bab 44 (Sersi berhasil selamat dan kejahatan Ellea terungkap)
45 Bab 45 (SERSI SADAR DARI PINGSAN)
46 Bab 46 (Kembali Pulang)
47 Bab 47 (Drama Tertidur di Bathtub)
48 Chapter 2
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Bab 10 (Pengungkapan Identitas)
11
Bab 11
12
Bab 12 (Menjenguk Papah Di Portland)
13
Bab 13 (Berperang Membantu Jirosama)
14
Bab 14 (Kepulangan Sang Tuan Muda)
15
Bab 15 (Bertemu Lagi Dengan Sekretaris Cantik)
16
Bab 16 (Tugas Sersi Selesai)
17
Bab 17 (Bibi Arrabella Datang Ke Kantor)
18
Bab 18 (Fakta Kebenaran Sersi)
19
Bab 19 (Keputus Asaan Alden)
20
Bab 20 (Bertemu Dean Mendadak)
21
Bab 21 (Menerima Tawaran Kawin Kontrak)
22
Bab 22 (Peraturan Nikah Kontrak)
23
Bab 23 (Memberitahu Pernyataan Palsu)
24
Bab 24 (Kehampaan Sang CEO)
25
Bab 25 (Disuruh Pindah Ke Apartemen CEO)
26
Bab 26 (Fitting Baju Pengantin)
27
Bab 27 (Papah Menginginkan Cucu)
28
Bab 28 (Cemburu Tanpa Alasan)
29
Bab 29 (Akad Pernikahan Alexander dan Sersi)
30
Bab 30 (Pergi Bekerja Kembali)
31
Bab 31 (Hadirnya Mantan Alex)
32
Bab 32 (Mulai Saling Suka)
33
Bab 33 (Bodyguard untuk Sersi)
34
Bab 34 (Dinner With Dean)
35
Bab 35 (Ketakutan Sersi dan Kegalauan Alex)
36
Bab 36 (Bertemu Dengan Paman Chang dan Bibi Melda)
37
Bab 37 (Alex Jadi Posesif)
38
Bab 38 (Pergi Ke Light Vision)
39
Bab 39 (Sersi Diterima Jadi Penulis Kontrak)
40
Bab 40 (Sersi Diculik!)
41
Bab 41 (Sersi Disekap)
42
Bab 42 (Menyusun Rencana)
43
Bab 43 (Menyelamatkan Sersi)
44
Bab 44 (Sersi berhasil selamat dan kejahatan Ellea terungkap)
45
Bab 45 (SERSI SADAR DARI PINGSAN)
46
Bab 46 (Kembali Pulang)
47
Bab 47 (Drama Tertidur di Bathtub)
48
Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!