Entah kapan dan bagaimana rasa bergejolak itu mulai ada?
Tak terasa benih benih cinta tumbuh dihati seorang insan tanpa dia sadari, tumbuh subur sedemikian rupa.
Itulah cinta, kamu bisa merasakan kebahagiaan yang teramat sangat bahagia dengan cinta.
Dan kamu pun bisa terluka dan merasa tidak ada gunanya kamu hidup, karena cinta itu jua.
Namun memang itulah siklusnya. Kalau cinta tidak menemukan rasa sakit, kamu tidak akan menemukan cinta sejati yang tulus.
*******
Pagi itu Sersi dengan terburu - buru memasuki kantor, dan berjalan ke arah absensi id card karyawan. Terlambat 15 menit lagi dia akan alfa, dan wah itu tidak boleh terjadi.
Sersi berlari - lari masuk ke dalam gedung perusahaan AR Group, untuk mempersingkat waktu dan benar saja ketika dia berhasil mencapai absensi id card tersisa 5 menit lagi waktu yang Sersi punya dan..
Nit..
ID Card karyawan Sersi berhasil di scan, dan dia tidak terlambat bisa masuk kerja seperti biasa. 5 menit lagi saja alarm waktu habis, dan Sersi tidak akan mendapatkan absen yang berarti gajinya akan dipotong. Oh tidak jangan sampai itu terjadi, terlalu sayang gajihnya jika dipotong karena kelalaiannya. Uang itu dia butuhkan untuk hidupnya disini dan menabung walaupun tidak banyak.
"Hufft untung tuhan masih berbaik hati padaku!" ucapnya lelah karena berlari sepanjang jalan tadi masuk ke dalam perusahaan.
Sersi pun kembali mengalungkan ID Cardnya, dan berjalan ke lantai paling atas gedung ini menuju ruang kerjanya. Ya yang menjadi ruangan kerja Alexander juga, Sersi sekretaris pribadi jadi disatu ruangan kerjanya.
Tapi sebelum Sersi berhasil masuk ke dalam lift, rekan kerjanya memanggilnya. Yakni Amelia, wanita yang bekerja sebagai manager pemasaran itu memanggil Sersi untuk mengajaknya makan siang diluar hari ini, karena mereka berdua selalu makan dikantin kantor terus biasanya. Aku tidak terlalu menceritakan Amelia karena kami hanya bercengkrama pada saat jam istirahat saja.
"Sersi!!" Panggil Amelia dari belakang, membuat Sersi menoleh dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam lift.
"Ya Mel, ada apa? Apa Pak Samuel mencariku atau ada apa?" Tanya Sersi menanyai itu, karena dia terlalu takut jika dia ketahuan terlambat datang.
"Enggak bukan, santai saja. Nanti jam istirahat siang, kita makan di restoran depan kantor yuk Sersi. Disana menu makanan jepang, aku bosan dikantin kantor terus. Bagaimana kamu tidak ada kegiatan dengan Sir Alex kan?" Tanya Amelia antusias mengajak Sersi mengajak makan di restoran depan kantor yang menjajakan menu makanan Jepang dan berbagai macam aneka makanan pedas seperti hotpot, ramen, dan lainnya. Karena sekaligus Amelia ingin membicarakan sesuatu hal pada Sersi, hanya Sersi teman yang dekat dengan dirinya dikantor ini.
"Hmm aku oke saja, aku juga suka makanan Jepang. Nanti aku hubungin kamu pas jam istirahat ya Mel".
"Oke, berarti kita deal. Nanti aku tunggu ya di lobby, kita kesana bareng. Ya udah selamat bekerja Miss Sersi" ucap Amelia menggodanya Sersi dengan sebutan miss.
"Yes, kamu juga Miss Perfeksionis" timpal Sersi tersenyum.
Amelia pun melambaikan tangan dan pamit untuk kembali ke tempatnya untuk mulai bekerja, dan Sersi melanjutkan niatnya untuk segera naik ke atas dan mengerjakan pekerjaannya yang sudah ia bayangkan bahwa hari ini setumpuk dokumen sudah ada diatas mejanya.
_______
Di Negara Belahan Sicilia..
"Adryan, kamu kenapa tidak mau makan? Ayolah makan dulu badanmu semakin kurus karena kamu susah makan?" ucap ayahnya yang tak lain adalah John, yang merupakan ayah dari Sersi juga.
"Pah aku kesal sampai sekarang aku tidak bisa menggerakkan kakiku. Kalian sangat jahat pada Sersi, aku kesepian dia pergi dari sini" tutur Adryan mengutarakan isi hatinya dan sebab dia tidak mau makan. Menyesali kondisinya dan marah karena orangtuanya selalu menyalahkan Sersi dan membuat adik tersayangnya itu pergi dari sini.
"Sudahlah nanti kalau ayah sudah ada uang lebih, akan membawamu ke rumah sakit besar dan mengoperasi tulang punggungmu agar kau kembali bisa berjalan. Sudahlah, jangan mengingat dia. Karena dia juga kamu begini, harusnya dia saja yang begini bukan kamu Adryan. Sudahlah jangan mempersulit keadaan, ayah juga pusing memikirkan ibu kamu yang masih dirawat di rumah sakit." Jawab ayahnya frustasi karena ia anaknya Adryan selalu murung dan juga frustasi mencari biaya untuk pengobatan istrinya yang sekarang mengidap penyakit jantung.
"Sudahlah jangan salahkan Sersi, aku yang ingin melindungi ayah waktu itu dari tembakan orang - orang jahat itu. Sungguh aku tidak terpikirkan akan jadi begini dan menyusahkan kalian. Kenapa aku tidak mati saja" ucap Adryan sedih.
"Adryan, ayah yakin kamu bisa sembuh. Sabar ya, ayah sedang mencari biaya untuk berobat ibumu dulu. Nanti baru kamu ya. Kamu makan dulu, setelah ini ayah akan pergi ke rumah sakit mengecek keadaan ibumu" ucap John yang akan melihat keadaan istrinya Savira.
Adryan tidak menjawab apa pun, dia hanya memakan makanannya dengan tidak bernafsu. Dia tidak menginginkan hal ini terjadi, kalau saja orangtuanya tidak selalu menyalahkan adiknya gara - gara peristiwa itu pasti adiknya itu tidak akan pergi. Dan dia pasti masih ada disini menemaninya, dan merawatnya dengan baik. Walaupun adiknya tidak disukai ayah dan ibu, namun dia tetap ikut membantu membiayai hidup keluarga dengan hasil jerih payahnya berkerja.
Membuat Adryan terpukul, karena gara - gara dia melakukan hal itu membawa dampak tidak baik pada keharmonisan keluarganya. Karena Adryan tidak tahu saja, bahwa John kesal dengan Sersi bukan karena itu. Namun karena, John menyesali telah mengadopsi Sersi dan membuatnya tidak akur dengan pamannya Alfonso berkat tindakannya. Adryan tidak mengetahui bahwa Sersi hanyalah adik angkatnya.
"Aku sudah selesai makan, terimakasih ayah sudah membelikan makanan. Aku akan istirahat di kamar, ayah pergilah temui ibu" kata Adryan.
"Iya, ya sudah. Kamu Adryan istirahat saja, nanti malam ayah pulang lagi kesini. Ayah berangkat ke Rumah Sakit sekarang."
"Iya" jawab singkat Adryan, lalu menggerakkan kursi rodanya ke kamarnya. Dan John, membereskan bekas makan Adryan dan dirinya lalu langsung berangkat ke rumah sakit untuk menemui Savira.
Sesampainya dikamar Adryan, tidak langsung turun dari kursi rodanya untuk rebahan dikasur. Namun dia membuka laci mejanya dan mengambil ponselnya, berniat untuk menghubungi adiknya, mengirim pesan di aplikasi chattingnya kepada Sersi.
[Sersi, apa kamu sedang bekerja sekarang? Kakak sedang sendirian di rumah, ayah sedang menemani ibu di rumah sakit. Apa kamu sudah tahu bahwa ibu sedang sakit dan sedang dirawat?]
Klik, pesan pun dikirim oleh Adryan. Dia pun berpindah tempat ke kasurnya, untuk duduk diatas kasur dan menyender ke ranjang sambil menunggu pesannya dibalas oleh adiknya Sersi.
_______
Benar saja dugaan Sersi, kini dia dihadapkan dengan setumpuk dokumen yang harus dikerjakannya. Sudah berada diatas mejanya, plus sudah ada pula sang Tuan Muda CEO AR Group.
'pria diktator tumben pagi sekali sudah ada disini, biasanya juga siang baru ada ke kantor' batin Sersi berbicara sendiri, karena melihat bosnya sudah ada di meja kerjanya.
Sersi pun duduk di kursinya, dan menyimpan tasnya. Lalu mengeluarkan leptopnya dan mulai membaca satu persatu dokumen itu dan mengerjakannya dengan baik. Sersi walaupun masih saja kesal dengan bosnya itu gegara hal kawin kontrak itu, namun dia ingin selalu profesional dalam bekerja.
Namun sambil mengerjakan pekerjaannya, Sersi memikirkan sang Tuan Besar yang sedang sakit dan menyambungkan dengan alasan bosnya memintanya kawin kontrak waktu itu. Tapi apa mungkin ayahnya meminta permintaan terakhir pada Alex, karena Sersi dengar kondisi Tuan Besar membaik setelah melewati masa kritis.
'Ah apa peduliku' batin Sersi menjerit.
Akhirnya Sersi jengah kenapa memikirkan hal yang tidak seharusnya ia pikirkan, dia pun fokus kembali bekerja. Dan ponselnya yang diletakkan disamping meja tiba-tiba bersuara tanda ada pesan masuk.
Kling...
Sersi menoleh ke ponselnya dan membaca siapa si pengirim pesan tersebut. Dan ketika dia melihat Adryan kakaknya yang mengirim pesan, Sersi pun mengambil ponselnya dan membaca isi pesannya.
[Sersi, apa kamu sedang bekerja sekarang? Kakak sedang sendirian di rumah, ayah sedang menemani ibu di rumah sakit. Apa kamu sudah tahu bahwa ibu sedang sakit dan sedang dirawat?]
[Iya kak aku sedang dikantor, pekerjaanku banyak kali ini. Iya aku sudah tahu dari Cindy. Tapi aku tidak bisa berbalas pesan sekarang dengan kakak aku sedang banyak pekerjaan dan aku seruangan dengan bosku. Aku takut dia melihat, nanti aku hubungin kakak lagi ya!]
Klik. Pesan pun dikirimkan ke Adryan, dan dia pun meletakkan kembali ponselnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia tidak ingin Alex melihat dirinya bermain ponsel, disangkanya ia nanti melalaikan pekerjaannya.
Namun bukan Alex kalau tidak bisa mengawasi orang secara rapih, walaupun Alex seperti tidak memperdulikan Sersi. Namun dari ekor matanya tetap memperhatikan gadis itu, setiap gerak gerik dan apa yang dilakukannya Alex melihatnya.
Karena tanpa diketahui Sersi, bagi Alex Sersi adalah seperti candu saat ini, sehari saja tidak melihat wajah sekretarisnya itu harinya dan hatinya merasa ada yang kurang. Entah apa itu? Alex bingung, namun dia tidak mau mendefinisikan bahwa dia sedang jatuh cinta. Dia belum yakin dengan perasaannya, dan terus menyangkalnya. Namun dia hanya merasa tiada hari sempurna, tanpa melihat sosok perempuan cantik itu. Yang tak lain adalah sekretarisnya.
Ketika ruangan yang ditempati Sersi dan Alex terasa sunyi dan dingin karena AC yang dinyalakan. Tiba - tiba pintu terbuka, dan ternyata Samuel yang masuk ke dalam ruangan dengan seseorang yang belum pernah Sersi lihat.
'Siapa perempuan itu, sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana yah. Umurnya seperti sudah kepala 4 tapi wajahnya awet muda sekali' batin Sersi berbicara ketika melihat perempuan itu masuk dan berjalan melewati meja kerjanya. Begitupun Samuel.
"Tuan Alexander, mohon maaf Nyonya Arrabella ingin menemui anda. Saya pamit keluar Tuan. Mari Nyonya" kata Samuel pada Alex dan perempuan yang disebut Nyonya Arrabella itu izin pamit keluar dari ruangan. Karena dia hanya mengantarkan perempuan itu ke hadapan Tuannya.
Alex yang melihat kedatangan perempuan itu pun, merasa heran dengan kedatangannya yang secara tiba-tiba. Perempuan itu pun duduk dikursi kosong didepan Alexander, dan menaruh tasnya diatas meja.
"Mau apa bibi kemari? Kapan kau datang dari Amerika?" tanya Alex pada Arrabella yang ternyata bibinya.
"Aku sudah 3 hari di London ini. Aku ingin menemui Alden dan ingin pergi ke makam adikku. Sudah lama aku tidak berkunjung. Aku baru tahu kau memiliki sekretaris perempuan sekarang, apa kau sudah mulai bermain wanita sekarang?" Tanya Arrabella pada Alex.
"Dia bukan perempuan seperti itu, dia hanya sekretarisku saja. Tidak lebih" jawab Alex singkat.
"Hmmm, terserah. Perusahaanmu makin besar sekarang, aku tidak menyangka kau akan cepat menjadi kaya raya seperti ini. Lantas bagaimana dengan perusahaan Alden?".
"Ya ini berkat hasil kerja kerasku, perusahaan papah dijalankan sementara oleh orang kepercayaannya".
"Ya aku turut prihatin dengan kondisi kalian sekarang, kalau saja orang itu tidak membuat kekacauan. Adikku tidak akan mati sia - sia dan Alden tidak akan drop seperti sekarang" ucap Arrabella marah dengan seseorang yang membuat adiknya mati.
"Sudahlah, bi. Itu sudah berlalu, nanti siang aku antar bibi ke Portland menjenguk papah. Biasanya Sofia pun ada disana, nanti aku hubungi lagi. Sekarang aku harus menyelesaikan dulu urusan kantor".
"Oke, bibi pulang ke apartemen dulu. Telepon saja aku nanti, aku keluar dulu." Kata perempuan itu, bangkit dari kursi dan berjalan meninggalkan Alex.
Sersi yang melihat perempuan itu akan berjalan melewatinya lagi, dia pun berdiri untuk memberikan penghormatan.
"Selamat pagi Nyonya" ucap Sersi pada perempuan itu dan membungkuk hormat.
"Ya, terimakasih. Siapa namamu? Kau sekretaris baru Alex?" tanya Arrabella.
"Saya Sersi nyonya. Iya nyonya" jawab Sersi.
Arrabella pun mengangguk dan melihat keseluruhan yang ada pada Sersi, wajahnya badannya dari atas sampai bawah.
"Oke, bekerjalah dengan baik. Alex pemarah jika ada yang salah. Aku pergi" ucap Arrabella pada sekretaris ponakannya itu.
"Baik Nyonya" jawab Sersi tersenyum, namun dihatinya bertanya tanya kenapa dengan perempuan ini melihat dia seperti itu tadi.
Membuat Sersi merasa dikuliti, tatapannya tajam setajam silet. Ada apa dengan dirinya, perasaan dia sudah berpenampilan rapih dan memakai makeup sesuai kebutuhan. Tidak menorkan?
Dia pun buru buru melihat cermin, dan melihat wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments