"Saya pesan coffe latte mochachino and wheapcream ya mba. Satu aja tolong" ucap Sersi memesan minuman kepada salah satu pelayan. Sersi sedang berada di starbuck.
Sepulangnya dari kantor, dia sengaja pergi ke starbuck sebentar sebelum pulang ke apartemen. Disini dia akan menikmati kopinya sambil menulis naskah novelnya yang masih dia kerjakan setiap hari setelah selesai bekerja dikantor.
Sersi mencari tempat duduk yang sekiranya membuat dirinya nyaman, dan Sersi memilih meja yang berada didekat tembok.
Dia pun membuka tasnya dan mengeluarkan leptopnya, bersiap untuk menulis lanjutan naskah novelnya yang selalu Sersi update setiap harinya.
"Pesanan Coffe atas nama Sersi Vilhauc".
"Saya mba, disini!" jawab Sersi mengangkat tangannya. Dan pelayan itu menghampirinya dan menyerahkan pesanan yang tadi Sersi pesan.
Setelah kopi pesanannya datang, Sersi melanjutkan kegiatannya kembali. Menulis lanjutan naskah novelnya yang sudah mencapai bab 20. Dia membaca kembali ceritanya dari bab sebelumnya, agar dia bisa menyinkronkan ceritanya agar lebih terlihat nyata. Tanpa orang lain ketahui, bahwa novelnya tersebut disisipi cerita yang mengisahkan kejadian yang menimpa dirinya.
Ketika Sersi tengah sibuk sendiri dengan menulis naskah novelnya, tanpa Sersi sadari seorang lelaki yang dikenalnya masuk ke starbuck dan berjalan ke arah Sersi dengan senyum merekah. Seperti mendapatkan hadiah yang sangat berharga saja.
"Hai, Sersi! Lama tidak bertemu ya?" tanya pria itu kepada Sersi yang sedang menatap leptopnya.
Sersi pun melihat pria yang berdiri di depannya dan melihat dari bawah sampai atas, siapa kira - kira lelaki yang menyapanya dinegara ini. Perasaan dia tidak punya teman akrab pria. Namun ketika melihat wajahnya...
"Dean!" Pekik Sersi terkejut.
"Yes its me" jawab Dean tertawa dan langsung menempati kursi kosong dihadapan Sersi tanpa meminta ijin.
"Dean, kenapa kamu bisa ada disini? Bukannya kamu sedang menjalankan perusahaan ayahmu di Sicilia?" tanya Sersi pada Dean yang tiba - tiba berada di London.
"Ya, memang. Tapi papahku punya anak cabang perusahaan juga disini, jadi aku memutuskan untuk mengelola yang disini saja. Di Sicilia dikelola oleh kakakku" tutur Dean pada Sersi.
Wanita yang dia sukai secara diam-diam tanpa Sersi tahu, karena Dean belum mengutarakan perasaannya karena takut akan penolakan. Ya mengingat Sersi kepribadiannya tidak mudah jatuh cinta, tegas, galak dan sedikit boyish tidak feminim membuat Dean lebih baik mengurungkannya niatnya sebelum mengenal lebih deka tentang sosok Sersi ini.
"Oh, aku kira kau kesini hanya untuk menggangguku. Dan sengaja pindah ke London mengetahui aku ada disini, pasti kamu tahu aku dari Cindy ya. Kamu bujuk pake apa dia? Sampai bisa bicara?" kata Sersi memasang wajah intimidasi.
"Tidak! Aku benar-benar tidak sengaja disini, aku kan sudah bilang disini hanya akan mengelola anak cabang perusahaan papah. Aku juga tidak tahu kamu disini, tidak menyangka juga kamu pindah ke negara wisata ini Sersi".
'Memang aku tahu dari sahabatmu, maafkan aku. Aku hanya ingin selalu melihatmu Sersi, memastikan bahwa aku akan menjadi pasanganmu kelak. Setelah aku berani mengutarakan ini semua'. Batin dean bersuara.
"Hmmmm" jawab Sersi memasang wajah datar dan kembali melanjutkan naskah novelnya.
Dean pun memanggilnya pelayan dan memesan kopi dan juga memesan dua porsi Bubble and Squeak dan satu porsi roast meat untuk diri Dean sendiri.
"Ser, kamu sekarang sudah bekerja? Dimana?" tanya Dean membuka obrolan dengan wanita yang dia sedang PDKT'in. Alias PENDEKATAN.
"Aku cuman jadi sekretaris biasa Dean. Nyambi jadi penulis naskah novel" jawab Sersi dengan masih menatap layar leptopnya.
"Hmm bagus itu Ser, sekretaris tidak terlalu buruk. Walaupun tidak jadi manager atau apa pun, kamu hebat bisa berjuang dinegara orang."
"Aku hanya berusaha bertahan hidup, gajihku aku gunakan untuk biaya hidup disini seorang diri. Walaupun aku sempet pesimis karena cuman lulusan S1. Hufft" kata Sersi sambil menghembuskan nafas putus asanya.
"Tapi pendidikan bukan yang urusan paling penting Sersi, perusahaan jaman sekarang itu melihat dari kemampuan orangnya. Bukan dari pendidikannya." Tutur Dean sambil tersenyum tulus.
"Iya sih, beruntung kali aku ya kalau begitu Dean!" Ucap Sersi melempar senyum pada Dean sambil menaikkan turun alisnya juga menyesap kopinya yang nikmat ini.
"Iya, tapi aku belum tahu kamu bekerja di perusahaan mana. Sekretaris perusahaan apa tempat kerjamu?" tanya Dean menyesap kopi panasnya, yang baru saja diberikan oleh pelayan. Beserta makanan yang tadi dia pesan.
"Aku bekerja di AR Group" jawab singkat Sersi pada Dean, masih tetap fokus melihat ke layar leptop.
Kini giliran Dean yang kaget, namun Dean menjadi heran. Bagaimana bisa Sersi hanya lulusan S1 bisa bekerja disana, dan menurut rumor perusahaan AR Group perusahaan yang sangat besar dan memiliki anak cabang yang banyak di London Inggris ini.
"Wah selamat ya. Kamu sangat hebat bisa bekerja disana." Dean tersenyum getir.
Membayangkan betapa kecantikan Sersi selalu membuat para pria gatal untuk menoleh, terpincut akan aura Sersi yang menebarkan kecantikan yang sungguh sempurna.
Akhirnya sore itu pun, Dean dan Sersi mengobrol banyak hal. Mereka seakan teman akrab sekarang, yang lupa waktu akibat sibuk mengobrol dan menscrool layar ponselnya sesekali.
Mereka terlarut dalam obrolan yang seru, menceritakan kehidupan mereka, yang dialami dan sesekali melucu untuk mencairkan suasana agar tidak tegang. Sersi pun ikut terbawa suasana, bukannya pulang karena telah selesai merampungkan naskah novelnya. Sersi malah mengobrol seru dengan Dean sampai lupa waktu.
___________
Keesokan harinya...
Alex sedang berada dalam mobil Roll Roycenya menuju Birmingham untuk melihat bagaimana perkembangan proyeknya itu. Agar semuanya benar, aman, dan terkendali.
"Bagaimana di Italia, apa mereka membuat laporan?" tanya Alex melihat ke kaca spion depan agar bisa melihat wajah Samuel disana.
"Untuk saat ini belum Tuan, mungkin akan direkap semuanya tuan. Biasanya Pierro atau Tyler akan mengirim laporan lewat email."
"Oke baiklah" jawab Alex datar.
Kini dia sedang melamun di dalam mobil sembari melihat ke arah luar jendela. Alex agak murung tidak seceria biasanya, Samuel pun tahu atasannya sedang tidak baik - baik saja. Dia tahu bosnya sedang pusing memikirkan bagaimana cara menaklukkan Miss Sersi yang tidak mau menerima kerjasama kawin kontrak itu. Dan pusing juga memikirkan semuanya, dari mulai perusahaan AR Group dan Underground LexBlack.
*******
"Benarkah? Aku tidak mengetahui itu? Darimana kau dapat ide gila itu Alex? Tak sampai hati kau lakukan itu?" ucapan bibinya Alex menutup mulutnya kaget mendengar penuturan Alex.
"Habisnya aku harus bagaimana bi, permintaan ayah terlalu berat untukku penuhi saat ini. Bibi tahu kan aku sekarang tidak memiliki seorang kekasih, semenjak dicampakkan oleh Ellea. Harus menikah dengan siapa aku dalam waktu singkat begitu?" kata Alex mulai frustasi. Dia pergi ke apartemen bibi Arrabela ketika selesai mengecek keadaan dan bagaimana jalannya proyek di Birmingham.
"Tapi tidak kawin kontrak juga Alex! Kau menyakiti pihak perempuan, walaupun kau berjanji tidak akan menyentuhnya tapi kau lelaki normal yang notabenenya memiliki hasrat ketika sekamar dan tidur bersama. Apalagi kawin kontrak itu sah dimata negara dan agama, berarti kau mendapat hak penuh atas pelayanan istrimu. Hanya saja kau tidak memakai perasaan, dan akan menyakiti hatinya." Tutur Arrabella.
"Lagipula pernikahan itu bukanlah kebohongan dan bukan permainan Alex, kalau sampai kau melakukan itu jangan harap aku akan menganggapmu sebagai keponakanku lagi. Marissa telah salah menilaimu Alex".
"Ya aku tahu, makanya aku bilang pada bibi dan meminta solusi. Aku terlalu takut tidak bisa memenuhi permintaan papah didetik detik akhir kehidupannya, tapi aku juga sangat sulit untuk mewujudkannya. Tidak munafik, aku masih mengharapkan Ellea kembali" tunduh lesu Alexander.
Bibi Arrabella hanya menggelengkan kepalanya, tanda jengah dan heran kepada keponakannya ini. Sudah disakiti, dicampakkannya masih saja mengharapkan wanita itu yang tidak punya hati nurani. Alex kenapa bodoh dalam urusan cinta ya batin bibinya?
"Alex, bibi tidak habis pikir padamu. Kau masih saja mengharapkan dia, walaupun dia memperlakukanmu sangat kejam dan melakukan penghianatan. Hissh, kenapa kau jadi bodoh karena cinta."
Alex hanya terdiam, tidak membalas ataupun menanggapi omongan bibinya. Namun dia juga membenarkan tindakannya, apa dia memang benar-benar dibodohi oleh rasa cinta yang dia miliki untuk Ellea. Mematikan logika dan menutup hatinya dari kenyataan.
Dirinya juga bingung, disatu sisi dia merasa masih ada dalam bayang bayang Elleanya yang memiliki sejuta kenangan manis dan kenangan pahit yang ditorehkan oleh Ellea hingga meninggalkan bekas luka yang teramat sangat pedih dan dalam. Namun disatu sisi juga dia merasa benci dan ingin membalas perbuatannya, membuat sang mantan menyesal dan menunjukkan bahwa wanita yang dia miliki sekarang jauh lebih terhormat dan baik.
Entah darimana asalnya, tiba - tiba saja Alex memikirkan Sersi, terbayang wajahnya yang cantik di matanya. Hingga sebuah lamunan buyar ketika bibinya berbicara agak keras..
"ALEXX!!" Panggil bibinya.
"Kau dari tadi hanya diam dan tidak mendengarkan perkataanku Alex?."
"Maafkan aku bibi, aku sangat gelisah. Aku tidak berpikir jernih". Jawab Alex frustasi.
'Hmmm dasar anak muda', di dalam batinnya.
"Sebaiknya kamu pikirkan baik baik tindakanmu, kalau ketahuan bagaimana. Papahmu akan sangat kaget dan marah."
"Iya bi, ya sudah aku akan pulang ke mansion. Hal ini jangan beritahu siapa - siapa ya, termasuk Sofia bi. Dia tidak tahu!?" pepatah Alex memohon pada bibinya.
"Iya, bibi tidak akan bicara pada siapa siapa".
"Oke baiklah, aku pergi ya bi."
Alex pun bangkit dari duduknya di sofa, dan berjalan menuju pintu apartemen Arrabella. Lalu keluar dari ruangan itu, langsung meninggalkan apartemen bibinya dengan perasaan yang kalang kabut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments