"Hah!?", sontak Sersi kaget mendengar penuturan atasannya ini.
'Apa dia gila? Memangnya aku perempuan apa', rutuk Sersi pada atasannya ini di dalam hati.
"Apa kata - kataku kurang jelas bagimu?", tanya Alexander sedikit mengangkat alisnya.
"Tuan Alexander ehm apa tuan serius dengan kerjasama ini. Ini tidak masuk akal, maaf saya tidak ingin mempermainkan pernikahan. Saya tidak serendah itu, mohon maaf tuan saya tidak bisa. Mungkin tuan bisa cari perempuan lain.. permisi!", Sersi menjawabnya langsung dengan spontan.
Jujur dia merasa marah sekali dengan atasannya yang ternyata gila ini, walaupun dia hanya karyawan disini tapi dia tidak begitu mengemis uang walaupun memang butuh uang. Alexander sungguh keterlaluan menurutnya karena secara gamblang mengajaknya untuk kawin kontrak, yang berarti itu Sersi dan Alex akan menikah secara sah dimata agama dan negara. Pernikahan bukan hal yang patut dia permainkan, prinsipnya Sersi ingin menikah dengan seseorang yang benar - benar dia cintai dan begitupun sebaliknya. Sersi pun ingin segera bangkit darisana dan pergi, dia takut kekesalannya akan terlihat dan dia lepas kendali.
Seketika rasa kagumnya pada lelaki itu luntur sudah, digantikan dengan rasa benci yang sangat amat. Ternyata Alex sebegitu jahatnya pada wanita, mempermainkan janji suci yang Sersi anggap untuk ritual sekali dalam seumur hidup. Namun ketika, Sersi baru dua langkah berjalan meninggalkan Alex. Sersi merasa ada yang mencekal tangannya, dan itu perbuatan Alex.
"Tunggu!!", ucap Alex yang kini sudah berdiri di belakang Sersi dan memegang tangannya menahan Sersi untuk pergi.
Dan hal itu membuat Sersi marah, dan dengan mengurangi rasa sopannya Sersi menghempaskan tangannya dari sang CEO AR Group.
"Maaf ya, jangan sentuh saya sedikit pun." ancam Sersi melemparkan tatapan tajam kepada Alex.
"Kalau gak disentuh, kamu bakal pergi dari sini. Tunggu saya jelaskan dulu, saya bukan merendahkan kamu. Saya tahu kamu wanita baik - baik, makanya saya minta tolong sama kamu", kata Alex setenang hembusan angin.
"Udah ya, anda itu modus. Saya sudah bilang tidak mau kerjasama, biarlah saya disini jadi sekretaris saja mendapat gajih yang semestinya saya dapatkan. Saya tidak gila uang, lepaskan dan saya ingin pisah ruangan kerja saja kalau begini!",
timpal Sersi dengan penuh amarah dan wajah yang merah padam.
Sejurus kemudian, Sersi dengan cepat keluar dari ruangan Alexander dan membanting pintu dengan keras. Sungguh dia marah, apa apaan dia memaksanya untuk menerima kerjasama yang tidak masuk diakal begini. Setelah berhasil keluar dia melangkahkan kakinya menjauh darisana, dan berniat ingin pergi ke luar kantor sejenak dan akan pergi ke restoran Jepang yang ada disekitar kantor untuk pergi makan makanan pedas.
BRAAK...
"Hum, ternyata dia galak juga!", ucap Alex sendiri memandangi pintu yang tertutup dengan keras.
"Tapi aku harus bisa membuat dia mau. Waktuku tidak banyak, dan papah berharap besar padaku", gumam Alex pada dirinya sendiri. Dan terbersit ide yang akan dia jalankan, supaya sekretarisnya mau dia ajak kawin kontrak.
Saat ini dia tidak bisa mengganti kandidat dengan wanita lain yang belum jelas baik dan buruknya, juga asal usulnya. Setelah ini, dia akan mulai menelusuri darimana Sersi berasal dan segala macam tentang dia untuk memastikan bahwa dia memilih perempuan yang tepat. Walaupun terlihat galak, tapi Alex yakin Sersi memiliki hati yang baik.
[Samuel, cari tahu semuanya tentang Sersi Vilhauc sekretaris kita. Aku mau nanti malam kau melapor, datanglah ke apartemen. Aku akan meminta bantuanmu]
Alex mengirimkan pesan kepada Samuel, dan langsung dibalas oleh Samuel dengan jawaban.
[Siap Tuan].
********
Sersi membereskan barang - barangnya dengan cepat dan sedikit bersuara bruk brak, rasa marah gegara tadi masih melekat diingatannya. Hingga setiap kali melihat atasannya yaitu Alexander, membuat dia kesal dan marah sekali.
'Bisa - bisanya orang kaya seperti itu mempermainkan pernikahan dan merendahkan wanita, mentang - mentang banyak uang', gerutunya dalam hati dengan wajah ditekuk.
Alexander yang melihat apa yang sedang dilakukan oleh Sersi dari mejanya, membuat dia tanpa sadar tersenyum. Melihat tingkah Sersi yang marah - marah seperti itu membuatnya terlihat 'gemas' karena wajahnya yang memerah. Menjadi pemandangan yang tidak ingin dia lewatkan, jadi dia melihat dari ekor matanya dan seolah olah dia tidak memperhatikannya.
Sersi selesai membereskan barangnya dan merapikan meja kerjanya, dan telah menyusun dokumen yang dia sudah kerjakan tadi pagi. Dia membereskan semuanya dengan cepat, karena tidak ingin berlama - lama lagi disini. Sudah cukup dia dari siang ini bersabar, sekarang jam kerja sudah usai dia ingin segera pulang dan tidur.
Tanpa memberi penghormatan apa pun pada atasannya, dia sudah tidak mau bersopan sopan pada Alexander. Tanpa kata apapun Sersi keluar dari ruangan itu dan langsung melenggang pergi.
"Ckck.. emosi dia seperti anak 16 tahun saja. Hmmm mari kita lihat, seberapa besar rasa bencimu padaku karena masalah kawin kontrak", gumamnya sendiri sambil tersenyum miring. Entah apa yang berada di dalam pikirannya.
Sersi sudah keluar dari gedung besar yang tertera logo besar 'AR GROUP' tersebut dengan sedikit tergesa. Dia berjalan ke arah jalanan raya dan berdiri dipinggir jalan untuk menunggu taksi yang lewat. Dia ingin berkeliling sebentar sebelum pulang menuju apartemen dia butuh pendinginan.
"Taksi..!!", teriak Sersi pada taksi yang akan lewat ke arahnya sembari melambaikan tangan.
"Kemana Nona akan pergi?", supir bertanya kepada Sersi dengan sopan.
"Berkeliling dulu pak disekitaran pusat kota London, lalu tujuan akhir ke Blaze Restaurant ya", jawab Sersi kemudian mengeluarkan ponselnya.
"Baik Nona", mobil pun melaju.
Dan kini Sersi sedang mengotak atik ponselnya, melakukan aktivitas yang membuatnya menyibukkan diri. Melihat sosial media, melihat internet dan terus menscroolnya sampai dia bosan. Lalu dia berniat untuk mengirim pesan pada sahabatnya Cindy, siapa tahu dia sedang online.
Tapi ternyata Cindy sudah seminggu tidak membuka aplikasi pesannya, tidak terlihat online disana. Jadi Sersi pun bosan sendiri, ponselnya dia masukan kembali ke dalam tas beralih ke jendela mobil melihat pemandangan gedung - gedung yang terlewati olehnya.
"Sudah sampai di Blaze Restaurant Nona", ucap sang sopir menghentikan taksi tepat di depan restoran..
Sersi yang asyik dengan lamunannya tidak sadar bahwa taksi telah berhenti dan dia pun segera keluar dan membayar biaya ongkos taksi.
"Eh iya pak, makasih ya. Ini uangnya, kembaliannya ambil aja!", ucap Sersi lalu langsung masuk ke dalam restoran dan memilih tempat duduk di dekat jendela yang menampilkan jalanan yang dilewati lalu lalang orang.
Disini sangat ramai, menjelang sore hari lebih banyak orang datang kesini untuk sekedar nongkrong, bekerja, mengerjakan tugas, dan untuk sekedar makan setelah lelah bekerja seperti dirinya. Sersi malas untuk memasak malam ini, karena moodnya yang rusak gara gara kejadian siang tadi.
Sersi pun memesan makanan ketika waiters datang menghampiri dan memesan makanan lain untuk dibungkus dan dimakan untuk malam nanti di apartemen. Kebetulan Blaze Restaurant sangat dekat dengan apartemennya, jadi pulang nanti dia akan berjalan kaki saja.
________
"Tuan ini seluruh identitas Nona Sersi yang anda minta", ucap Samuel pada Alexander sambil menyerahkan dokumen yang dibungkus map merah itu.
Alexander menerimanya dan mulai membacanya dari atas sampai bawah tanpa terlewat sedikitpun. Setelah membaca semuanya, Alex terkejut ketika nama Alfonso Waddison tertera disana. Seketika rahangnya mengeras dan amarah mulai merasuki relung hati.
"Jadi dia anak angkat dari John Vilhauc yang merupakan keponakan dari Alfonso Waddison", tanya dia langsung dan menatap tajam ke arah Samuel.
"Iya Tuan, menurut penelusuran anak buah kita. Nona Sersi diadopsi dari salah satu panti asuhan di desa ketika berusia 9 bulan oleh keluarga John Vilhauc. Tetapi, John memiliki hubungan yang kurang baik dengan Alfonso setelah mereka mengambil Nona dari panti asuhan. Sehingga membuat kehidupan Nona Sersi sedikit sulit, sehingga dia memutuskan pergi dari rumah keluarga John dan menetap disini. Saya dengar dia tinggal di apartemen pusat kota London tuan", tuturnya jelas pada Alexander atas penelusuran yang telah dia lakukan dan anak buah yang lain.
"Hmmm, cukup menarik latar belakangnya. Tapi untung saja dia bukan keluarga kandung dari Alfonso, bisa kau cari tahu lagi latar belakang keluarga aslinya Samuel. Cari tahu sampai dapat. Dan karena apa perempuan itu sampai pindah dari sicilia ke London?",
"Saya kurang tahu itu Tuan, mungkin masalah pribadi", jawabnya lagi.
"Hmm, baiklah. Terima kasih Samuel, kau boleh pergi. Besok ingat kataku, kau harus membuatnya datang dan jangan sampai dia curiga. Buat senyata mungkin", titahnya lagi kepada Samuel sebelum dia pergi.
"Iya Tuan, baik saya akan laksanakan. Saya pergi Tuan", Samuel pun pergi dari sana.
Seperginya Samuel darisana, Alex terus memandangi dokumen itu dengan seksama. Nama Alfonso Waddison tidak asing baginya, namun entah mengapa dia merasa semakin tertarik dengan fakta ini semua. Ia semakin yakin, akan membuat Sersi menjadi istrinya. Bisa dapatkan dua keuntungan sekaligus pikirnya, mewujudkan keinginan ayahnya dan membalaskan dendam dengan Sersi yang dijadikan sebagai umpan.
"Sungguh menarik, tidak menyangka aku akan menemukan ini dengan sebegitu mudah. Kamu harus merasakan hal yang sama Alfonso!!", gumam Alex sendiri dan mengepalkan tangan. Aura kemarahan terpancar dari dirinya.
"Sersi ternyata kamu berguna. Kamu memang cantik, mungkin aku akan menyukaimu. Beruntung kau bukan bagian dari mereka, kau harus jadi milikku."
Tekad Alex semakin kuat, walaupun dia belum memiliki perasaan yang benar - benar nyata pada Sersi, namun karena hal ini dia semakin yakin harus mendapatkan Sersi bagaimana pun caranya. Hanya dia satu satunya orang luar yang diakut menjadi salah satu bagian dari keluarga Alfonso. Pasti latar belakang perempuan itu tidak biasa menurut pemikiran Alex.
Alexander berambisi mendapatkan Sersi untuk menjadi istrinya, yang dia miliki obsesi besar terhadap Sersi untuk saat ini. Karena dibalut rasa dendam kepada Alfonso Waddison, orang yang telah membuat kekacauan pada keluarganya dulu. Tidak menyangka akan berhubungan dengan orangnya, dan memudahkan dia dalam melancarkan rencana - rencana yang masih tersimpan rapi dipikirannya.
******
Keesokan harinya...
Sersi sedang bersiap siap untuk pergi bekerja ke kantor pagi ini. Walaupun dia masih sangat amat kesal dengan Alex gegara kemarin. Tapi dia tidak ingin sampai keluar bekerja dari sana, sayang sekali pikirnya. Uang yang dia peroleh 15juta dalam sebulan raib sudah nanti, dia tidak mau mengambil resiko mencari pekerjaan lain lagi untuk saat ini. Dia hidup sendiri disini, jika dia tidak bekerja dia tidak bisa makan.
Sersi membuka aplikasi jasa taksi online, dan memesannya. Hingga 15 menit kemudian, taksi pun datang menjemput Sersi di depan gedung apartemen dan dia pun naik ke dalam taksi sesaat setelah sang supir memastikan bahwa Sersilah customer yang memesan taksi tadi sesuai aplikasi.
Jarak tempuh dari apartemen Sersi ke gedung perusahaan AR Group tidak terlalu jauh, sehingga Sersi hanya menempuh setengah jam saja untuk sampai ke kantor.
"Terima kasih pak!", menyodorkan uang biaya ongkos.
Sersi pun langsung melenggang masuk ke dalam kantor AR Group yang 'WAH' ini. Dia berjalan ke arah lift dan menuju lantai paling atas, dimana ruangannya bekerja. Yang tak lain adalah ruangan yang sama dengan ruangan kerja Alexander, karena memang Sersi bekerja di dalam ruangan CEO itu.
Lebih tepatnya 'CEO GILA' menurut pemikiran Sersi.
Masih saja dia merasa kesal berkelanjutan.
Ceklek..
Pintu dia buka perlahan dan masuk tanpa menoleh ke arah meja Alexander, untuk saat ini dia tidak ingin menyapa, atau memberikan hormat apa pun. Dia sudah direndahkan, jadi buat berbuat sopan jika atasannya pun tidak sopan pada orang lain. Sersi hanya fokus ingin berkerja.
Namun, dari meja kerjanya. Alex yang sedang terduduk disana sambil membaca dokumen, melihat kedatangan Sersi dan matanya melihat semua pergerakannya. Dia tidak melihat ke arahnya sedikit pun, dan tidak memberikan hormat seperti biasanya. Itu cukup membuat Alex terheran, baru kali ini dia diacuhkan oleh seorang wanita.
Biasanya para wanita tidak berani mengacuhkannya karena ketampanannya, banyak wanita mengejar - ngejarnya karena mereka tahu Alex memiliki kekayaan yang jumlahnya tanpa limit. Sehingga banyak wanita - wanita diluaran sana yang ingin menjadi kekasih Alex. Tapi wanita ini kenapa seakan - akan tidak tertarik padanya, dan malah marah tidak jelas seperti itu menurut pemandangan Alexander.
'Aku mengajakmu menikah tidak mau, dan tidak melihatku sedikit pun sebagai karyawan kepada atasan. Menikah kontrak bukan hal buruk kan, kalau tidak cocok selesai kalau cocok bisa dilanjutkan selamanya. Kenapa dia menyebutku merendahkannya, aku tidak memperlakukannya sebagai wanita one night standkan? Wanita yang aneh, tapi menarik juga', batin Alex berbicara sendiri mengutarakan pemikirannya di hati sendiri.
Memastikan apa dia salah jika ingin menikah kontrak alias 'KAWIN KONTRAK', menurut dirinya ini tidak buruk karena menikah secara sah. Alex juga berjanji tidak akan melakukan apa apa tetapi tetap memberikan nafkah. Hmm, sikap Sersi yang seperti ini semakin yakin dia harus melakukan itu untuk menguji seberapa kuat dia bisa marah jika berhadapan langsung.
Sersi yang sudah duduk di mejanya, mulai membuka satu demi satu dokumen bermap oranye tersebut yang sudah tergeletak di meja kerjanya. Mungkin CEO Tuan Alex, atau Pak Samuel yang menyimpannya disini pikirnya.
Dokumen yang Sersi baca :
AGENDA
Meeting dengan dewan direksi perusahaan membahas pemasaran minuman produk baru
Makan siang bersama Direktur Chang Dodo meeting untuk membangun proyek pusat perbelanjaan mall
Kunjungan ke Birmingham Inggris memantau pembangunan proyek property
'Tidak begitu padatkan, aku bisa pulang cepat sore ini', batin Sersi bersuara. Lalu...
"Sersi, jadwalku apa saja hari ini? Apa Samuel telah menyimpan jadwalku hari ini di aippedmu?", tanya sang CEO Muda Alex itu padanya.
Sersi pun dengan terpaksa bangkit dari duduknya sambil membawa aipped putih itu, berjalan ke arah Alex dan berhenti disamping meja kerja Alexander. Sesampainya disana, Sersi langsung mengatakan jadwalnya hari ini dan selesai menyampaikannya dia langsung pergi darisana dengan memberi hormat dulu dan tanpa mengatakan hal lain lagi. Sersi berbicara seperlunya saja, dia hanya akan berprofesional kerja saja kali ini.
Alex yang melihat itu hanya tersenyum miring, dan menatap ke arah Sersi dengan lamat. Satu kata ketika melihat dari dekat begini 'Cantik'. Alex tak marah ataupun menunjukkan reaksi apa pun padanya, dia sulit ditebak namun di dalam hatinya penuh dengan rasa tidak tahan melihat kegemesan sekretarisnya ini. .
Waktu tidak terasa sudah menjelang siang, dan jam waktu istirahat telah tiba. Dan hal ini membuat lega hati Sersi, untuk sejenak dia akan keluar dari sini mencari makanan dikantin dan bebas dari pandangan bos gilanya yaitu ALEX.
Sersi membawa ponselnya dan merapihkan barangnya diatas meja, lalu bangkit dan berdiri. Berniat akan pergi ke kantin untuk makan siang dengan bakso siang ini. Namun sebelum Sersi berhasil keluar dari ruangan itu, Alex memanggilnya.
"Sersi!! Kamu tidak diperbolehkan istirahat, siang ini aku ada makan siang dengan Direktur Chang. Kau ikutlah, rangkum semua materi meeting nanti!", titah Alex padanya.
"Tuan biasanya pergi dengan Pak Samuel, saya hanya asisten sekretaris anda Tuan. Tidak pantas jika saya ikut!", jawab Sersi lalu menekan pintu akan segera keluar hingga..
Alex pun sudah bangkit dari duduknya, dan berjalan ke arah Sersi. Belum sempat Sersi membuka pintu dan melangkah keluar, Alex sudah berada dibelakangnya dan didepan sudah ada Samuel yang seperti akan masuk ke ruangan Alexander.
"Kau harus ikut, kau sekretarisku. Jadi kau harus ikut kemana pun saya pergi kalau urusan perusahaan kau harus terlibat . Samuel sedang sibuk, jika kau lapar kau bisa ikut makan nanti disana", ucap Alex pada Sersi menekankan. Hingga membuat Sersi tak bisa melawan lagi, menyangkut pekerjaan dia harus profesional.
"Samuel, panggilkan clark. Katakan aku akan pergi ke Verge, kau handle urusan disini!",
"Baik Tuan", jawab Samuel agak cengo. Dia baru saja akan melaporkan perihal bisnis underground Alexander di Italia. Namun ia urungkan karena melihat bosnya seperti itu, samuel agak merasa tidak enak mengganggu.
'Sialan. Bos yang diktator!', umpat Sersi dalam hati.
Dengan sangat terpaksa dia membawa barangnya, tidak ketinggalan notebook dan pena juga ponsel Sersi bawa serta. Kalau bukan karena Alex pemilik perusahaan besar ini, dirinya ingin mencekik pria macam Alex ini.
'Tidak bisa sopan kepada orang, diktator, kasar, dingin. Pantas tidak memiliki pacar, wajah tampan kelakuan rendahan. Nikah disamakan seperti menyewa rumah', umpat Sersi dalam hatinya sambil berjalan mengikuti bosnya dengan kesal.
'Gatcha.' batin Alexander kegirangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments