Chapter 4

Alex saat ini tengah berkecamuk dalam pikirannya sendiri. Ia terheran mengapa ayahnya mengajukan permintaan ini secara tiba - tiba, apakah dia harus mewujudkannya. Alex tidak yakin akan bisa menikah dengan seseorang, dalam kondisi hati yang masih terluka. Luka yang belum sembuh total, karena Alex tipikal orang yang susah 'move on'. Entah sampai kapan dia dapat menyembuhkan hatinya itu, dan entah sampai kapan juga dia akan terus seperti ini. Terkadang dia pun bingung sendiri. Lalu, harus dengan siapakah dia menikah. Tidak mungkin dirinya bisa menikah dengan seorang wanita dengan waktu yang singkat, bahkan dirinya sekarang sedang tak dekat dengan wanita mana pun.

Ini sungguh membuatnya dilema sekali.

'kenapa papah harus mengajukan permintaan yang berat bagiku? Menikah dalam waktu dekat ini, harus dengan siapa aku menikah. Ya Tuhan. Ini sulit bagiku, tapi ini permintaan terakhirnya papah. Aku harus bagaimana ?' batin Alex bersuara.

"Alex!?." panggil Alden pada Alex yang masih saja terdiam tidak menjawab pertanyaannya sejak tadi.

"Ya Pah.." jawab Alex sambil menatap ke manik mata ayahnya.

"Papah ingin melihat kamu menikah Alex, sebelum papah pergi dari dunia ini. Papah ingin memiliki menantu, menantu yang baik yang bisa mendampingimu Alex. Dan yang benar-benar mencintaimu, tanpa memandang status yang ada pada dirimu. Wanita yang memiliki cinta kasih yang tulus." ucap Alden pada anaknya berharap putra sulungnya itu bisa mewujudkan keinginannya itu.

Alex menatap lamat-lamat wajah ayahnya, terlihat sangat semakin kurus, keriput yang sudah mulai timbul walaupun sedikit tetapi tidak menghilangkan kesan wibawa sang ayah Alden Alfaraz Rudwig. Karena ketampanan ayahnya masih saja melekat, walaupun wajahnya sudah terlihat pias dan beranjak tua. Ayah dan anak itu seperti pinang dibelah dua, semuanya sama. Alex mewarisi semua ketampanan dan wibawa sang ayah.

Alex menangkap kesedihan di manik mata ayahnya, dan seperti menunggu akan jawaban dari dirinya. Sepertinya ayahnya bersungguh - sungguh dengan keinginannya yang satu itu, Alex sedikit bingung. Bagaimana caranya ia harus mencari perempuan yang dia mau nikahi, terlebih lagi dalam waktu singkat. Alex tidak mau menikah secara cuma-cuma apalagi mendadak seperti ini tanpa ada dasar suka, tanpa ada dasar perkenalan, asal - usul, apalagi tanpa cinta. Membuat Alex sedikit frustasi dengan hal ini. Tapi Alex tidak menunjukkan perasaannya yang sedang kalut, Alex tetap datar tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Pah, Alex mungkin akan menikah nanti jika sudah menemukan tambatan hati Alex. Tapi tidak sekarang. Aku sedang tidak memiliki kekasih, dan juga tak sedang dekat dengan seseorang. Lagipula untuk saat ini tidak ada wanita yang membuatku tertarik untuk menjalin hubungan serius pah!." Jawab Alex akhirnya. Perkataannya jujur, ya memang sekarang ini dia tidak sedang tertarik dengan siapa siapa lagi, semenjak dirinya disakiti oleh Ellea.

"Cobalah berkenalan dengan wanita diluar sana Alex, papah tidak akan mempermasalahkan status keluarganya kasta atau apapun. Jikalau kamu mendapatkan wanita biasa biasa saja papah tidak akan melarangmu. Yang penting wanita itu baik, dan mencintaimu dengan tulus. Sopan pada orangtua, dan penyayang pada keluarga. Sudah saatnya kamu menikah Alex, usiamu tak lagi muda. Dan papah tak tahu sampai kapan umur papah bisa hidup. Karena dulu mamah kamu pun dari kalangan biasa, tapi dia baik dan setia pada papah. Kebaikan hatinya membuatnya lebih disayang tuhan, dan pergi meninggalkan kita duluan." kata Alden panjang lebar.

"Tidak segampang itu pah." Alex mengusap wajahnya.

"Mencari pasangan hidup itu tidak segampang itu pah, apalagi yang sifatnya seperti mamah. Sepertinya 1 dari 1000 wanita pah, sulit untuk mencari wanita yang benar-benar bisa mencintaiku apa adanya. Papah tahu sendiri, reputasiku sebagai CEO muda malah membuat aku digandrungi wanita karena mereka melihat nominal saldo yang ada direkeningku. Mereka melihatku dari segi materi, dan wajahku saja. Bukan melihat diriku yang sebenarnya. She's love money, not me." kata Alex pada Alden ayahnya.

"Memang, wanita yang seperti mamahmu itu istimewa dan langka di zaman sekarang. Selain cantik wajahnya, mamahmu pun hatinya sangat baik dan mulia sekali. Tapi bukan berarti wanita seperti mamahmu, tidak ada bukan? Walaupun kemungkinannya sangat kecil, tapi kamu pasti menemukannya Alex." kata Alden pada Alex penuh keyakinan.

"Papah yakin, kamu akan menemukan wanita baik itu. Kamu harus mencoba berkenalan dengan wanita dibiro jodoh mungkin, atau kamu bisa menikahi Rosalie. Dia juga wanita yang baik, mandiri, dan cantik. Kamu ingatkan Rosalie? Anak teman bisnis papah?" tanya Alden.

"Semoga perkataan papah benar. Semoga aku menemukan wanita yang baik seperti mamah, tapi aku juga tidak bisa janji akan menikah dengan seorang wanita jika aku tak ingin. Aku tak ingin memaksakan diri pah!," kata Alex menekankan bahwa jika dia tidak menemukan wanita yang cocok dengannya. Dia tidak bisa mengabulkan keinginan ayahnya itu.

"Dan Rosalie. Ya aku ingat, tapi aku tidak begitu mengenalnya dan aku tidak menyukainya pah. Dia terlalu hidup glamour, jika pun aku menikah dengannya. Hidup pernikahan ku tidak akan bahagia, karena tidak didasari dengan rasa cinta dari hatiku pah. Jangan paksa aku, please. Give me a time oke." ucap Alex memohon. Dia tak ingin dijodohkan.

"Baiklah, papah tidak akan memaksamu jika tak ingin mengenal dan menikah dengan Rosalie. Tapi papah yakin, nanti kamu akan menemukannya. Wanita yang baik, yang benar benar mencintaimu." Kata Alden.

'Semoga doa papah dikabulkan oleh tuhan. Papah ingin kamu bisa melupakan Ellea, dan menemukan wanita yang sesungguhnya. Wanita yang bisa mencintaimu dengan tulus, tanpa memandang harta tapi melihat hatimu. Semoga saja putraku mendapatkan pasangan yang benar-benar menyayanginya.' kata Alden membatin.

Alden berharap Alex tak lagi larut dalam luka hatinya, dan mencoba membuka hatinya untuk yang lain. Karena wanita semacam Ellea, tak patut untuk ditangisi.

***

Malam ini diluar sedang hujan deras disertai angin yang kencang menderu - deru. Membuat Sersi yang sedang berkutat dengan laptopnya, beranjak dari duduknya sebentar untuk menutup jendela kamarnya.

Lalu setelah menutup jendela, Sersi pun kembali ke laptopnya untuk melanjutkan tulisannya. Sersi menjadi penulis novel online untuk mengisi waktu luangnya. Lebih tepatnya untuk mengisi ketidak adaan kegiatan karena dia masih menganggur. Tidak ada satu pun e-mail yang masuk dari beberapa perusahaan yang pernah ia lamar pekerjaan.

Dari pekerjaan menulis Novel ini, Sersi lumayan bisa mengusir kejenuhannya dan mengembangkan bakatnya dalam hal tulis menulis. Toh, dia pun dibayar di aplikasi online itu. Lumayan pikir Sersi, sebagai pekerjaan sementara untuk menunjang kebutuhannya. Daripada dia hanya berdiam diri, tanpa menghasilkan apa - apa dan hanya menghabiskan uang saja. Ini lebih baik, menurutnya. Menyalurkan hobby tetapi tetap menghasilkan, sesuatu kebanggaan menurutnya.

Sudah hampir 10 hari berlalu, semenjak Sersi menyebar lamaran pekerjaan ke beberapa perusahaan termasuk ke AR Group. Hampir setiap hari dirinya selalu mengecek emailnya, untuk mengetahui informasi apakah dia diterima disalah satu perusahaan atau tidak .Tapi, nihil. Belum ada satupun email yang memberitahukan dirinya diterima. Hanya ada beberapa email yang masuk, tetapi menyatakan bahwa dirinya tidak diterima. Membuatnya sedih dan sedikit kecewa.

Malam ini pun Sersi tengah menulis novelnya, yang akan dia upload hari ini. Kebetulan pekerjaan yang digelutinya ini, bertarget. Sersi dituntut untuk terus upload 1 bab setiap hari. Hingga pada saat dia sedang fokus merangkai kata, dan menciptakan adegan demi adegan dalam sebuah cerita yang tengah ia rangkai. Tiba - tiba ponselnya berbunyi, ada yang meneleponnya. Sersi melihat ke dinding dekat lemari dimana jam dinding itu terletak, dan ini sudah pukul 10 malam. Siapa yang meneleponnya malam - malam begini pikirnya.

Sersi mengambil ponsel disamping meja buku, lalu melihat id caller pemanggil. Dan nama Cindy yang tertera disana. Sersi pun segera menggeser ikon hijau.

[Selamat malam Sersi sayang...] ~ kata Cindy ketika telepon baru saja tersambung.

[Oke, selamat malam. Dari nada bicaramu sepertinya tengah berbahagia, kamu memiliki kabar apa hari ini? Kamu mengerjai ku lagi kah, ceritakan padaku cepat. Apa yang membuatmu bahagia seperti itu?] ~ ucap Sersi langsung pada poin pertama, dia tak suka bersama menunggu apalagi bertele-tele.

[Aissh, kau ini selalu saja berpikiran negatif terhadapku. Belum aku bercerita, kamu selalu menebak. Ayolah, aku tidak sejahat itu yang terus terusan mengerjaimu, kawan. Lagipula bagaimana aku bisa mengerjaimu, sedangkan kita berdua tengah berada di dua negara yang berbeda. Kamu di London, dan aku di Sicily. Memang kamu pikir aku akan mengerjaimu bagaimana Sersi!] ~ Jawab Cindy ketus terhadap temannya itu yang suka sekali berpikiran buruk.

[Ya habisnya, bagaimana aku tidak curiga padamu. Tiap kamu mengerjaiku pasti awalnya seperti tadi, dengan menelpon dimalam hari dengan ceria. Tertawa tiba - tiba tanpa menjelaskan apa yang membuatmu begitu terkekeh. Eh tahu-tahunya pas aku sudah sampai ditempat kerja kau membuatku malu dengan hal yang kau perbuat Cindy. Kamu memajang fotoku yang tengah tertidur kacau di Billboard menu.] ~ Sersi mengingatkan kejahilan yang pernah Cindy buat.

[Hehe, untuk itu ya aku mengaku salah. Maafkan aku, hanya saja itu menurutku lucu. Dirimu tetap cantik walaupun tertidur dengan mulut terbuka seperti itu, bwahaha] ~ Cindy tertawa puas diseberang sana. Membuat Sersi merengut, dan memutar bola matanya jengah.

[Ya, sudahlah itu juga sudah berlalu. Lantas, apa yang membuatmu bahagia hari ini dan menelponku malam-malam seperti ini?] ~ Tanya Sersi akhirnya.

[Oh ya, apa kamu masih ingat Sersi. Bahwa Butik terkenal dinegara kita akan mengadakan lomba mendesain gaun pengantin untuk tahun ini, coba tebak. Aku mengikuti lomba itu, dan aku sudah mengirimkan sample desain gaunku ke sana. Dan yup, aku lolos seleksi dan diterima jadi peserta lomba. Sebentar lagi aku akan masuk televisi dan menjadi terkenal. Tapi jika aku menang juara satu. Doakan aku semoga aku menang dalam event lomba ini ya.] ~ Ucap Cindy bersemangat, lalu Sersi diseberang sana tengah mengingat-ingat.

[Oh iya, kamu pernah bilang seminggu sebelum aku berangkat ke sini kan. Oh ya, wah kamu benaran ikut event itu. Iya, semangat ya. Aku akan doakan semoga kamu menang dalam perlombaan ini, dan keinginanmu semoga segera terwujud ya. Aku ikut senang. Tapi ngomong-ngomong, desain gaun seperti apa yang kamu usung di perlombaan ini?] ~ Tanya Sersi

[Ya gaunku desainnya sederhana tapi mewah, bagaikan ratu peri jika kamu memakainya. Aku lebih menonjolkan warna putih dan lilac dalam warna gaunku, seperti yang kamu bicarakan ketika kita berada di acara tunangan Daisy waktu itu. Nah kurang lebih seperti itu, tapi untuk lebih detailnya aku tidak bisa beritahu.] ~ Jawab Cindy.

[ Ow, aku yakin desain gaunmu pasti sangat bagus dan cantik. Oke semangat ya, kabari aku jika kamu memenangkan lomba ini. Aku berharap kamu benaran bisa sukses dengan mengandalkan hobimu itu.] ~ Sersi.

[Iya, terimakasih ya Sersi. Kamu selalu mendukungku dan memberikan aku semangat. Kamu juga semoga sukses disana ya, aku berharap kehidupan kamu disana bisa jauh lebih baik daripada disini.] ~ Cindy.

[Iya, kita kan sahabat. Semoga Tuhan mendengarkan dan mengabulkan harapan kita. Kita akan sama sama jadi wanita sukses. Semangat kita pasti bisa jadi independent women.] ~ ucap Sersi dengan semangat.

[Ya semangat untuk kita. Perjuangan penuh sampai akhir.] ~ Balas Cindy.

[Malam ini tumben sekali kamu belum tidur, ini sudah lewat jam 9 malam. Biasanya kamu jam segini sudah tidur nyenyak. Sedang bekerja keras untuk menang ya?] ~ Sersi.

[Ya aku masih mengerjakan tugas kuliahku sambil menyempurnakan desain gaunku yang sebentar lagi rampung. Desain ini untuk minggu depan, karena perlombaan ini ada beberapa tahap dan aku harus membuat desain yang unik dan berbeda dari yang lain. Supaya dapat nilai tambah, baru kali ini aku berjuang keras untuk mendapatkan sesuatu. Karena ini kesempatan yang aku miliki, jadi aku ingin maksimal dalam hal ini Sersi.] ~ Cindy.

[Oh iya itu bagus, pergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.] ~ Sersi.

[Makanya aku sampai merelakan diriku kurang tidur seperti ini. Oh iya, tapi ngomong-ngomong kamu sendiri bagaimana. Bagaimana dengan pekerjaan barumu, apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan baru?] ~ Tanya Cindy.

Sersi menghembuskan nafas berat.

[Untuk itu, aku belum. Belum ada perusahaan yang menerima lamaranku, saat ini aku menjadi penulis novel online sementara untuk menyambung hidup. Ternyata ingin menjadi karyawan di perusahaan besar disini, sangat ketat. Lebih ketat daripada di situ, jadi ya. Kebanyakan perusahaan menolak. Tapi aku masih menunggu 4 perusahaan yang belum mengkonfirmasi, semoga saja masih ada harapan.] ~ Jawab Sersi.

[Emm, sabar ya Sersi. Aku yakin masih ada harapan buat kamu, semoga salah satu perusahaan yang belum kasih kamu konfirmasi. Ada yang menerima lamaran pekerjaan kamu, semangat ya. Jangan sedih, ya. Kalau gagal, kamu bisa coba lagi jangan menyerah Sersi.] ~ Cindy.

[Semoga saja ya terimakasih Cindy.] ~ Sersi.

[Sama sama. Ya sudah, aku menelponmu hanya untuk memberitahu itu saja. Sekarang sudah malam, kita sudahi dulu saja ya obrolan kita. Kamu juga lekas tidur, aku juga akan tidur. Besok pagi aktivitasku cukup sibuk, jadi aku menyiapkan tenaga.] ~ Cindy.

[Oke, aku juga akan tidur setelah menyelesaikan naskahku yang sebentar lagi selesai.] ~ Sersi.

[Ya jangan terlalu memaksaku dirimu Sersi, segeralah istirahat. Ya sudah aku tutup dulu teleponnya, selamat malam.] ~ Cindy.

[Oke, selamat malam juga Cindy.]

[Oh ya, Dean kemarin menanyakan dirimu. Jadi aku beritahu nomormu, maaf ya. Tidak bilang dulu.]

[Apa? Tapi kenapa harus ka..]

Klik.

Telepon pun diputus sepihak oleh Cindy. Sersi belum sempat melanjutkan ucapannya, karena Cindy mematikan telepon tanpa dia duga.

"Terserah deh!", kata dia sendiri. Lalu menyimpan ponselnya kembali di atas meja, dan Sersi kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Yakni menulis naskah novel untuk karyanya di salah satu situs penulis.

Satu jam kemudian, dia pun selesai menyelesaikan tulisannya. Waktu hampir tengah malam, Sersi sudah mengantuk rasanya. Ia pun mematikan leptopnya, dan pergi mencharge ponselnya. Takut dia kelupaan, karena kehabisan baterai ponsel membuatnya mati kebosanan.

Sehabis mencharge ponsel, Sersi pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Karena malam ini dia menghabiskan secangkir coklat panas agak banyak, selesai itu semua dia pun pergi tidur.

***

"Tuan, ini beberapa berkas dokumen para pelamar pekerjaan yang saya dapatkan dari resepsionis dibawah." ungkap Samuel pada Alex sambil menyodorkan beberapa berkas pagi ini.

"Oke, kau boleh pergi!." kata Alex pada sekretarisnya itu. Lebih tepatnya Samuel orang kepercayaannya, karena pekerjaan dia double double dengan urusan lainnya juga.

Samuel pun keluar dari ruangan Alexander ketika sudah mendapatkan perintah, dan melanjutkan pekerjaannya lagi. Sementara Alex, kembali berkutat dengan dokumen yang sedang dia baca tadi dan menyelesaikan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda. Akibat insiden ayahnya yaitu Alden, meminta dirinya untuk segera menikah. Membuat Alex gusar dan terkadang kepikiran terus menerus, sudah sejak 10 hari berlalu dia dan ayahnya waktu itu berbincang di Portland Hospital. Namun ucapan sang ayah masih saja terngiang-ngiang didalam kepalanya.

'Sebelum papah meninggal, aku ingin melihat kamu menikah Alex. Usiamu sudah 30 tahun, usiamu sudah matang untuk menikah. Papah ingin memiliki menantu terlebih dahulu..'

Kata kata itu yang terus terngiang di kepala Alexander setiap hari. Alex bukannya tidak mau menikah, hanya saja dia tidak ingin terluka untuk kedua kalinya. Dan ingin menyembuhkan dulu luka yang ada, untuk saat ini hatinya masih tertutup rapat entah apa sebabnya dia pun tak tahu.

Tetapi tatkala teringat ucapan Alden ayahnya, Alex juga merasa khawatir. Kalo iya ayahnya tidak berumur panjang, dan Alex tidak bisa mengabulkan permintaan terakhir sang ayah. Maka dia akan dibayangi rasa penyesalan.

Selesai dengan dokumen perusahaan, Alex pun beralih untuk membuka dokumen para pelamar pekerjaan yang tadi diberikan oleh Samuel. Satu persatu dokumen itu dilihatnya, dia baca semuanya dengan detail tanpa terlewat satu pun. Ketelitian yang sangat hakiki.

Rata - rata pelamar pekerjaan kebanyakan perempuan, meskipun ada yang laki - laki tapi jumlahnya tak banyak. Alex memilah orang - orang yang dia pilih dengan melihat data - data yang ada, dan kemampuan yang dimilikinya. Ia butuh orang yang berkompeten untuk dipekerjakan diperusahaan. Selesai memilih beberapa orang yang akan dia interview besok, Alex pun menelepon Samuel untuk masuk ke ruangannya.

"Samuel,masuk ke ruangan saya sekarang!", perintah Alex ditelepon kantor.

Tak lama kemudian, Samuel pun masuk ke dalam ruangan Alex. Dan berhenti di depan samping meja Alex, sambil membungkuk hormat.

"Ya Tuan, berkas berkasnya sudah selesai diperiksa?",

"Iya, ini berkas para pelamar kerja di perusahaan ini. Ada 15 orang yang aku pilih, hubungi ke alamat e-mail mereka. Besok pagi kamu yang interview langsung!", ucapnya.

"Baik Tuan, saya sebar info di e-mailnya masing - masing", jawab Samuel sambil menerima berkas dokumen yang disodorkan Alex.

Alex pun hanya mengangguk, dan mengisyaratkan bahwa dia telah selesai. Samuel pun mengerti, dan langsung meninggalkan ruangan.

Sepeninggal samuel, Alex memandang kosong ke arah pintu. Alex memutar kembali memori dimana dia masih memiliki keluarga bahagia yang masih utuh, dimana ayahnya dan ibunya masih bersama. Dia dan adiknya yang mendapat kasih sayang penuh dari kedua orangtuanya, hingga tragedi itu terjadi dan membuat semuanya berubah. Alex pikir hanya kehidupannya yang tidak berpihak kepada dirinya, ketika kenal dengan Ellea 2 tahun lalu.

Dunia Alex serasa bahagia tidak kepalang, bagaikan semanis gula. Hari-harinya selalu manis, tanpa ada cela. Hari-hari yang Alex lewati terasa ringan tanpa beban, dan hidupnya terasa lebih berwarna. Namun, sangkaan Alex salah ternyata.

Pada akhirnya, dia merasakan sakit hati yang teramat sangat. Dikhianati dan dicampakkan, oleh seorang wanita yang dia terlanjur cintai membuat hatinya terluka sangat amat pedih. Alex berpikir, kapan dunia ini berpihak kepadanya?

Kapan dia akan berakhir bahagia, seperti kisah cinta di dalam dongeng.

Hingga, suara dering telepon menyadarkan Alex dari lamunannya. Dia pun segera mengambil ponsel, dan mengangkat telepon tanpa melihat id caller.

"Hallo kak Alex, kakak kapan pulang dari kantor? Sofi mau masak untuk makan malam nanti. Kakak mau makan dirumahkan, kakak mau Sodi buatkan apa?." Ucap Sofi ketika sambungan telepon tersambung. Suara Sofi ciri khas, agak cempreng tapi imut seperti anak kecil.

"Ehm, mungkin sore nanti juga pulang. Tidak terlalu sibuk dikantor hari ini. Untuk makanannya , terserah kamu saja ingin memasak apa." jawab Alex.

"Baiklah, Sofi buatkan makanan kesukaan kakak nanti ya! Sekalian Sofi mau bicara sesuatu..." ucap Sofi.

"Oke, baiklah. Sampai jumpa nanti Sof."

"Iya kak, Oke. Kalau begitu aku tutup telpeonnya ya. Sampai bertemu dirumah."

Klik, sambungan telepon pun terputus.

Alex pun menyimpan kembali ponselnya, dan menatap kosong ke layar laptop. Di dalam otaknya terus saja berseliweran ucapan ucapan ayahnya, membuat dirinya bingung, gelisah, dan sakit kepala.

Ia pun mengusap wajahnya kasar.

Dan menghembuskan nafas berat berkali - kali.

Mengapa keadaan ini membuatnya tambah berat, seakan beban hidupnya terus bertambah bukannya berkurang.

Urusan luka hatinya yang masih menganga pun belum bisa dirinya atasi, ini malah ada masalah baru yang membuatnya dilema.

"Apakah papah serius dengan permintaannya itu, ini membuatku sakit kepala." ucapnya sendiri, lalu meremas kepalanya asal.

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Bab 10 (Pengungkapan Identitas)
11 Bab 11
12 Bab 12 (Menjenguk Papah Di Portland)
13 Bab 13 (Berperang Membantu Jirosama)
14 Bab 14 (Kepulangan Sang Tuan Muda)
15 Bab 15 (Bertemu Lagi Dengan Sekretaris Cantik)
16 Bab 16 (Tugas Sersi Selesai)
17 Bab 17 (Bibi Arrabella Datang Ke Kantor)
18 Bab 18 (Fakta Kebenaran Sersi)
19 Bab 19 (Keputus Asaan Alden)
20 Bab 20 (Bertemu Dean Mendadak)
21 Bab 21 (Menerima Tawaran Kawin Kontrak)
22 Bab 22 (Peraturan Nikah Kontrak)
23 Bab 23 (Memberitahu Pernyataan Palsu)
24 Bab 24 (Kehampaan Sang CEO)
25 Bab 25 (Disuruh Pindah Ke Apartemen CEO)
26 Bab 26 (Fitting Baju Pengantin)
27 Bab 27 (Papah Menginginkan Cucu)
28 Bab 28 (Cemburu Tanpa Alasan)
29 Bab 29 (Akad Pernikahan Alexander dan Sersi)
30 Bab 30 (Pergi Bekerja Kembali)
31 Bab 31 (Hadirnya Mantan Alex)
32 Bab 32 (Mulai Saling Suka)
33 Bab 33 (Bodyguard untuk Sersi)
34 Bab 34 (Dinner With Dean)
35 Bab 35 (Ketakutan Sersi dan Kegalauan Alex)
36 Bab 36 (Bertemu Dengan Paman Chang dan Bibi Melda)
37 Bab 37 (Alex Jadi Posesif)
38 Bab 38 (Pergi Ke Light Vision)
39 Bab 39 (Sersi Diterima Jadi Penulis Kontrak)
40 Bab 40 (Sersi Diculik!)
41 Bab 41 (Sersi Disekap)
42 Bab 42 (Menyusun Rencana)
43 Bab 43 (Menyelamatkan Sersi)
44 Bab 44 (Sersi berhasil selamat dan kejahatan Ellea terungkap)
45 Bab 45 (SERSI SADAR DARI PINGSAN)
46 Bab 46 (Kembali Pulang)
47 Bab 47 (Drama Tertidur di Bathtub)
48 Chapter 2
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Bab 10 (Pengungkapan Identitas)
11
Bab 11
12
Bab 12 (Menjenguk Papah Di Portland)
13
Bab 13 (Berperang Membantu Jirosama)
14
Bab 14 (Kepulangan Sang Tuan Muda)
15
Bab 15 (Bertemu Lagi Dengan Sekretaris Cantik)
16
Bab 16 (Tugas Sersi Selesai)
17
Bab 17 (Bibi Arrabella Datang Ke Kantor)
18
Bab 18 (Fakta Kebenaran Sersi)
19
Bab 19 (Keputus Asaan Alden)
20
Bab 20 (Bertemu Dean Mendadak)
21
Bab 21 (Menerima Tawaran Kawin Kontrak)
22
Bab 22 (Peraturan Nikah Kontrak)
23
Bab 23 (Memberitahu Pernyataan Palsu)
24
Bab 24 (Kehampaan Sang CEO)
25
Bab 25 (Disuruh Pindah Ke Apartemen CEO)
26
Bab 26 (Fitting Baju Pengantin)
27
Bab 27 (Papah Menginginkan Cucu)
28
Bab 28 (Cemburu Tanpa Alasan)
29
Bab 29 (Akad Pernikahan Alexander dan Sersi)
30
Bab 30 (Pergi Bekerja Kembali)
31
Bab 31 (Hadirnya Mantan Alex)
32
Bab 32 (Mulai Saling Suka)
33
Bab 33 (Bodyguard untuk Sersi)
34
Bab 34 (Dinner With Dean)
35
Bab 35 (Ketakutan Sersi dan Kegalauan Alex)
36
Bab 36 (Bertemu Dengan Paman Chang dan Bibi Melda)
37
Bab 37 (Alex Jadi Posesif)
38
Bab 38 (Pergi Ke Light Vision)
39
Bab 39 (Sersi Diterima Jadi Penulis Kontrak)
40
Bab 40 (Sersi Diculik!)
41
Bab 41 (Sersi Disekap)
42
Bab 42 (Menyusun Rencana)
43
Bab 43 (Menyelamatkan Sersi)
44
Bab 44 (Sersi berhasil selamat dan kejahatan Ellea terungkap)
45
Bab 45 (SERSI SADAR DARI PINGSAN)
46
Bab 46 (Kembali Pulang)
47
Bab 47 (Drama Tertidur di Bathtub)
48
Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!