Bab 19 (Keputus Asaan Alden)

Akhirnya urusan kantor selesai juga, Alex pun membereskan mejanya dan berdiri dari tempat duduknya. Dia melangkahkan kakinya pergi menuju meja Sersi untuk memberikan beberapa pepatah kepada sekretaris cantiknya itu.

"Sersi, dua jam lagi jam kerja habis. Saya akan pulang lebih awal siang ini, sebelum pulang tolong kamu buatkan dokumen kontrak kerjasama hasil rapat kemarin."

"Iya baik Tuan!."

"Oke".

Alex pun melangkah pergi keluar dari ruangan, dan berniat akan pergi ke Portland Hospital untuk memenuhi janjinya kepada Bibi Arrabella. Siang ini Alex menyetir sendiri dengan membawa mobil Limousine nya.

[Bibi, aku akan ke apartemenmu sekarang. Dikantor sudah selesai, aku akan membawamu ke tempat papah]

Klik pesan pun terkirim kepada bibinya, ketika Alex masih berada di dalam mobil sebelum memajukan mobilnya. Setelah mengirim pesan singkat kepada bibinya, dia pun langsung memajukan mobilnya meluncur menuju apartemen tempat tinggal bibinya.

******

"Apa kabar Alden."

"Mba Bella, kapan kau datang dari Amerika? Aku seperti ini saja, seperti yang mba lihat."

"Aku sudah 3 hari disini, aku ingin mengunjungimu dan berziarah ke makan Marissa. Sudah lama aku tidak kesini, semenjak kepergiannya."

"Oh begitukah. Ya aku pun sudah lama tidak mengunjungi makam istriku, karena sehari hariku selalu ada di sini mba. Aku tidak bisa berjalan sama sekali, mungkin aku akan menyusul dia disurga sana kelak." tutur Alden menyayangkan keadaannya yang lemah ini.

"Jangan begitu pah, papah akan sembuh. Tidak usah berbicara yang tidak - tidak!" sanggah Alex yang sama - sama berada diruangan ayahnya bersama dengan bibi Arrabella sedari tadi.

"Papah hidup pun kesepian Alex, Marissa telah meninggalkan aku. Aku sudah tidak ada gunanya hidup." keputusan asaan mulai menghigapi hatinya.

"Sudahlah Alex, ini bukanlah salahmu. Kesalahpahaman dan kekejaman Alfonsolah yang membuat adikku terbunuh, kau jangan sampai kehilangan semangat hidup. Marissa akan menangis dari atas sana melihat kondisimu yang hancur begini." ucap Arrabela pada adik iparnya yang sudah kurus ini. Kasian pikirnya.

"Ya dia salah melenyapkan seseorang, Marissa tidak melakukan salah apa pun."

"Alden jangan sampai kau kehilangan kesempatan lagi, kau harus bisa bangkit dari Keterpurukan. Walaupun Marissa sudah tidak bersamamu, namun dia selalu ada di hatimu dan melihatmu dari atas sana. Jangan buat adikku sedih. Berusahalah untuk sembuh demi kebaikan anak anakmu juga" Arrabella memberikan nasihat pada adik iparnya itu.

"Ya Mba Bella, aku berusaha bangkit namun kondisiku yang mengalami kanker yang belum ada obatnya ini membuatku tidak yakin akan kembali sembuh total seperti dulu. Walaupun sekarang terasa baik, entah besok atau lusa aku tidak tahu."

"Kamu harus bisa Alden. Keajaiban itu selalu ada selagi kamu berusaha dan semangat untuk sembuh. Percayalah pada tuhan."

"Semoga saja!" Jawab Alden akhirnya.

Alex yang sedari tadi mendengarkan percakapan antara ayah dan bibinya, merasa sedih seketika. Ternyata ayahnya sungguh mencintai sosok mamanya Marissa hingga kini, membuatnya terenyuh akan kekuatan cinta mereka yang luar biasa ini.

'kapan aku menemukan wanita yang aku sangat cintai? Apakah cinta sejati yang tulus akan aku dapatkan, seperti papah menemukan mamah?' hati Alex bertanya pada diri sendiri.

Sungguh mendengar penuturan keputus asaan ayahnya, membuat hatinya mencelos dan merasa gelisah. Dia sampai saat ini belum bisa memenuhi keinginan ayahnya itu, Alex juga belum bisa menaklukkan wanita itu agar mau menerima kerjasama. Mungkin jika sembarang wanita bisa, tapi Alex yang tidak mau.

"Pah!?" panggil Alex pada papahnya yang sedang tertunduk lesu memandangi foto istrinya.

Alden mendongakkan wajah, dan mengulas senyum untuk menyembunyikan raut kesedihannya terhadap Alex.

"Papah, benar kata Bibi. Kalau seperti ini terus, papah akan lebih lama sembuh. Bukannya papah ingin melihat cucu dari aku kelak, semangat lagi pah. Perlihatkan kebahagiaan itu pada mamah agar mamah tersenyum juga dari atas sana". Kata Alex berusaha menghapus kesedihan ayahnya itu dengan memberitahu bahwa dia akan memberikan cucu. Yang entah kapan Alex akan miliki, menikah saja belum.

Dia terpaksa mengatakan itu demi menghiburnya.

"Cucu.." ulang Alden wajahnya sedikit berbinar mendengar Alex mengatakan bahwa dirinya akan melihat cucu dari Alex anak sulungnya itu.

"Apa kamu akan memberikan cucu pada papah Alex? Apa kau sudah memiliki kekasih?" tanya Alden pada Alex senang. Alden kira Alex sudah benar - benar menemukan tambatan hatinya. Membuat hati Alden bahagia seketika dan melupakan kesedihannya.

"Ehmm.. iya ada. Tapi mungkin aku menunggu dia siap dulu untuk aku ajak menikah pah?" Jawab Alex agak bingung merangkai kata, dia tidak ingin banyak lagi berbohong pada ayahnya. Dia mengatakan itu akhirnya, karena memang Sersi belum bisa dia ajak kerjasama perihal kawin kontrak itu.

"Memangnya siap untuk apa? Apa dia wanita yang memiliki karir yang sangat bagus, atau dia meragukan kamu Alex?" gencar Alden pada Alex ingin mengetahui segala sesuatu hal pada anaknya.

"Bukan pah, dia hanya orang biasa. Dia hanya pekerja kantor yang tinggal di apartemen pusat kota London, dia merasa tidak pantas masuk ke dalam lingkup keluarga kita. Menurutnya kasta kita sangat berbeda jauh." terang Alex.

"Alex aku ingin melihat calon menantu. Dari sikapnya papah yakin dia perempuan yang sangat baik, tapi katakanlah pada calon menantu bahwa kasta tidak berpengaruh pada kita. Papah akan menerima walau dia tidak sama dengan kita, harta bukanlah patokan bagi papah."

Alex menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia merasa bingung jadinya. Bagaimana dia bisa membawa Sersi kesini jika dia pun tidak mau diajak nikah, dan sialnya lagi Alex menyesal telah berbohong tadi. Dia jadi bingung bagaimana menjawab pada ayahnya, kenapa lagi ayahnya ingin bertemu segala. Menambah kepusingan Alex saja sekarang.

"Ehmm dia sedang sibuk pah, dia itu sungguh wanita yang pekerja keras sekali. Nanti lain waktu Alex bawa dia kesini menemui papah ya" jawab Alex akhirnya.

"Baiklah, jika calon menantu tidak sedang sibuk. Segera kau ajak kesini, papah ingin melihatnya" jawab Alden tersenyum pada ayahnya. Namun karena mereka tidak berdua, bibi Arrabella pun mengutarakan pertanyaannya yang sedari tadi ingin ditanyakan.

"Hah? Kau sudah memiliki kekasih Alex, aku dengar kau sedang tidak memiliki hubungan dengan seorang wanita semenjak putus dengan Ellea. Apa kau menyembunyikannya?" tanya Arrabella dengan memasang wajah heran.

"Itu dulu bi, aku juga masih baru sama dia. Kami belum lama ini pacaran, aku juga ingin move on dari masa lalu bi".

"Oh, baguslah. Wanita ****** itu tidak perlu kau tangisi" ucapan bibinya berhasil menohok hati Alexander. Tapi Alex tidak terlalu emosi sekarang, toh dia juga sudah disakiti buat apa dia membela Ellea lagi.

Kini Alexander hanya perlu memikirkan bagaimana mendapatkan persetujuan Sersi untuk mencapai kesepakatan kawin kontrak itu. Karena Alex pikir ini sungguh menguntungkan dirinya, disamping bisa memenuhi permintaan ayahnya dan membuat ayahnya bahagia akan pernikahan itu. Alex juga bisa memamerkan Sersi pada publik, dan membuat Ellea mantan pacarnya merasa menyesal dan memanas manasinya. Menunjukkan bahwa Alex bisa menemukan wanita yang jauh lebih baik dan cantik dari Ellea.

Alex pun mengakui bahwa Sersi memang sangat cantik, perpaduan wajah Asia dan bodynya yang bagus. Alex suka membayangkan bagaimana jika dia tidak memakai sehelai benang pun, memakai baju saja lekuk tubuhnya terlihat sangat indah apalagi tidak memakai apa - apa terlihat bagaimana ya?

Namun Alex segera menepis pikiran mesumnya, dia tidak ingin membayangkan hal erotis ketika sedang berada dekat dengan ayah dan bibinya. Karena Alex juga lelaki normal yang memiliki gairah, terkadang Alex juga ingin kembali merasakan hangatnya pergumulan bercinta dengan perempuan yang sering dia lakukan dulu bersama Ellea-nya.

Tapi dia selalu menahan hasratnya, karena tidak ingin demi memenuhi kebutuhan seksualnya dia harus berbagi keringat dengan wanita one night stand yang notabenenya sering bercinta dengan orang lain juga. Dia tidak ingin melakukan itu dengan sembarang wanita, apalagi wanita murahan seperti itu. Dia terlalu sayang tubuhnya dijamah oleh wanita obralan.

Tanpa diketahui oleh Alex, Ellea pun hampir sama seperti wanita murahan lainnya. Yang berani berkhianat karena masalah harta kekayaan, sungguh ironis memang tapi ya memang begitu kisah Alexander dan mantan.

Terdengar knop pintu diputar, dan muncullah sofia dari balik pintu. Langsung memasuki ruang rawat Alden, dan terkaget ketika melihat Arrabella ada disana duduk disamping ranjang ayahnya.

"Bibi Arrabella.. lama kita tidak bertemu bibi! Apa kabarmu? Mana Hans dia tidak ikut?" tanya Sofia sambil cepaka cepiki juga memeluk singkat pada bibinya.

"Haa iya kamu sudah jadi gadis yang cantik sekali Sofia, mirip dengan Marissa kamu sekarang. Ah iya Hans tidak ikut dia sedang berada di Colombia sedang menyelesaikan kuliahnya."

"Bibi bisa saja. Umm, oh gitu ya."

"Kak Alex, tumben kakak jam segini bisa jenguk papah? Kak Sersi mana?" tanya Sofia pada kakaknya sambil membuka bingkisan makanan yang dia beli tadi dikampus sebelum kesini.

"Iya pekerjaan dikantor sebagian dihandle Samuel dan Sersi. Jadi dia tidak bisa kesini, urusan kantor harus selesai."

"Oh, begitu. Padahal aku mau belajar lagi sama kak Sersi, dia seru tahu orangnya kak!" kata Sofia sambil menyuapkan satu sendok bubur ayam ke mulut ayahnya.

"Pah, makan dulu nih. Aku tadi beli bubur ayam langganan aku enak loh pah, aku suapi."

Alden pun membuka mulutnya, memakan bubur ayam yang dibawa Sofia lalu bertanya pada putri bungsunya sembari mengunyah bubur tersebut.

"Sof, kamu belajar apa sama sekretaris kakakmu? Sudah kenal dekat kamu, setahu papah dia sekretaris baru kakakmu kan? Betulkan Alex?" tanya Alden.

"Iya pah dia baru 2 bulanan lebih kerja di perusahaanku." jawab Alex sambil memakan sebuah apel fuji yang dia ambil dari bingkisan parsel buah diatas meja nakas.

"Eh, tapi pah kak Sersi itu seru baik orangnya. Umur kita juga gak beda jauh, aku ada seminggu lebih waktu itu belajar bisnis sama Kak Sersi. Dia juga pinter bahasa asing loh!" ucap Sofia bersemangat menceritakan Sersi.

"Iyakah, dia bisa bahasa apa aja Sofia? Bibi juga bertemu tadi diruangan Alex, bibi kira dia tidak memiliki kemampuan. Penampilannya terlihat biasa saja soalnya?" timpal bibi Arrabella ingin tahu juga.

"Ehmm kalo gak salah 6 bahasa. Korea, Chinese, Jepang, Indonesian, Italia, dan bahasa rusia."

'Benarkah sepintar itu dia? Kenapa aku tidak mengetahuinya ya?' gumam Alex dalam batin.

"Wah hebat juga, memang dia lulusan apa? Bibi tak sangka wanita seperti dia ternyata memiliki otak yang pintar, beruntung sekali kamu Alex memiliki sekretaris seperti itu. Perusahaanmu akan semakin mengalahkan perusahaan papahmu sendiri." tutur bibi Arrabella.

"Tapi dari data yang pernah aku baca, pas dia melamar kerja. Dia hanya lulusan S1 bisnis dan management." ucap Alex mengingat - ngingat.

"Hmm kemampuan tidak selalu harus dilihat dari pendidikan saja Alex, ada juga orang yang belajar otodidak. Bahkan yang belajar sendiri selalu lebih unggul karena mereka ada kemampuan, beda dari yang diajari oleh orang lain." kata Alden pada anak sulungnya itu.

Mereka pun hening Alex, Sofia, dan Bibi Arrabella mengangguk menandakan setuju dengan ucapan Alden. Dan Alex juga mengiyakan perkataan ayahnya.

__________

"Saya pesan coffe latte mochachino and wheapcream ya mba. Satu aja tolong" ucap Sersi memesan minuman kepada salah satu pelayan. Sersi sedang berada di starbuck.

Sepulangnya dari kantor, dia sengaja pergi ke starbuck sebentar sebelum pulang ke apartemen. Disini dia akan menikmati kopinya sambil menulis naskah novelnya yang masih dia kerjakan setiap hari setelah selesai bekerja dikantor.

Sersi mencari tempat duduk yang sekiranya membuat dirinya nyaman, dan Sersi memilih meja yang berada didekat tembok.

Dia pun membuka tasnya dan mengeluarkan leptopnya, bersiap untuk menulis lanjutan naskah novelnya yang selalu Sersi update setiap harinya.

"Pesanan Coffe atas nama Sersi Vilhauc".

"Saya mba, disini!" jawab Sersi mengangkat tangannya. Dan pelayan itu menghampirinya dan menyerahkan pesanan yang tadi Sersi pesan.

Setelah kopi pesanannya datang, Sersi melanjutkan kegiatannya kembali. Menulis lanjutan naskah novelnya yang sudah mencapai bab 20. Dia membaca kembali ceritanya dari bab sebelumnya, agar dia bisa menyinkronkan ceritanya agar lebih terlihat nyata. Tanpa orang lain ketahui, bahwa novelnya tersebut disisipi cerita yang mengisahkan kejadian yang menimpa dirinya.

Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Bab 10 (Pengungkapan Identitas)
11 Bab 11
12 Bab 12 (Menjenguk Papah Di Portland)
13 Bab 13 (Berperang Membantu Jirosama)
14 Bab 14 (Kepulangan Sang Tuan Muda)
15 Bab 15 (Bertemu Lagi Dengan Sekretaris Cantik)
16 Bab 16 (Tugas Sersi Selesai)
17 Bab 17 (Bibi Arrabella Datang Ke Kantor)
18 Bab 18 (Fakta Kebenaran Sersi)
19 Bab 19 (Keputus Asaan Alden)
20 Bab 20 (Bertemu Dean Mendadak)
21 Bab 21 (Menerima Tawaran Kawin Kontrak)
22 Bab 22 (Peraturan Nikah Kontrak)
23 Bab 23 (Memberitahu Pernyataan Palsu)
24 Bab 24 (Kehampaan Sang CEO)
25 Bab 25 (Disuruh Pindah Ke Apartemen CEO)
26 Bab 26 (Fitting Baju Pengantin)
27 Bab 27 (Papah Menginginkan Cucu)
28 Bab 28 (Cemburu Tanpa Alasan)
29 Bab 29 (Akad Pernikahan Alexander dan Sersi)
30 Bab 30 (Pergi Bekerja Kembali)
31 Bab 31 (Hadirnya Mantan Alex)
32 Bab 32 (Mulai Saling Suka)
33 Bab 33 (Bodyguard untuk Sersi)
34 Bab 34 (Dinner With Dean)
35 Bab 35 (Ketakutan Sersi dan Kegalauan Alex)
36 Bab 36 (Bertemu Dengan Paman Chang dan Bibi Melda)
37 Bab 37 (Alex Jadi Posesif)
38 Bab 38 (Pergi Ke Light Vision)
39 Bab 39 (Sersi Diterima Jadi Penulis Kontrak)
40 Bab 40 (Sersi Diculik!)
41 Bab 41 (Sersi Disekap)
42 Bab 42 (Menyusun Rencana)
43 Bab 43 (Menyelamatkan Sersi)
44 Bab 44 (Sersi berhasil selamat dan kejahatan Ellea terungkap)
45 Bab 45 (SERSI SADAR DARI PINGSAN)
46 Bab 46 (Kembali Pulang)
47 Bab 47 (Drama Tertidur di Bathtub)
48 Chapter 2
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Bab 10 (Pengungkapan Identitas)
11
Bab 11
12
Bab 12 (Menjenguk Papah Di Portland)
13
Bab 13 (Berperang Membantu Jirosama)
14
Bab 14 (Kepulangan Sang Tuan Muda)
15
Bab 15 (Bertemu Lagi Dengan Sekretaris Cantik)
16
Bab 16 (Tugas Sersi Selesai)
17
Bab 17 (Bibi Arrabella Datang Ke Kantor)
18
Bab 18 (Fakta Kebenaran Sersi)
19
Bab 19 (Keputus Asaan Alden)
20
Bab 20 (Bertemu Dean Mendadak)
21
Bab 21 (Menerima Tawaran Kawin Kontrak)
22
Bab 22 (Peraturan Nikah Kontrak)
23
Bab 23 (Memberitahu Pernyataan Palsu)
24
Bab 24 (Kehampaan Sang CEO)
25
Bab 25 (Disuruh Pindah Ke Apartemen CEO)
26
Bab 26 (Fitting Baju Pengantin)
27
Bab 27 (Papah Menginginkan Cucu)
28
Bab 28 (Cemburu Tanpa Alasan)
29
Bab 29 (Akad Pernikahan Alexander dan Sersi)
30
Bab 30 (Pergi Bekerja Kembali)
31
Bab 31 (Hadirnya Mantan Alex)
32
Bab 32 (Mulai Saling Suka)
33
Bab 33 (Bodyguard untuk Sersi)
34
Bab 34 (Dinner With Dean)
35
Bab 35 (Ketakutan Sersi dan Kegalauan Alex)
36
Bab 36 (Bertemu Dengan Paman Chang dan Bibi Melda)
37
Bab 37 (Alex Jadi Posesif)
38
Bab 38 (Pergi Ke Light Vision)
39
Bab 39 (Sersi Diterima Jadi Penulis Kontrak)
40
Bab 40 (Sersi Diculik!)
41
Bab 41 (Sersi Disekap)
42
Bab 42 (Menyusun Rencana)
43
Bab 43 (Menyelamatkan Sersi)
44
Bab 44 (Sersi berhasil selamat dan kejahatan Ellea terungkap)
45
Bab 45 (SERSI SADAR DARI PINGSAN)
46
Bab 46 (Kembali Pulang)
47
Bab 47 (Drama Tertidur di Bathtub)
48
Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!