Yesterday (Flashback)
Alexander terus memperhatikan sekretarisnya tanpa dia sendiri sadari, dia memperhatikan setiap gerak gerik yang dilakukan oleh Sersi dari ekor matanya. Karena dirinya dan Sersi berjalan berdampingan, membuat Alex dapat melihat jelas wajah sekretarisnya itu dengan seksama. Alexander merasa bahwa perempuan itu tubuhnya beraroma 'bayi', aroma yang baru saja masuk ke indra penciumannya setiap kali Sersi mengibaskan rambutnya. Aroma yang jarang sekali wanita dewasa miliki, ini membuat Alexander merasakan gelenyar aneh di dalam hatinya.
Dan ya dia merasa suka dan tertarik dengan perempuan ini, alasannya dia pun tak tahu. Mungkin karena tak semua wanita dewasa, beraroma manis seperti ini. Aroma bayi membuatnya merasa tenang.
Sampai mereka tiba di depan jalan, kini mereka telah keluar dari Launceston Place. Alexander dan Sersi menunggu didepan restoran, sedangkan Samuel pergi mengambil mobil. Tetapi teringat, setelah meeting selesai Alexander akan menemui ayahnya di rumah sakit. Di Portland Hospital, ayahnya akan mendapatkan terapi tambahan dan adiknya pun Sofia sudah ada disana sejak tadi. Alexander mengetahuinya ketika Sofia, mengiriminya pesan singkat.
[Kak,aku di Portland Hospital sedang menjenguk papah. Aku pulang kuliah langsung ke sini, kakak kalau dikantor tidak sedang sibuk ke sini dulu jenguk papah juga. Aku mungkin pulang agak sore dari sini kalau kakak tidak bisa kesini]
Sebenarnya dia selalu tidak tega, membuat wanita pulang sendiri. Dia melihat Sersi, seperti kelelahan. Mungkin dia bekerja sangat keras hari ini, namun Alexander siang ini akan langsung ke rumah sakit. Tidak mungkinkan sekretaris barunya dia bawa ke rumah sakit, untuk apa?
Bisa jadi, kalo dia bawa. Sangkaan ayahnya perempuan ini adalah pacarnya, dia tidak ingin mengambil resiko. Makanya dengan sangat berat hati, dia akan menyuruh sekretarisnya itu untuk pergi ke kantor sendiri. Toh dia terlihat seperti tipikal wanita mandiri, bukan wanita yang menye-menye.
"Hmmm, maaf nama kamu siapa? Saya lupa?" ucap Alexander pada Sersi.
"Nama saya Sersi, pak." jawab Sersi sembari melihat ke arah manik mata atasannya.
"Oke, Sersi. Kamu tolong kembali ke kantor sendiri ya, naik taksi saja saya kasih biaya ongkosnya. Samuel akan ikut saya untuk mengantar saya pergi ke rumah sakit. Kamu selesaikan saja dokumen tadi yang membahas masalah proyek kita. Tidak apa-apakan kamu pergi kembali ke kantor sendiri? Saya ada kepentingan lain soalnya diluar urusan kantor." jelas Alex.
"Oh baik pak! Tidak apa apa. Saya bisa kembali ke kantor sendiri pak." Jawabnya mantap.
Tak lama setelah Sersi menjawab pertanyaan Alex, Samuel pun akhirnya datang dan langsung memberhentikan mobilnya tepat di depan Alex dan Sersi. Terlihat Samuel turun dari balik kemudi, lalu membukakan pintu mobil untuk Alex.
"Samuel antarkan aku ke Portland Hospital, biar Sersi saja yang kembali ke kantor. Aku tidak akan membawa nya bersamaku."
"Sersi kau kembalilah ke kantor, dan selesaikan pekerjaanmu. Aku mau besok kamu sudah menyetorkan laporan, saya tidak akan ke kantor lagi setelah ini" ucap Alexander.
"Baik Pak". Jawab Sersi.
Setelah mendengar jawaban Sersi, tidak menunggu lebih lama lagi Samuel menutup pintu mobil sesudah Alex masuk ke dalam mobil dan ikut masuk. Sejurus kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit dimana ayah Alexander dirawat.
Sersi yang memandangi mobil Limousine yang melaju semakin menjauh darinya membuat dirinya sedikit merasakan keanehan, dia merasa khawatir dan ingin mengetahui. Untuk apa atasannya pergi ke rumah sakit?
Akankah dia memiliki penyakit yang tidak dia ketahui, apa dia memiliki keluarga. Entahlah, yang pasti Sersi merasa aneh dengan pikiran dan hatinya.
Padahal baru saja dia bertemu hari ini, bahkan dirinya tidak kenal sekalipun dengan atasannya ini. Bertegur sapa mun hanya seperlunya, Sersi pun mengenyahkan pikiran aneh itu.
"Eh kenapa aku ya? Mengapa aku jadi ingin mengetahui apa yang Pak Alexander lakukan dan ingin tahu kehidupan pribadinya. Ya ampun, sadar.. sadar Sersi. Kamu jangan ikut campur urusan orang, jangan besar hati, fokus kamu cuman harus kerja.. kerja. Cari uang, supaya cepat kaya. Jangan terlalu percaya diri. Kamu hanya bawahan!!", ucapnya sendiri sambil mengetuk ngetuk kepalanya.
Dia pun mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi online saja, agar dia tidak perlu berlama-lama menunggu dan mencari taksi yang lewat. Dan benar saja setelah 15 menit menunggu, pesanan taksi onlinenya datang. Sersi pun langsung menaiki taksi tersebut, dan segera meluncur ke kantor. Lebih baik dia menyibukkan diri dan pikiran, agar tidak kemana mana pikirannya. Sersi merasa dirinya sangat aneh sekarang.
Entah mengapa.
Ketika sampai di depan gedung AR Group, dia segera keluar dari taksi dan membayar biaya ongkosnya dengan menggunakan uang yang diberikan dari Alexander tadi. Sesudahnya, dia langsung naik ke lantai atas untuk kembali ke ruangannya dan mengerjakan file dokumen yang tadi sudah dibahas dalam meeting tadi. Dia akan kerja keras untuk ini, kalau bisa dengan semaksimal mungkin.
Sampai tak terasa waktu sudah hampir menjelang sore, karena dia terlalu asyik dan terlalu fokus pada pekerjaannya sibuk dengan segalanya. Waktu pun secara cepat bergulir, meninggalkan rasa lelah dan letih bagi Sersi. Hari pertama kerja ini, sungguh melelahkan baginya namun tetap menyenangkan. Bekerja di dunia bisnis perkantoran seperti ini apalagi menjadi sekretaris pribadi sang atasan besar merupakan impian yang sulit dia percaya, keberuntungan besar baginya.
Akhirnya karena dia rasa sudah menyelesaikan semuanya, Sersi bersiap siap untuk pulang. Membereskan meja kerjanya terlebih dahulu, lalu kemudian membereskan meja kerja bosnya Tuan Alexander. Setelahnya dia pun langsung pergi meninggalkan ruangan kerjanya, dan akan pergi pulang. Waktu kerjanya telah usai. Sersi ingin segera pulang kembali ke apartemennya karena dia ingin segera makan, mandi, tidur dan bermimpi indah dengan CEO tampan yang tak lain adalah atasannya Alexander. Istirahat dengan tenang dan damai menanti esok hari yang dia harapkan selalu baik.
***
"Samuel, kau pergilah ke LexBlack. Kita nanti malam akan kedatangan barang baru dari Italia. Senjata ini lebih canggih daripada yang keluaran kemarin, beritahu Pierro untuk mengecek semuanya. Pastikan semua lengkap dan aman. Jangan sampai ada jejak sedikit pun." Perintah Alex.
"Baik Tuan! Saya pergi menemui Pierro sekarang setelah mengantar Tuan ke Portland Hospital", jawab Samuel dengan wajah datarnya seperti biasa.
"Oke, kau pergi temui dia. Minggu depan aku turun ke LexBlack, untuk menemui Pierro dan mafia dari Jepang yang akan membangun kerjasama denganku. Jangan lupa siapkan segala sesuatunya dengan baik."
"Iya Tuan! Saya akan mengatur semuanya, saya akan atur jadwalnya juga."
"Hmm, oke. Pastikan kau memiliki jawaban yang masuk akal ketika ayah dan adikku bertanya, bisnis ini hanya aku yang menjalankan. Mereka tidak terlibat. Jangan libatkan mereka dalam bisnis bawah ini."
"Siap Tuan!".
Obrolan di dalam mobil pun selesai digantikan dengan keheningan, karena Alexander telah sampai di Portland Hospital. Sesampainya disana, Alex pun lantas turun dari mobil dan menyuruh Samuel untuk tidak membawa mobilnya. Karena pada saat pulang nanti, Alex akan menyetir sendiri. Samuel pun menyerahkan kunci mobil, dan pergi dari sana dengan taksi untuk kembali ke kantor. Mengambil mobilnya dan pergi ke LexBlack.
Sedangkan Alex bergegas masuk ke dalam rumah sakit, dan segera menuju ruangan dimana ayahnya dirawat selama ini.
"Kakak.." ucap Sofia pada Alex ketika dia mendengar pintu terbuka. Dan terlihatlah Alex disana.
Sofia pun menghambur ke pelukan kakaknya, dia menangis. Entah kenapa, adiknya selalu seperti ini ketika bertemu dengan ayah. Sofia masih saja cengeng, seperti anak kecil. Walaupun dia sudah berusia 20 tahun, namun sifat kekanak-kanakannya masih tetap saja melekat. Momen ini Alex rindukan, namun membuat hatinya sedikit sedih. Dia jadi teringat pada ibunya yang telah meninggal 10 tahun lalu.
"Sudahlah, sof. Papah tidak apa apa, papah sedang dalam perawatan untuk sembuh." kata Alex mengurai pelukan dan mengusap kepala adiknya ini.
"Aku kasihan melihat papah yang semakin kurus begini kak, aku takut papah meninggalkan kita seperti apa yang dilakukan mamah" ucapnya.
Membuat hati Alexander mencelos, dan teramat sakit ketika mengingat itu. Serasa terbayang kembali kepedihan yang dulu sempat dia alami dulu.
"Jangan begitu, umur manusia memang tidak bisa diprediksi. Tapi kakak akan berusaha membuat papah sembuh, dengan berbagai pengobatan yang dianjurkan dokter. Kamu harus banyak mendoakan papah saja ya Sofia, fokuslah dengan kuliahmu dan tenang saja. Papah akan baik-baik saja." Ucap Alex menenangkan adiknya.
"Iya kak.." jawab Sofia mengusap air matanya dan kembali menuju ayahnya, diikuti oleh Alexander dibelakangnya.
"Selamat sore pah, bagaimana kabar papah hari ini? Apakah semakin baik?" kata Alexander ketika sampai disamping ranjang ayahnya lalu duduk disamping ranjang ayahnya. Dengan sambil menyentuh tangan ayahnya yang terpasang infus.
"Papah baik-baik saja untuk saat ini, tapi entah besok lusa atau seterusnya Alex" jawab Alden pada anak sulungnya itu sambil tersenyum.
"Papah tolong jangan begitu, papah masih bisa sembuh. Alex akan melakukan yang terbaik bagi papah oke, kau akan kembali sehat pah!".
"Ya semoga saja, aku juga tidak mau mati cepat - cepat sebelum melihatmu menikah Alex. Kau sudah sangat tua, usiamu sudah akan masuk 31, tahun depan. Dirimu sudah sangat dewasa".
Alex tidak menyahut, hanya menghembuskan nafas berat. Dia tidak ingin berbicara apa pun, terlebih disini ada adiknya Sofia.
"Wah, papah menyuruh Kak Alex menikah. Apakah dia sedang memiliki pacar, setahuku Kak Alex sedang menjomblo?" celetuk Sofia bertanya pada ayahnya.
Pertanyaan adiknya membuat Alex remuk redam, ya memang dia sedang tidak berminat untuk menjalin hubungan apa pun dengan wanita diluaran sana. Walaupun sangat banyak wanita yang ingin bersamanya,dia tidak menganggap mereka ada. Dan tidak menanggapi semua wanita yang datang menggodanya. Luka yang ditorehkan Ellea begitu membekas dihatinya, sampai dia tidak bisa membuka hatinya untuk saat ini. Masih tertutup rapat, dia takut kejadian yang pernah dia alami terulang kembali jika menjalin hubungan dengan wanita kembali.
"Ya! Papah menyuruh kakakmu untuk menikah. Dia sudah tua. 30 tahun usia matang bagi pria untuk memiliki seorang istri, kakakmu malah santai santai saja. Terlalu gila kerja, kamu jangan seperti kakakmu ya Sofia. Apalagi kamu perempuan." kata ayahnya Alden pada anak bungsunya.
"Sofia tidak akan jadi perawan tua ayah. Aku punya pacar, keinginanku aku bisa berkeluarga namun tetap bisa berkarir. Itu salah satu keinginan terbesar ku pah. Aku akan tetap fokus berkarir tapi kehidupan cintaku juga aku utamakan." ucap Sofia berbinar pada ayahnya.
"Ya Sofia, itu sungguh pemikiran yang tepat. Karena kamu perempuan, kamu wajib menikah agar memiliki orang yang akan menjaga dan mendukung semua impian kamu. Setelah papah tidak ada. Menikah bukanlah halangan untuk memupus keinginan ataupun karir, selagi pasangan kalian mensupport dan mengerti akan diri kamu. Kamu tetap bisa mengembangkan diri bersama dengan pasangan." kata Alden panjang lebar menjelaskan.
Alex yang mendengarnya hanya bisa diam, obrolan tentang pernikahan, pasangan dan lainnya membuatnya sedikit agak tidak nyaman. Pikirannya mulai kacau kembali, kala mengingat permintaan ayahnya yang ingin dia menikah untuk waktu dekat ini. Jujur,ini membuat kepalanya pusing. Lebih pusing daripada mengatur strategi melawan musuh bisnis gelapnya di LexBlack.
"Pah, papah makan dulu ya. Ini sudah pukul dua, waktunya ayah minum obat. Makan lah dulu, biar Alex yang bawakan makanannya".
Dan Alex pun mengambil posisi duduk disebelah ranjang ayahnya.
"Eh iya pah, Sofia lupa kasih makan papah. Saking asyiknya tadi cerita masalah kampus. Ahh, maaf pah." kata Sofia anak bungsunya.
"Tidak apa apa sayang, papah tadi belum lapar."
Alex pun membawa makanan yang sudah ada dimeja samping ranjang ayahnya, dia membawa nampan makanan itu ke hadapan ayahnya. Lalu bergerak menyendok nasi dan lauknya, menyuapi ayahnya.
"Tak perlu Alex, papah bisa sendiri", ucap ayahnya lalu mengambil makanan dari Alex dan mulai memakannya.
"Kalau begitu biar Sofia saja yang siapkan obat papah!".
Sesudah Alden menuntaskan makannya dan selesai meminum obat. Siang itu Alex, Sofia dan Alden bercengkrama dengan hangat. Saling menceritakan kejadian hari ini, membicarakan banyak hal mengenang masa lalu. Membicarakan hal yang lucu, sampai membicarakan pernikahan yang lagi lagi membuat Alex menghembuskan nafas berat. Dia merasa entahlah, namun dia ingin memenuhi permintaan ayahnya itu. Hanya saja, dengan siapa dia harus menikah?
Itu menjadi misteri dan tanda tanya besar bagi Alex?
Apakah dia harus menyewa wanita yang akan dia nikahi kontrak, dan membuat perjanjian. Ah, tapi itu tidak terpikirkan olehnya. Agak kejam jika dia melakukan itu, dia tidak ingin menyakiti perempuan. Alex sungguh sangat menghormati ibunya, hingga dia pun tidak ingin membuat hati wanita sakit karena dirinya.
Hingga tak terasa hari menjelang sore, waktu berlalu begitu cepat bagi mereka. Alex dan Sofia pun memeluk ayahnya sebelum mereka pulang kembali ke mansion mereka. Alden melihat kedua anaknya berjalan beriringan, menatap kedua anaknya dengan tatapan bahagia. Alden tersenyum menatap punggung kedua anaknya yang menjauh, tanpa Alex dan Sofia ketahui hingga pintu tertutup kembali dengan rapat. Alden teringat akan mendiang istrinya, dan dia pun tidak kuat lagi membendung air mata yang akan keluar dari pelupuk matanya.
"Marissa, andaikan kamu masih bersamaku. Kamu pun akan melihat anak kita kini telah tumbuh besar dan menjadi wanita dan laki laki yang rupawan. Sofia sungguh menuruni semua sifatmu", ucap Alden sendiri berharap istrinya ikut melihat pemandangan ini dari atas sana.
***
"SERSI..!!" teriak Cindy dari seberang sana ketika Sersi menerima panggilan video.
"Aduh, kamu kenapa sih teriak-teriak. Jangan teriak seperti ini, membuat telingaku sakit. Bicara dengan biasa saja kenapa, ada apa Cindy?" jawab Sersi pada sahabatnya itu sambil menjauhkan ponselnya dari telinga. Akibat Cindy yang berteriak memanggilnya dari seberang sana.
"Kamu kenapa tidak bilang kalau kamu memiliki bos yang sangat tampan. Aku melihatnya di internet dan di sebuah laman berita barusan, ternyata CEO AR Group sangat tampan sekali. Kenapa kamu tidak memberitahuku!!" Kata Cindy dengan memasang wajah kesalnya.
"Ya memang tampan, tapi memangnya kenapa. Toh, orang seperti kita tidak akan dilihat sama orang yang modelannya seperti atasanku. Bosku itu ketampanannya hakiki, berwibawa, dan pasti juga good rekening. Mana mau sama wanita modélan kaya kita, Cin." jawab Sersi enteng memasang wajah tak peduli.
"SERSI! Bukan begitu, artinya kantor tempatmu bekerja memiliki potensi semua karyawannya tampan tampan bukan, bosnya pun tampan begitu karyawan nya pun tidak mungkin sembarangan. Mereka pasti memiliki potensi dan kemampuan yang tidak sembarangan. Tahu begitu, aku akan ikut denganmu dan pindah kuliah saja! Tidak usah melanjutkan kuliah dan mengejar mimpi jadi desainer. Ikut kesana saja biar bisa lihat pria tampan setiap hari." Katanya dengan menggebu dan mata berbinar.
"Sudahlah, jangan terus memikirkan laki laki. Kamu tidak harus sibuk mencari jodoh terus Cin, buktinya kamu buru-buru cari jodoh tidak juga mendapatkan pria yang mau sama kamu kan? Hahaha!!", kata Sersi membercandai sahabatnya yang cerewet ini.
"SERSI!! aku hanya berusaha! Tidak salahnya kan kalau aku berusaha mencari cinta sejatiku lewat kencan buta dan biro jodoh. Itu hal yang seru tahu, kamu sesekali harus mencobanya." jawab Cindy sambil menampakkan wajah kesalnya.
"Iya oke oke terserah dengan semua opinimu, maaf aku tidak tertarik untuk mencari jodoh." jawab Sersi dengan menghentikan tawanya.
"Ser, seringlah kasih kabar. Aku kesepian tidak ada kamu disini, kemana mana sekarang aku cuman sendirian. Susah menemukan sahabat seperti kamu lagi disini, mereka semua kebanyakan bermuka dua." Kata Cindy dengan nada sedih.
"Hmm iya aku usahakan ya, tapi aku juga ada kesibukan Cin. Aku sekarang tetap menulis novel di aplikasi online untuk tambahan penghasilan juga sebagai pekerjaan sampingan selain kerja di kantor. Jika ada waktu, aku nanti akan menelpon ibumu juga." jawab Sersi.
"Baiklah Ser, ibuku pun selalu menanyakan kabar dirumu. Karena kamu sudah satu bulan tidak bertemu dengan kami, ibu sudah menganggapmu sebagai anaknya sendiri. Dia selalu menanyakan kamu, sesekali telepon ibu ya nanti jika kamu ada waktu luang." kata Cindy membenarkan ucapan Sersi.
"Iya, aku nanti menelpon jika ada waktu senggang. Tapi ngomong-ngomong Cindy, boleh kita menyudahi obrolan kita dulu. Aku harus menulis naskah, karena aku malam ini harus up chapter baru?", kata Sersi menyatakan alasannya untuk segera mengakhiri momen bertelepon ria ini.
"Oh oke, aku juga mungkin beberapa hari ke depan tidak bisa menelponmu. Aku akan membuat skripsi dan ujian semester terakhir." Ucap Cindy pada sahabatnya yang baik ini.
"Oke tidak masalah Cindy. Fokuslah dengan ujian dan skripsimu. Supaya cepat lulus".
"Oke sudah dulu ya bye."
"Bye".
Sambungan telepon pun terputus, menyisakan keheningan malam yang sejuk. Malam ini Sersi menyalakan leptopnya bersiap akan kembali menulis naskahnya untuk dia update di platform online penulis. Sebelum itu,dia pergi ke dapur untuk membuat roti sandwich 2 pasang isi daging sapi dan membuat minuman favoritnya. 'Coklat Panas'.
Sesudah Sersi membuat sandwich dan coklat panas, dia membawa makanannya ke kamar dan menaruhnya diatas meja. Kemudian beralih ke leptop dan mulai masuk ke platform aplikasi novel online untuk melakukan pengerjaan menulis lanjutan naskah yang sempat dia kerjakan sebelumnya yang belum rampung. Pikirnya dia akan tetap terus melanjutkan pekerjaan menulis ini lumayan untuk tambahan uang jajan. Sembari menulis naskah ceritanya, dia juga sambil memakan sandwichnya dan menikmati hangatnya secangkir coklat hangat yang manis ini. Membuat dirinya merasa lebih bahagia.
Malam itu pun, Sersi menyelesaikan tulisannya dan mempostingnya ke halaman platform yang dia ikuti. Kemudian, berniat untuk segera pergi tidur dan membereskan ini semua. Menyimpan leptopnya ke atas nakas setelah dimatikan, menyimpan gelas dan piring ke dapur, lalu sejurus kemudian pergi tidur.
Sersi berharap malam ini dirinya akan bermimpi indah, mimpi yang memperlihatkan gambaran kehidupannya yang bahagia, sentosa dan penuh dengan kehangatan. Andaikan dia bisa berharap, Sersi berharap mimpi indahnya tersebut bukan hanya ilusi dan khayalan semata. Namun benar benar terjadi ke kehidupan nyata nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments