Beberapa hari kemudian...
Akhir pekan pun tiba, sore ini Alexander memutuskan pulang dari kantor lebih cepat dari biasanya karena akan mengecheck bisnis di LexBlack yang dia bicarakan tempo lalu.
"Samuel, aku akan pulang dulu ke mansion. Kau siapkan helikopter, malam ini kita akan ke Italia. Hubungi Pierro, beritahu aku akan ke sana malam ini!" titah Alexander pada Samuel.
"Iya Tuan, saya nanti telepon dia. Tuan akan berangkat dari mana malam ini?" Tanya sang sekretaris sekaligus bodyguardnya.
"Kita berangkat dari apartemenku, aku pulang ke mansion hanya untuk menemui adikku terlebih dahulu setelah itu kita langsung berangkat ke LexBlack."
"Siap, baik Tuan!."
Alexander pun, menaiki mobil sportnya yang bermerk ferrari berwarna biru tua mengkilap nan gagah yang sebentar lagi akan membelah jalanan. Sungguh fashionable. Selain memiliki mobil sejenis pajero, limousine, roll royce dan lainnya Alexander pun suka sekali dengan mobil sejenis ferrari. Dia melaju di jalanan yang cukup lengang dengan diiringi musik yang menemani kesendiriannya di mobil ini.
Setengah jam kemudian, Alexander sudah sampai di mansion keluarga Rudwig. Rumah yang mewah bak istana ini sungguh memanjakan mata siapa saja yang melihatnya, rumah yang besar nan megah menandakan betapa terhormatnya keluarga Rudwig. Hanya saja, rumah yang besar ini terasa dingin tidak ada kehangatan keluarga disana. Hanya kekosongan, kehampaan, dan keheningan tanpa adanya kehangatan seorang ibu disana. Hanya ada banyak pelayan dan pekerja yang ikut meramaikan mansion itu, terlebih lagi Tuan besar yaitu Alden sedang sakit dan berada dibawah pengawasan dokter. Membuat rumah megah ini semakin sepi.
"Selamat sore Tuan Muda." sapa sang penjaga rumah setia keluarganya.
"Selamat sore juga Marcus, tolong kau simpankan mobilku." Titah Alexander pada Marcus pria yang sudah menginjak usia 50 tahunan itu.
"Baik Tuan Muda." angguk Marcus dengan menerima kunci mobil yang disodorkan oleh Alexander.
Alexander pun langsung melenggang masuk ke dalam rumah. Sesudah menyerahkan kunci mobilnya, dan dia langsung menaiki tangga menuju lantai 2 dimana kamarnya berada.
Alex pun langsung masuk ke dalam kamarnya, dan duduk di pinggiran tepi kasur. Memilih duduk sejenak untuk melepas penat. Dia menunduk sambil memegangi kepala, dan memikirkan setiap kata yang dikeluarkan oleh ayahnya.
'Sebelum papah meninggal, aku ingin melihat kamu menikah Alex. Usiamu sudah 30 tahun, usiamu sudah matang untuk menikah. Papah ingin memiliki menantu terlebih dahulu..'
'Ya semoga saja, aku juga tidak mau mati cepat - cepat sebelum melihatmu menikah Alex. Kau sudah sangat tua, usiamu sudah akan masuk 31, tahun ini'
Kata kata Alden yang selalu terdengar oleh Alexander serasa terus berputar di dalam kepalanya, terus terngiang - ngiang dengan perkataan ayahnya yang mengharuskan dirinya segera menikah. Dia merasa bimbang, dilain sisi dia tak ingin buru buru menikahi seorang wanita karena berbagai alasan yang tak bisa dia jelaskan sepenuhnya dan yang terutama dia tak ingin melakukan pernikahan tanpa adanya cinta diantara mereka.
Akankah wanita itu mau menerima dirinya yang ternyata adalah dirinya adalah seorang mafia penyelundup senjata yang selama ini berada dibalik layar, bagaimana kalau pasangannya tahu bahwa dia memiliki bisnis gelap dunia hitam dan mengetahui bisnis AR Group hanya kedok untuk menutupinya agar semua berjalan mulus. Banyak yang Alex takutkan, tapi dia lebih takut tidak bisa memenuhi keinginan ayahnya yang terakhir.
Sudah cukup dia tidak bisa memenuhi keinginan ibunya, yang menginginkan dia menjadi laki laki yang baik dan berada selalu dijalan yang benar. Karena nyatanya dia sudah melanggar janji pada ibunya, karena Alex terlanjut tercebur ke dunia hitam yang tidak bisa dia tinggalkan begitu saja. Dia tidak ingin mematahkan keinginan ayahnya. Tetapi untuk saat ini, dia sangat sulit untuk menyukai wanita. Ellea masih ada dalam bayang bayang Alexander, namun hanya menyisakan kepedihan yang membuatnya merana.
Kecuali, satu lagi yang menambah beban pikirannya saat ini. Dia selalu tergelitik akan kehadiran seorang wanita yang selalu bersamanya ditempat kerja setiap hari yaitu Sersi Vilhauc. Ya wanita itu. Alex merasa asing juga apa yang terjadi dengan dirinya, kehadiran Sersi yang menjadi sekretaris nya cukup membuatnya lebih baik akhir-akhir ini. Lebih sedikitnya mengurangi rasa sakit dihatinya dan sedikit memberikan warna dalam hidupnya. Wanita itu juga menyita pikirannya, dia seperti memiliki gaya magnet yang menarik mata Alexander agar selalu melihat kecantikan wajah polosnya. Juga menarik hatinya untuk tergelitik, merasa penasaran akan siapa dan seperti apa wanita bernama Sersi tersebut.
Sersi sungguh menarik dimatanya, tetapi Alex masih ragu dengan perasaannya. Akankah rasa suka pada sektretarisnya atau hanya mengagumi semata?
Atau hanya sekedar nafsu belaka, tidak dipungkiri karena dirinya juga adalah lelaki normal. Wajar bukan? Jika dia akan menyukai wanita yang memiliki tubuh yang indah.
Namun ia masih menyangkal hatinya sendiri bahwa dia menyukai Sersi, Alex hanya takut bukan sudah bisa membuka hati. Namun hanya takut jika sekarang dirinya hanya memiliki ilusi rasa suka pada Sersi sebagai rasa suka palsu yang dia rasakan untuk sekedar pelampiasan rasa sakitnya terhadap Ellea.
Alex tak sampai hati dan tidak ingin jika sampai melukai hati wanita yang tidak bersalah atas apa yang dia rasakan. Dia butuh waktu untuk memastikan hatinya. Tapi untuk saat ini dia harus mengesampingkan dulu tentang permintaan ayahnya, karena malam ini dia akan mengurus bisnisnya di Italia.
Akhirnya Alex pun memutuskan untuk pergi mandi, dan bersiap siap. Guyuran air dingin dari shower membuat kepalanya dingin, sejenak terasa ringan dimanjakan oleh kenyamanan air. Dan lelah tergantikan oleh rasa segar diseluruh badan.
20 menit sudah berlalu, Alex selesai mandi dan keluar dari kamar mandi hanya berbalutkan handuk berwarna putih yang menutupinya dari pusar sampai lutut saja. Tetesan air dari rambutnya yang masih basah, turun ke dada, sampai ke perut sispeknya yang menampilkan otot liat kotak kotak 6 biji diperutnya yang kekar. Sungguh pemandangan yang indah dan membuat wanita ingin merasakan kehangatan tubuh sang empu pemilik.
Alexander kemudian segera berpakaian. Dan setelah urusannya selesai, Alex akan menemui adiknya Sofia yang pasti sedang menonton tv dibawah. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, biasanya jam jam seperti ini. Adiknya selalu sudah siap di depan tv untuk menonton drakor alias 'drama korea' kesukaannya sambil memakan camilan keripik kentang yang dia sukai sejak kecil. Alex pun keluar dari kamar, dan bergegas turun ke bawah pergi ke ruang bersantai.
Dan benar saja, disana sudah ada Sofia yang sedang duduk di sofa panjang sambil memegang sekotak es krim vanilla ditangannya dan setoples keripik disampingnya. Ahh, Alex berpikir indahnya jika dia bisa memiliki istri. Wanita tambatan hatinya. Pasti Sofia akan sangat senang karena memiliki teman mengobrol, nyalon, dan lainnya. Pasti pemandangan yang sangat indah bagi Alex, namun itu semua hanya bisa menghayalkan saja untuk saat ini.
"Sofia..." Panggil Alex ikut duduk di samping adiknya.
Sofia pun menoleh, dan melihat kakaknya yang tampan ini sudah berpenampilan rapih.
"Iya kak, hmm kakak mau pergi kemana? Sudah ganteng dan rapih seperti ini?" tanya Sofia heran dan menelisik setiap inci penampilan kakaknya. Seperti setelan akan pergi ke kantor.
"Kakak ada urusan dulu, malam ini kakak akan pergi. Mungkin besok siang baru pulang, kamu jangan tidur malam malam. Sudahi drakormu itu, besok kuliah nanti telat."
"Malam malam begini masih ada urusan kantor? Apa tidak bisa besok saja kak. Ini sudah malam loh, waktunya istirahat kak."
"Ini urusan penting diluar urusan kantor Sofia, kakak janji tidak akan lama. Kamu baik-baik dirumah, jangan begadang. Besok kuliah, selesai kuliah langsung pulang jangan kemana mana. Mengerti!."
Sofia jengah, dan memutar bola matanya. Pasti saja kakaknya selalu saja memerintah dan tak ingin dibantah.
"Hmmm, ya kak. Mengerti aku." Jawab Sofia langsung menyuapkan sesendok besar es krim vanilla.
Alex pun tersenyum lagu mengusap pucuk kepala adiknya setelah mendengar jawaban Sofia, kemudian setelahnya dirinya langsung bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Sofia. Dia akan menuju apartemennya yang berada di London kota, untuk pergi ke rooftop apartemennya karena disitulah helikopter yang menjemputnya sedang menunggu.
Tanpa memilih milih malam ini akan menaiki kendaraan apa, Alex memilih membawa mobil sport lamborghininya yang merah menyala untuk membelah jalanan malam ini. Warna yang sangat cerah, dan berani. Membuat siapa saja terpukau dengan kemewahan mobil milik Alexander ini, ditambah yang punyanya pun sangat tampan.
Tak lama kemudian, Alex sudah melesat membelah jalanan malam untuk menuju ke apartemennya dan segera pergi ke Italia.
Skip
Terdengar suara gemuruh yang lumayan nyaring dari atas rooftop gedung apartemen. Menandakan helikopter yang menjemputnya sudah menunggunya.
Sesampainya dipelataran apartemen, Alexander keluar dari mobil dan disambut dengan hangat oleh Samuel beserta anak buahnya yang lain.
"Selamat Malam Tuan Alex, semua sudah dipersiapkan" ucap Samuel pada bosnya.
"Oke kita berangkat sekarang, aku tidak akan lama di Italia. Setelah urusan bisnis selesai, aku akan kembali lagi kesini." tutur Alex.
Samuel pun mengiyakan, sejurus kemudian Alex menaiki helikopter yang sudah siap terbang tersebut. Diikuti Samuel dan beberapa anak buah lainnya di belakang Alexander, dan akhirnya malam itu pun Alex meluncur ke Italia untuk mengecheck bisnis hitamnya yang ia namai 'LexBlack'.
Sedikit kilasan tentang bisnis Alexander di Italia, LexBlack berbisnis diseputar lingkungan dunia ilegal yang gelap dan hitam. Bergerak di penyebaran senjata yang tidak terendus pemerintah sipil, juga melakukan transaksi jual beli senjata antar negara biasanya senjata yang dia dapatkan dari supplier akan diedar ke berbagai negara untuk dijual ke para mafia dan orang orang tertentu. Selain itu LexBlack Corp yang berpusat di Italia ini, dikelola oleh Pierro. Sang tangan kanan Alex, yang sangar dan setia.
Orang yang memiliki badan besar, wajah yang sangar dan mantan pembunuh bayaran yang telah menghabisi beberapa puluh nyawa ditangannya. Alexander menjalankan bisnis ilehal ini hanya bergerak dibalik layar, namun tetap turun ke lapangan jika keadaan kritis tidak memungkinkan bisa ditangani oleh anak buahnya atau keadaan mendesak. Bisnis ini jadi merambah kian besar seiring dia mempercayakannya pada Pierro, LexBlack ini adalah perusahaan terbesar di dunia gelap diseluruh antero Italia.
Menguasai perdagangan senjata, jasa keamanan, dan menerima jasa pembunuhan juga mata mata. Nama Alexander Rudwig begitu disegani disini, hanya saja mereka atau dengan kata lain orang - orang diseluruh negara Italia tidak mengetahui bagaimana wajah asli dan siapa sang ketua mafia ini. Karena Alex tidak pernah menunjukkan dirinya di khalayak umum, selalu saja Pierro dan Samuel yang menjadi perwakilan. Dirinya dianggap misterius dan ditakuti disana.
Perjalanan dari London ke Italia memakan waktu 3 jam. Alex pun sampai ditempat tujuan, dan helikopter pun mulai turun ke bawah. Setelah pilot berhasil mendaratkan helikopter dengan sempurna, Alexander pun turun dari helikopter dengan diikuti Samuel di belakang.
Dan ketika Alexander turun, anak buahnya sudah berbaris dengan rapi. Semua anak buah yang bekerja di bawah naungan perusahaan LexBlack melakukan itu untuk menyambut kedatangan bos besar mereka yang dipimpin oleh Pierro. Lelaki itu berada dibarisan paling depan dan menyambut Tuan Besarnya.
"Selamat malam Tuan Alexander, selamat datang di Italia kembali." ucap Pierro memberi hormat.
Alexander pun hanya mengangguk, kemudian berjalan dengan wajah penuh wibawanya dan aura kejam mulai menyebar dari dirinya. Mengintimidasi seluruh anak buahnya, bahwa dialah sang ketua utama.
"Pierro barang senjata model terbaru kita apakah sudah datang, apa kau sudah memeriksanya semua. Jumlahnya, kualitasnya sesuai dengan yang kita pesan diawal? Aku tidak mau kau sampai lalai. Semua sudah komplit belum?." Kata Alexander ketika sekarang mereka berada di ruangan khusus di gedung basecamp LexBlack ini.
"Sudah Tuan, saya sudah memeriksanya semua. Dan semuanya lengkap, aman. Tidak ada yang mengikuti ataupun hal aneh pada saat pengiriman. Barang lengkap dan asli. Kualitas senjata pun bagus tuan , saya sudah mencobanya tadi. Orang sipil juga tidak ada yang melihat dan mengetahui senjata kita masuk melalui pelabuhan." jawab Pierro.
"Bagus. Pastikan semuanya selalu rapih dan aman, kita harus selalu menjaga relasi dengan kepolisian disini untuk tetap lancar dengan bisnis kita. Aku sudah melihat laporanmu dari Samuel semuanya bagus. Namun tetap waspada, jangan sampai terlena. Tetap saja aku ada musuh yang ingin menghancurkan bisnis ini dan menghancurkan ku, semuanya tetap waspada." Titah Alexander serius dan dingin.
"Siap Tuan!." Jawab serempak Pierro dan Samuel.
1 Jam berlalu..
"Samuel, kapan orang Jepang itu akan datang?." Tanya Alexander.
"Setengah jam lagi mereka sampai Tuan, Kaze sekretarisnya sudah memberitahu saya lewat pesan tadi. Mereka sekarang masih dalam perjalanan menuju kemari." jawab Samuel.
"Baiklah."
Alex pun kembali menuangkan minuman anggur dan mengecek aipednya untuk sekedar mengecek kerjaan kantor untuk sedikit menunjuk diri sembari menunggu rekannya datang.
***
Di lain negara yakni di London, Sersi sedang menikmati indahnya suasana malam hari di kota London Inggris ini. Entah mengapa malam ini dia tidak merasakan kantuk sama sekali, setelah selesai dengan menulis naskah novelnya dia ingin berjalan-jalan dan menikmati indahnya malam di London ini.
Sersi kemudian berganti pakaian dengan menggunakan baju kaos tebal dan jaket, celana jeans, juga tak lupa memakai sepatu Adidasnya. Ia berniat akan berkeliling sebentar, hanya seputaran dekat apartemen saja. Karena ini sudah pukul 9 malam juga, dia tidak berani pergi jauh jauh.
Karena Sersi tinggal di Stanley Bridge's Apartement London, pada saat turun ke bawah dan melihat lihat keadaan sekitar membuat perasaannya sedikit tenang dan bahagia. Kebetulan apartemennya berada dipusat kota, jadi Sersi tidak merasa takut karena disini selalu ramai.
Setelah beberapa lama berjalan menyusuri jalanan sekedar melihat bangunan tinggi, orang yang lalu lalang, lalu berhenti dijembatan hanya untuk menikmati pemandangan laut yang indah serta merasakan hembusan angin kecil yang membuatnya serasa ringan.
Sersi merasa dirinya sebagai burung sekarang, dirinya bisa merasa bebas, bahagia dan tak ada lagi orang yang memaki dirinya atau pun menindasnya. Hanya saja, dirinya merasa kesepian karena tak memiliki siapapun disini. Hati kecilnya sedih, namun tak apa kesepian daripada serasa hidup di neraka.
Akhirnya setelah sekian lama berjalan, Sersi menengadahkan wajahnya ke atas langit dan melihat langit malam. Dirinya merasa hari semakin malam, hawa dingin mulai menusuk membuatnya sedikit menggigil. Kemudian dia pun memutuskan akan kembali pulang ke apartemen saja.
Namun tidak sejalan dengan perutnya, perutnya malah merasa lapar sekarang. Sersi pun melihat ke sekeliling siapa tahu ada yang menjual makanan untuk sekadar mengganjal rasa laparnya, dan Sersi pun teringat ada kedai di dekat apartemennya. Dia pun berjalan ke seberang dan berniat akan mampir terlebih dahulu ke kedai yang dekat dengan apartemennya. Karena jam segini biasanya masih buka.
'kruuuk....'
"Emm, jam segini bisa-bisanya kamu merasa lapar kawan." ucapnya sendiri sambil mengusap perutnya.
Dan right..
Blaze Restauran & Cafe masih buka dan pengunjungnya lumayan banyak, Sersi pun tidak sampai menunggu lama langsung berjalan ke sana dan memasuki restoran itu dan mengambil posisi meja di dekat jendela yang menampilkan jalanan kota ini yang masih saja ramai.
Tidak lama setelah itu, seorang waiters menghampiri dan menanyakan menu apa yang akan dipesan oleh Sersi.
"Selamat malam Nona! Silahkan ini buku menunya, Nona ingin pesan apa, saya rekomendasikan menu ayam untuk malam ini." ucap sang pelayan dengan ramah.
"Iya selamat malam, terimakasih saran rekomendasinya. Tapi aku ingin pesan coklat panas saja, dana satu gelas es krim vanilla latte untuk makanan manisnya. Emm untuk makanan beratnya aku ingin ayam spicy super pedas dan spaghetti saus jamur putih ya tolong." kata Sersi sambil membolak balik buku menu.
"Baik, ada lagi yang ingin Nona pesan?." Tanya sang waiters setelah selesai mencatat semua pesanan Sersi.
"Hmm tidak, cukup itu saja." kata Sersi ramah lalu menyerahkan kembali buku menu itu.
"Baik Nona, mohon tunggu sebentar. Makanan akan secepatnya kami siapkan." ucap ramah waiters itu.
Sersi pun hanya mengangguk dan tersenyum sebagai tanggapan kepada waiters itu. Seperginya pelayan itu, Sersi mengambil ponsel yang berada ditasnya dan membuka aplikasi chattingnya untuk mengecek ada siapa saja yang menghubunginya. Sudah dari siang dia tidak mengecek nya, dia matikan ponselnya dari siang karena dirinya tertidur pulas setelah selesai bersih-bersih apartemennya sendiri. Berhubung akhir pekan, dan libur kerja jadi Sersi menyibukkan dirinya dengan menata ulang kembali barang barang di apartemennya sendiri juga membersihkannya sekalian.
Sersi mengecheck aplikasi chatting, dan ternyata tidak ada pesan apa pun disana. Mungkin karena Cindy juga sedang sibuk saat ini, Sersi ingat tempo lalu pada saat bertelepon dengan Cindy sahabatnya bilang dia sedang membuat skripsi.
Dan ketika sedang asyik dengan ponselnya, tiba tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya. Dan itu adalah...
"Hai Sersi, masih ingat aku?." tanya wanita itu ketika berhasil membuat Sersi melihat ke arahnya.
"Hai juga, ya aku ingat. Kak Selly kan, yang waktu itu sama sama mau interview di AR Group!?." jawabnya membalas senyuman Selly.
"Ya benar. Sedang apa kamu disini Sersi apa sedang kencan bersama pacarmu?" tanya Selly.
"Tidak. Aku datang sendirian ke sini, tidak sedang berkencan dengan siapapun. Aku hanya berjalan-jalan saja disekitaran sini, dan merasa lapar jadi ya mampir dulu kesini untuk makan." jawab Sersi.
"Oh begitu ya, jadi aku boleh gabung bersamamu duduk disini? Aku juga kebetulan ingin makan oglio lio disini." kata Selly.
"Emm yah, boleh. Silahkan duduk Kak Selly." Sersi mempersilahkan Selly untuk duduk menemaninya. Mereka pun duduk saling berhadapan.
"Oh ya ngomong-ngomong, apa kamu lulus interview waktu itu?".
"Iya kak, aku sudah diterima bekerja disana. Kakak bagaimana, aku tidak pernah melihat ada kakak di kantor AR Group? Apa Kak Selly.." Sersi menghentikan ucapannya karena merasa tidak enak.
Selly pun tersenyum.
"Hm, beruntung ya kamu. Selamat ya, bahagia pasti bisa masuk kerja disana. Sayang aku masih belum seberuntung kamu, lamaranku ditolak perusahaan. Aku tidak lulus interview." jawabnya.
"Mungkin nanti bisa ada kesempatan kak, yang sabar ya." ucap Sersi berusaha memberikan pencerahan secercah harapan.
"Iya, kamu benar. Tapi mungkin ada baiknya juga aku tidak diterima disana, sekarang aku menjalankan usahaku sendiri. Ya walaupun usahanya masih terbilang kecil, tapi lumayanlah." ujarnya.
Belum sempat Sersi menanggapi Selly.
Tak lama kemudian para pelayan datang membawakan makanan pesanan Sersi yang telah dia pesan tadi, Sersi pun menawari Selly sedikit makanannya karena dia merasa tidak enak jika langsung makan sendiri tanpa menawarkannya terlebih dahulu.
"Makananku sudah datang kak, kakak boleh ikut makan kok. Kebetulan aku memesan banyak makanan." basa basi Sersi sambil mengambil sendok dan garpu yang berada diatas nampan.
"Sure, terimakasih. Aku mencicipinya sedikit saja aku juga akan pesan makananku sendiri. Aku sangat ingin memakan oglio lio malam ini. Terimakasih ya." ucap Selly.
Selly pun berkata pada pelayan yang masih menata makanan ke atas meja Sersi, sebelum pelayan berhasil pergi meninggalkan meja mereka.
"Maaf, miss saya pesan jus alpukat dan spaghetti oglio lio saja ya. Oh ya, jangan terlalu banyak bawang putihnya. Terimakasih." ucap Selly sopan.
"Baik Nona. Mohon tunggu sebentar." timpal pelayan tadi kemudian pergi.
Malam itu akhirnya Sersi makan malam di kedai restoran ditemani Selly. Wanita yang ia kenal pada saat akan interview di AR Group. Sifatnya yang cerewet, membuat Sersi tidak canggung dalam mengobrol. Selly seperti Cindy pikirnya yang orangnya tipikal banyak bicara dan cepat akrab.
Puji tuhan, selama lebih dari sebulan ini dia di London. Akhirnya dia memiliki teman juga disini, malam yang terasa dingin itu mereka nikmati berdua akhirnya. Menghabiskan malam suntuk ini dengan makan bersama, dan mengobrol banyak hal membuat mereka terlihat seperti orang yang sudah berteman sejak lama.
"Kak Selly maaf, aku pulang duluan ya. Ini sudah larut malam, aku mau pulang ke apartemen. Besok aku harus kerja, takut telat." pamit Sersi setelah pembicaraan mereka selesai, dan sembari melihat jam di ponselnya.
"Oh oke, baiklah. Lain waktu kita bisa mengobrol lagi bukan, senang bisa mengenalmu Sersi. Maafkan aku yang mengganggu me time mu ya!." Ucap Selly.
"Tidak apa apa kak, aku merasa tidak terganggu kok. Oke aku duluan ya, sampai jumpa. Bye." Sersi pun bangkit dan melambaikan tangan kemudian pergi.
"Sebaiknya kamu jangan panggil aku kakak, panggil nama saja. Aku rasa aku dan kamu seumuran, panggil Selly saja ya. Oke, sampai jumpa juga. Bye, selamat malam Sersi." Kata Selly dan melambaikan tangan.
"Baiklah kalau begitu, aku pergi", ucap Sersi kemudian langsung pergi dari sana dan meninggalkan restoran setelah membayar semua makanannya termasuk makanan yang dipesan Selly.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments