Angin dingin berhembus menerpa kulit Sersi dipagi hari ini, dia terbangun di pukul 3 dini hari tanpa sebab. Dia berusaha untuk kembali tidur, namun tidak bisa. Jadi dia membuka jendela kamar untuk melihat keluar rumah, dan hawa dingin merasuki seluruh tubuhnya.
Kini dia merasa tiba - tiba kepikiran dengan bos menyebalkannya itu, walaupun dia pria menyebalkan, brengsek dan diktator namun dia bisa melihat sisi kerapuhan di dalam dirinya sekaligus. Dia bisa melihat bahwa diri bosnya itu seperti memiliki luka hati yang teramat dalam dan penyesalan, Sersi bisa merasakan dan melihat itu sekarang setelah melihat gerak gerik Alexander pada saat di rumah sakit.
Dan Sersi baru mengetahui bahwa sang Tuan Besar itu adalah ayah Alexander dan Sofia. Sersi mengetahui ini dari adiknya Alex yaitu Sofia, pada saat tadi mereka sedang menonton drama korea bersama. Dia merasa akrab dengan Sofia, karena Sofia lebih cerewet friendly dan lebih asyik orangnya ketimbang bosnya itu yang nampak datar dan bengis itu.
'Dasar penjahat kelamin! ****, buat apa aku ingat dia, pria diktator!!' hati Sersi menggerutu merutuki dirinya kenapa tiba-tiba teringat dengan pria yang dengan beraninya menyatakan terang terangan mengajaknya kawin kontrak.
Tapi seketika itu Sersi jadi ingat...
Flashback On..
"Maaf Nona, bukannya saya tidak sopan menolaknya. Tapi saya tidur dikamar belakang saja berbarengan dengan pelayan, tidak enak rasanya jika dikamar tamu" ucap Sersi pada Nona Muda Sofia yang kini tengah berdiri dihadapannya.
"Eh tidak apa apa kak, jangan dibelakang. Kakak kan bukan pelayan rumah, sudah tidur di kamar tamu saja. Tidak apa apa kok ya!" Jawab Sofia tidak mengizinkannya untuk tidur di kamar pelayan yang berada di belakang dekat dapur.
"Tapi Nona sa..".
"Udah kak, tidur disini aja. Nanti aku tunggu dibawah ya, kita nonton bareng. Sambil aku mau tanya-tanya soal perusahaan bolehkan?" tanya Sofia.
"Baik Nona, boleh saja. Saya mandi dan bersiap!". Sersi pun masuk ke dalam kamar, tanpa meminta lagi tidur dibelakang.
"Oke, aku tunggu kak!" seru Sofia pada mba asistennya itu.
Sersi pun akhirnya dengan tidak enak masuk ke dalam kamar yang Sofia persilahkan untuk dia tempati. Sersi sangat terkagum dengan interior kamar ini, walaupun hanya sekedar kamar tamu tapi ini sangat mewah menurutnya. Lebih mewah dari apartemen tempat tinggalnya.
'Orang kaya bukan kepalang ini, walaupun kamar tamu tapi sebesar ini dan mewah sekali' batinnya berkata mengagumi semua hal yang berada diruangan ini.
Dia pun berjalan ke arah tempat tidur, dan menaruh tasnya. Membawa handuk dan menyiapkan pakaian santai untuk dia pakai nanti setelah mandi dan menemui Sofia. Dia pun pergi mandi dan bersiap.
Setelah sudah mandi, Sersi pun menuruti perintah Sofia untuk pergi ke bawah menonton bersama dan membicarakan seputar urusan kantor. Sersi menuruni tangga yang menghubungkan lantai 2 ke lantai 1 dengan hati hati, tangga yang lumayan besar dan banyak anak tangganya ini berasa dia ada di istana bukan di rumah. Saking besar dan luasnya mansion itu, membuat dia merasa berada di negeri dongeng yang dimana mana pasti ada pelayan yang sedang bekerja.
Sesampainya di bawah, Sersi menghampiri Sofia yang sudah ada di depan televisi besar sedang duduk di sofa panjang sambil memegang semangkuk besar es krim strawberry.
"Selamat malam Nona" ucap Sersi ketika berhasil menghampiri Sofia.
"Eh iya kak, malam. Biasa ajalah ini dirumah tidak perlu sungkan begitu, ayo duduk kak!" ucapnya menepuk nepuk sofa disampingnya yang kosong.
"I.. iya baik Nona. Terimakasih" Sersi pun duduk disana.
"Bii.. Bii tolong kesini!" Panggil Sofia pada pelayannya.
"Iya Nona, saya disini. Perlu apa Nona?" ucap salah satu pelayan yang menghampiri Sofia menanyai maksudnya memanggil pelayan.
"Bii tolong buatkan makan malam buat aku sama kak Sersi ya, nanti bawa kesini saja. Jangan masak banyak, tidak perlu dimeja makan. Kak Alexander tidak akan pulang beberapa hari ini, aku buatkan makaroni keju mozzarella ya" titah Sofia pada pelayannya.
"Oh baik Nona, tunggu saya buatkan." Jawab pelayan itu dengan membungkuk sopan, lalu berlalu menuju dapur meninggalkan Sofia dan Sersi.
"Terima kasih Nona!".
"Iya sama sama kak, udah seharusnya kan aku menjamu kakak. Kita harus tetap makan, aku akan belajar banyak hal nanti tentang perusahaan".
"Iya Nona, saya akan membantu dan menjawab semua pertanyaan Nona semampu saya".
"Tapi ngomong - ngomong ya kak, hmm kakak gimana awal ceritanya bisa kerja jadi sekretaris kak Alex? Selama ini yang aku tahu dia selalu mencari sekretaris laki laki?" tanya Sofia yang penasaran dengan hal ini, karena memperkerjakan seorang wanita dan menjadikannya sekretaris adalah hal baru yang dilakukannya. Selama beberapa tahun terakhir.
"Hmmm... Saya tidak tahu Nona, saya hanya melamar dan diterima kerja di perusahaan AR Group. Alasannya saya tidak tahu menahu!?" Jawaban Sersi bingung juga harus menjawab alasan yang tidak diketahui olehnya. Mana perduli dia pada alasan bosnya mencari karyawan perempuan atau pria toh dia hanya memikirkan gajih yang ia dapatkan selama bekerja disini.
"Oh gitu ya kak. Kakak kenapa bisa ada di London, kakak di Sicilia masih punya orangtua kandung kak?" tanya Sofia lagi.
Sersi yang ditanya menjadi diam seketika, mengingat tanah kelahirannya Sicilia yang sudah beberapa bulan ini dia lupakan. Jujur selama ini di London dirinya lebih bisa menikmati hidup, pikirannya tenang, tidak hidup dalam bayang bayang ketakutan dan kekesalan akibat perkataan yang menyayat hati yang selalu ayahnya lontarkan. Terutama..
"Kamu tak lebih dari anak yang membawa sial terhadap keluarga ini,jika tahu akan begini ayah tak sudi punya anak perempuan sepertimu!!".
Kata kata itu yang diucapkan oleh ayahnya terasa terngiang kembali ditelinganya, dirinya menerawang jauh mengingat kejadian dimana dia sebelum pindah kesini dia bertengkar dengan ayahnya. Dan pada saat dia berangkat pun, orangtuanya bersikap acuh tak acuh tidak perduli dengannya. Hanya kakaknya yang selalu baik padanya, seketika dia mendadak merasa sedih mengingat hal itu.
"Kak? Kakak..? Kakak tidak apa apakan kok malah diam, aku lancang ya kak. Maaf deh ya kak, aku gak bermaksud ikut campur masalah pribadi kakak!?" ucap Sofia merasa bersalah dengan kelakukannya sendiri yang selalu kepo dan banyak omong.
"Eh.. I.. Enggak Nona. Saya tidak apa apa, tidak usah meminta maaf. Nona tidak bersalah hmm, saya pindah ke London dari Sicilia cuman alasan ingin hidup lebih baik saja. Saya hanya tidak ingin memberatkan orangtua saya saja, cuman ingin hidup mandiri" kata Sersi menjelaskannya secara garis besar.
"Gitu ya kak, kakak hebat. Aku kira kakak ada problem, maaf ya! Aku kadang suka ceplas ceplos maklumin ya! Hehe, kakak sekarang umurnya berapa? Aku liat sih kakak masih muda keknya??".
"Saya baru masuk 22 tahun ini Nona".
"Pantesan kita cuman beda satu tahun aja. Aku baru 21. Senengnya serasa punya temen, makanya aku merasa akrab sama kakak. Umur kita juga gak jauh ya!" tutur Sofia mengutarakan kebahagiaannya.
"Oh iya Nona, maaf kalo saya lancang. Tuan Besar itu ehmm? Pemilik sah AR Groupkah? Saya lihat Tuan Besar seperti sedang sakit parah terlihat seperti sudah lama dirawat, memangnya sudah berapa lama berada di rumah sakit portland?" akhirnya Sersi memberanikan diri menanyakan ini terhadap Sofia, karena dia merasa penasaran berat. Makanya dia butuh jawaban.
"Hmm.. Bukan kak. Perusahaan AR Group tempat kak Sersi bekerja, murni milik kak Alexander. Perusahaan itu dia bangun semenjak dia masih kuliah dulu sampai sekarang. Yang di rumah sakit itu papah aku dan kak Alexander, papah sudah dirawat lama sudah hampir satu tahun papah mengidap kanker selaput otak yang sulit disembuhkan. Perusahaan papah beda lagi tapi sama sama berada di London, yakni A2 Corporation kak. Makanya aku disuruh kak Alexander untuk belajar tentang bisnis, karena bilamana papah gak ada aku yang akan memimpin diperusahaan papah" tuturnya dengan raut wajah sedih.
"Maafkan saya Nona" jawab Sersi merasa menyesal telah menanyakan ini pada Sofia,yang membuat raut wajah perempuan itu sedikit murung.
"Sudahlah kita makan dulu kak, ini bibi udah bawain makanan. Setelah itu kita nonton bareng ya, sambil aku belajar bisnis di perusahaan" ucap Sofia menunjukkan semangat yang membuncah.
Sersi pun mengangguk dan mengiyakan perkataan Sofia. Mereka pun akhirnya makan bersama berdua disana, sambil beberapa kali mengobrolkan tentang segala macam yang membuat mereka tertawa-tawa. Dengan sambil belajar bisnis perusahaan, saking asyiknya sampai sampai mereka tidak menyadari hari sudah larut malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.
Mereka pun mengakhiri aktivitas mereka menonton drama dan membahas seputar bisnis, untuk segera pergi tidur ke kamar masing masing.
"Nona, ini sudah pukul 10. Sebaiknya kita segera tidur, besok Nona akan pergi kuliah. Saya pun harus bekerja ke kantor besok" ucap Sersi menyudahi acara mereka.
"Oh masa? Eh iya juga ya, ya sudah aku pergi tidur dulu ya kak. Besok kita sambung lagi belajar bisnisnya, makasih ya kak. Selamat malam" kata Sofia dengan senyum tulusnya.
"Selamat Malam Nona!" jawab Sersi pula.
Mereka berdua pun bangkit dan meninggalkan ruang tv untuk pergi tidur ke kamar masing-masing.
Flashback Off ...
Sersi pun kini memikirkan semua yang telah dia ketahui dari Sofia. Angin dingin yang berhembus menerpa tubuhnya, seolah tak terasa dingin olehnya walaupun dia sekarang sedang menghadap jendela. Melihat keadaan malam kota London dari atas sini.
'Apa Tuan Besar meminta sesuatu sebelum dirinya pergi sama Tuan Alex. Apakah Tuan Alex memintaku untuk kawin kontrak karena ayahnya yang sedang sakit ya?' batin Sersi menerka-nerka alasan yang logis. Mengaitkan keping demi keping yang dia temukan akhir-akhir ini.
'Tapi kenapa harus menikah pura-pura, apa dia tidak memiliki kekasih manapun. Apa Tuan Alex memiliki kelainan sexual?' pikiran Sersi membuat praduga yang lain, karena dia mengingat perkataan Alex waktu itu ketika dia mengajaknya untuk kerjasama kawin kontak itu.
Dia masih sangat mengingat jelas, bahwa Tuannya menyuruhnya untuk pura-pura menjadi kekasihnya dihadapan ayahnya. Apa alasannya untuk membahagiakan ayahnya di detik-detik terakhirnya kah. Hmm ini, membuat hati Sersi bimbang dan merasa aneh...
"Ah, tapi apa peduliku. Aku tidak ada urusan" dia berbicara sendiri, sambil mengetuk ngetuk kepalanya, kemudian menutup kembali jendela dan pergi berbaring lagi diatas kasur.
________
Dibelahan Negara Jepang...
Pasukan Jirosama dan Alexander berpulang kembali ke Hokkaido dengan perasaan puas karena telah mengalahkan klan pemberontak yang dipimpin oleh Eren.
Namun, tidak dengan Jirosama yang tidak ikut merasakan kebahagiaan itu. Walaupun dia telah memenangkan peperangan, namun hatinya tidak bisa puas akan hal ini. Karena dia telah melanggar janji pada ibu asuhnya, yakni ibu kandung dari Eren yang telah memberikan pesan pada Jirosama dulu saat ia sedang sakit terbaring lemah dirumah tempat tinggalnya dulu di pedesaan.
"Jirosama. Kau tidak bersalah sepenuhnya, kau tidak melanggar janjimu. Selama beberapa tahun kau sudah menjaga saudara sepupumu dengan baik" ucap Alexander menepuk bahu sahabatnya itu. Kini dia telah melepas topengnya, karena sudah tidak lagi perang dan kini mereka sedang berada dalam mobil untuk pulang kembali ke Hokkaido.
"Hmm, tapi aku telah melanggar janjiku pada bibi Fengyue" jawab Jirosama. Hatinya sedikit sakit, ketika mengingat teriakan menyayat hati Eren yang tertancap pedang samurainya tadi.
"Sudahlah, mungkin Eren sudah mengambil takdirnya sendiri. Dia dibutakan oleh rasa iri, dan membuat pikirannya menjadi gelap. Jika kita biarkan seluruh klan yang berada dibawah naunganmu jatuh ke tangan Eren seluruh anak buah akan bersikap brutal jika dia yang memimpin. Cara memimpin dia sangat buruk sekali Jirosama. Bersabarlah" tutur Alexander.
Jirosama pun tidak lagi menjawab dan kemudian diam, memikirkan perbuatannya barusan. Merasa menyesal telah melanggar janjinya pada bibi Fengyue, menyesal membunuh saudara sepupunya sendiri. Dan merasa marah pada keadaan ini, mengapa semuanya harus seperti ini.
Sedangkan Alexander, kini tengah memikirkan seseorang yang sedari tadi menggelitik pikirannya. Dia memikirkan seorang wanita yang beberapa bulan ini sudah bersamanya setiap hari, walaupun hanya sebatas ditempat kerja dan bukan siapa-siapa namun tetap Alexander merasa ada yang kurang jika tidak melihatnya.
'Apakah Sersi akrab dengan Sofia, Sofia tidak mengirim pesan apapun' batin Alexander bergumam.
"Samuel,mana ponselku?".
"Ponsel Tuan saya simpan di dashboard samping mobil Tuan, saya offkan tadi" jawab Samuel dari kursi depan dekat supir.
Alexander pun melihat ke dashboard mobil, dan benar saja ponselnya tergeletak disana. Dia pun mengaktifkan ponselnya dan membuka aplikasi pesan. Untuk mengetahui apakah perempuan itu membantah perintahnya atau tidak, bisa saja kan dia tidak mau menuruti adiknya karena memang diluar tugasnya.
[Sofia, bagaimana keadaanmu dirumah? Apakah Sersi menemanimu? Dia mengajarimu dengan baik? Jika dia galak terhadapmu beritahu kakak ya!]
Pesan pun dia kirimkan ke adiknya Sofia, entah dia harus bagaimana. Ingin mengirim pesan ke sekretarisnya itu, dia tidak memiliki nomor ponsel pribadinya. Dia juga terlalu gengsi melakukan itu, karena tetap saja Alex menyangkal perasaannya terhadap Sersi.
Padahal sudah jelas-jelas dia menyukai sekretarisnya itu, terbukti dari dirinya yang tiba-tiba memikirkan gadis mungil itu.
Begitupun dengan Sersi, tiba-tiba kepikiran Alex begitu saja.
Di tempat berbeda, di waktu yang berbeda namun tetap sama - sama memikirkan satu sama lain tanpa mereka ketahui masing-masing.
******
6 hari berlalu, Alexander di Jepang. Membantu Jirosama membereskan kekacauan bekas pertempuran tempo lalu di Kamakura. Kini klannya telah aman dari ancaman, dan semua klan yang berada dibawah naungan Klan Naga Emas telah bergabung kembali.
Sudah saatnya dia pulang kembali ke London, Alex merasa dia sudah cukup membantu banyak disini. Dan sisanya Jirosama bisa mengatasi. Jadi hari ini dia berencana akan pulang kembali ke London, ingin segera menemui adik satu-satunya, menengok papahnya yang sudah siuman dirumah sakit, dan seseorang yang membuat hatinya tergelitik. Dia ingin melihat gadis itu, Sersi yang telah membuatnya sedikit demi sedikit melupakan luka hati yang ditorehkan oleh Ellea.
Alexander menghampiri Jirosama yang sedang bermain dengan kedua anaknya, dan memanggilnya pagi ini dia akan berpamitan pada teman sekaligus rekan bisnisnya ini.
"Jiro.." ucap Alexander memanggil Jirosama, membuat Jirosama menghentikan acaranya yang sedang bermain dengan kedua anaknya lalu menghampiri Alexander.
"Kau sudah bersiap, apa kau akan berpulang?" tanya Jirosama pada temannya itu, karena Alexander sudah berpakaian rapih dan menenteng tas yang berisi barang-barangnya dia sudah kemas kemas.
"Ya, sudah saatnya aku pulang kembali ke London. Tugasku disini sudah selesai kurasa, sisanya kau bisa atasi sendiri. Papahku sedang membutuhkanku, pagi ini aku akan pulang begitu juga semua anak buahku."
"Baiklah, terimakasih kau sudah mau membantuku. Kau sangat banyak berperan disini, lain waktu mainlah kesini."
"Ya sama sama, yes lain waktu. Aku berangkat sekarang Jirosama. Pesawatku sudah berada dipangkalan pesawatmu, semoga kedepannya kita menjadi saudara. Jangan sampai penghianatan terjadi lagi diantaramu dan diantara kita, bisnis is bisnis. Kau pahamkan maksudku?" tanya Alexander tersenyum.
"Ya senjatamu aku akan mengedarkannya, bisnis tetaplah bisnis. Peganglah janjiku!" jawab Jirosama yakin dengan janjinya.
"Baiklah, aku pergi dulu."
"Oke, hati hati Alex."
Alexander pun memberikan pukulan di punggung Jirosama, mereka berpelukan cool sebelum Alexander melenggang pergi meninggalkan kediaman Jirosama. Alexander, dan Samuel sang bodyguard sekaligus sekretaris kantor pulang kembali menuju London Inggris. Namun Pierro dan anak buah Alexander yang lain, kembali ke Italia kembali ke markas senjata LexBlack.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments