IPAR BERMULUT SERIBU

IPAR BERMULUT SERIBU

1.Halal

"Akhirnya kita halal mas" ucap Tyas sembari membersihkan make up yang menutupi wajah manisnya seharian.

"Iya yank? Sekarang Uda bisa peluk kamu?" Balas Said mendekap istrinya dari belakang.

"Capek sekali rasanya? Gimana orang yang menggelar resepsi sampai berhari-hari, haduh gak kebayang capeknya" keluh Tyas kepada Said yang sekarang menjadi suaminya.

Said tidak menanggapi ucapan istrinya, hanya saja dia terus menyandarkan kepalanya pada tengkuk istrinya yang putih bersih, sesekali gemas sambil menggigit kecil.

"Mas? Masih banyak orang dirumah, malu aku tu kalau pagi-pagi kelihatan basah rambut" sambil menghindari suaminya yang tenyata terlihat agresif sampai membuat bulu disekitar lengan dan tengkuk merinding.

"La kamu istriku,terus kalau rambut basah apa bisa dipastikan habis melakukan hubungan, bilang aja selesai datang bulan. Beres yank?" Rengek Said seperti anak kecil.

Tyas yang mendengarnya mencoba menyembunyikan kegugupannya, padahal hati dan otaknya mengantarkan hayalan-hayalan yang semangkin membuat dirinya ngeri sendiri.

"Aku mau kekamar mandi" ucap Tyas sambil melepaskan dekapan suaminya.

"Jangan lama-lama ini Uda malam? Awas kalau kamu melarikan diri" Said berucap sambil kedua tangannya memegang rahang istrinya dengan lembut dan gemas.

"Kamu tu mesum! Mata kamu mas dikondisikan jangan menatap yang aneh-aneh" Tyas melengos pergi meninggalkan suaminya dengan wajah merah dan malu-malu.

Sementara suaminya terkikik sendiri melihat tingkah lucu istrinya. Dia berucap syukur karena Allah memberikan seorang wanita yang tulus mencintainya walaupun ada tindakan buruk yang belum pernah diberitahukan oleh Tyas Dirinya hanya menyimpannya sendiri dan belum siap kehilangan istrinya.

Sementara dikamar mandi Tyas masih memegang dadanya karena dia belum dapat mengatur detak jantungnya yang kian berdetak sangat cepat. Gugup dan bingung yang dia rasakan.

"Padahal Uda sering ketemu? Ya memang sih gak pernah bersentuhan tapi masak iya sih segugup ini aku, ya Allah aku malu? Gimana cara nutupinnya biar gak kelihatan norak" Tyas berbicara sendiri dikamar mandi dengan sesekali mengguyur sisa-sisa make up-nya. Namun ada sesuatu yang dirasakan dari dalam tubuh.

"Dih kok jadi kebelet sih? " Langsung ia menyelesaikan hajatnya. Namun saat dia menaikkan pakaian dalam bagian bawah Dia terkejut, tapi juga membuat hatinya sedikit lega.

Tyas pun kembali ke kamar, sambil berpikir jawaban yang pas saat suaminya bertanya.

Kreeettt.. suara pintu dibuka dengan perlahan sehingga mengejutkan said yang sedang asyik berbaring melihat handphonenya. Namun yang membuat Tyas curiga said terlalu buru-buru menyembunyikan handphonenya dibalik bantal. Tyas dengan penuh selidik menatap wajah suaminya.

"Ih mata kamu yank, tajam!! Ngeri aku lihatnya. Sini biar mas makan" said dengan cepat menarik tangan Tyas.

Tyas pun memberontak dan tidak mengindahkan ucapan suaminya. Dengan cepat Tyas mengambil handphone yang disembunyikan oleh suaminya.

Wajah said pun tiba-tiba tegang.

Tyas terus mencari folder yang baru saja dibuka dari handphone itu. Tidak butuh waktu lama karena saat kotak kecil di sudut kanan handphone itu diklik muncul folder chrome. Langsung saja diklik oleh Tyas.

Saat folder terbuka mata Tyas membulat sempurna, dengan wajah sedikit memerah, bagaimana tidak ternyata said membuka pencarian dengan kata kunci (Cara melakukan malam pertama menurut Islam dan tidak terlupakan) .Dia langsung kembali dan membuka aplikasi hijau bergambar telepon. Setelah terbuka dia melihat beberapa pesan dari teman said lalu matanya tertuju pada obrolan group yang masih terus terlihat aktif. Dia pun meminta izin pada suaminya untuk membuka aplikasi WhatsApp. Ya walaupun dia sudah membukanya terlebih dahulu, namun untuk membacanya dia ingin memastikan jika suaminya tidak keberatan.

"Mas boleh aku buka WhatsApp kamu" ucap tyas lembut kepada Said.

Said yang juga belum tahu tentang isi pesan itu mengiyakan saja.

Dengan cepat Tyas membuka obrolan group terlebih dahulu

[Id malam pertama ini kamu harus buktiin ke istrimu, ya minimal 1 jam lah.. karena kalau kamu cuma kasih waktu sekian menit. Aduhh bisa-bisa kamu ditinggalkan nanti] pesan tertulis dari Diki temannya.

[Aduh Ki gayamu? Said pasti manjain istrinya. Kaya dia manjain trailnya] Bayu tertulis namanya di obrolan itu.

[Woy jangan pada ganggu!! Si said masih menikmati surga dunia, sebentar lagi dia akan jadi singa yang melolongkan suaranya di akhir makannya? Yang buat Tyas merinding dan berteriak] Tyas melihatt pesan itu dari Adi. Orang yang dulu juga sempat dekat dengan Tyas.

"Resek banget temenya mas said"  ucap Tyas dalam hati.

"[Oh yes oh no no no no no] kini pesan itu tertulis dengan nama mbak Evi.

Mulut Tyas membulat lalu mengembalikan obrolan dan langsung mengecek nama mbak Evi, lalu dia melihat profil seorang wanita dengan anak laki-laki kecil.

"Mas ini siapa!" Ucap Tyas dengan wajah marahnya. Namun saat dia marah dengan wajahnya yang sedikit dia majukan kearah suaminya. said Mala semangkin suka dan gemas.

"Oh itu? Istrinya bang Dedi? Kenapa" ucap said santai sambil memeluk pinggang istrinya.

"Kenapa dia bisa ada dgroup obrolan bersama teman lelakimu" kini Tyas berucap sambil melepaskan tangan suaminya yang terus menggoda bagian tubuhnya.

Said tidak menjawab, hanya terus menggoda istrinya.

"Mas aku serius tanya kamu!" Kini ucapan Tyas sedikit tegas dan matanya menatap curiga.

"Itu bang Dedi, terkadang dia kalau hp dipake anaknya, balasnya pake nomor istrinya. Ntar kalau anaknya pakai hp istrinya dia balas pakai nomornya sendiri. Apalagi dia adminya jadi suka-suka dia mau dibuat gimana itu group. Ehmm kamu cemburu ya?????" Kini said menatap mata dan wajah istrinya yang terlihat malu-malu.

"Ih gak lah? Aneh aja soalnya? Apalagi pesannya itu mencolok banget di group, geli aku bacanya" sambil merinding Tyas mengungkapkan isi hatinya.

" Biar gak geli baca yang gituan, mending kita main bareng" ucap said mengelitik perut istrinya

Sehingga membuat Tyas memekik dengan suara kerasnya. Bisa jadi orang yang berada di ruangan tengah mendengar suaranya. Tyas terus meronta karena dia orang yang tidak bisa di gelitik.

"Mas Uda aku capek? Sakit perutku" ucapnya ampun.

"Tidur aja yuk" ucapnya sambil membelakangi tubuh suaminya.

"Ohh rupanya istriku ini orangnya gak suka basa-basi, mau langsung aja ya" ucap said memeluk istrinya dari belakang.

"Tahu gak dosa buat istri-istri yang tidur membelakangi suami" ucapnya kembali.

"Astaghfirullah halazim" Tyas berucap sambil membalikkan tubuhnya. Siapa sangka wajahnya Mala menabrak dada bidang suaminya. Yang tidak menggunakan atasan, Ntah kapan pria itu membuka kaosnya.

"Mas kok gak pakai baju emang gak dingin" Tyas mencoba berucap santai, padahal hatinya seperti orang yang gelisah terlihat dari wajahnya yang memerah.

"Ohh jadi kamu dingin, iya mas juga jadi dingin kalau gak pakai baju gini? Bagi selimut boleh kan?" Sambil masuk dan menggenggam tangan istrinya.

Tyas yang terlihat gugup saat tangannya di genggam, langsung menutup matanya rapat dan menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan untuk mengatasi rasa gugupnya.

"Kok tangan kamu dingin yank, terus matanya kenapa ditutup rapat-rapat gitu, kelihatan banget bohongnya. Ini lagi nafas kamu itu buat aku merinding, jangan di tiup ke dadaku?" Ucap said menggoda istrinya.  "Oh ya detak jantungmu kedengaran ditelingaku yank, kamu gak pengen dengar" kini kepala said dengan sengaja menyandarkan di dada istrinya hanya untuk mendengar detak jantung.

Tapi perbuatannya membuat Tyas merinding dan seperti orang gelisah yang dia sendiri tidak tahu mengapa bisa seperti itu.

(Padahal aku Uda siapin kata-kata buat mas said agar menjauh sementara dariku, tapi mengapa bisa jadi begini) keluh Tyas didalam hati.

"Jangan gugup, mas gak terburu-buru. Santai aja" ucap said mencoba menenangkan hati istrinya. Padahal dia sendiri juga sedang mengatur jantungnya yang terus bergejolak.

Said pun mencoba mencium kening istrinya dengan lembut untuk pertama kali. Begitu juga dengan Tyas yang baru pertama kali disentuh oleh seorang lelaki yaitu suaminya. Lalu said melanjutkan mencium mata istrinya, hidung dan pipi. Lalu perlahan bibirnya menyentuh bibir istrinya.

Sepontan Tyas kaget dan langsung membuka matanya. Namun dengan cepat said mencoba lebih dalam ******* bibir istrinya.

Tyas yang tadinya malu lalu mencoba belajar mengimbangi ke agresifan suaminya. Hingga keadaan tidak lagi dingin, lalu said mencoba menciumi leher jenjang istrinya dan sesekali menggigit hingga meninggalkan bekas kemerahan.

Kini said mencoba membuka kancing piyama milik istrinya, namun tangan Tyas mencoba menahan dengan mata yang masih terpejam.

"A-aku gak bisa mas" Tyas tetap mencoba menepis tangan suaminya.

"Kenapa? Jangan takut?" Said mencoba menenangkannya.

Tyas tidak lagi dapat membalas ucapan suaminya, karena said mengecoh konsentrasinya. Said seperti mendapatkan mainan barunya, terus saja memanjakan istrinya dengan lembut agar Tyas tetap merasa nyaman saat berada didekatnya. Kini pakaian bagian atas Tyas juga sudah terbuka hanya meninggalkan pakaian dalam saja. Lalu said mengkecup bagian perut yang rata, sehingga membuat Tyas terkejut dan geli.  Said tidak menghiraukannya, Mala semangkin gemas dengan ekspresi yang ada di wajah istrinya.

Lalu tangannya beralih ke celana tidur milik istrinya namun lagi-lagi tangannya ditepis oleh Tyas.

"Mas aku gak bisa ?" Kembali Tyas mengatakan tidak bisa.

"Kenapa? Kamu takut? Gak apa-apa kita santai aja. Atau kamu mau minum" rayu said.

Tyas hanya menganggukkan kepala tanpa menjawab apapun. Said langsung mengambil air putih di meja rias istrinya.

"Mas untuk malam ini aku gak bisa? Aku sedang datang bulan" ucap Tyas dengan hati-hati.

Said yang mendengar pun langsung menoleh ke arah istrinya.

"Kamu gak lagi bohong kan? Jangan karena takut kamu menunda ini yank?" Said kembali merayu sambil menggenggam tangan istrinya.

Tyas pun menggeleng.

"Kalau mas gak percaya, mas boleh lihat? Tapi apa tidak menjijikkan jika aku harus kasih tahu" Tyas menunduk ditepi ranjang.

"Aku gak jijik, tapi itu gak perlu aku percaya kamu?" Said memeluk lalu mencium kening istrinya" kalau begitu sekarang kita istirahat, besok pekerjaan kita banyak. Pasti dandang besok jatah buat kita, simpan tenaga banyak ( dandang adalah istilah panci besar yang untuk menanak nasi).

Tyas pun bangkit dan beranjak ingin kembali membaringkan tubuhnya ke ranjang.

"Yank?" Said menghentikan langkah istrinya.

"Iya mas?"

"Aku percaya dengan kamu, jadi gak perlu nunjukin juga" ucap said menggoda istrinya.

"Terimakasih mas?"  Kini Tyas kembali ingin menaikkan kakinya.

(Sepertinya dia gak sadar, kalau PMS nya menodai celananya) batin said sambil melihat istrinya.

"Yank? Kamu tembus coba kamu lihat," kembali said menghentikan langka Tyas.

"Astaghfirullah halazim mas, aku belum pakai pembalut, lupa stok aku, Uda malam begini pakai apa coba" ucap Tyas bingung.

Said berfikir sejenak lalu melihat jam tangan yang terletak dimeja rias istrinya.

"Belum tengah malam tepat, aku akan ajak Diki buat cari di indomaret " ucap said sambil mengenakan bajunya kembali.

"Oh jadi temenmu yang ikut nginap di resepsi kita salah satunya Diki? Pantesan jahil, yang mana sih orangnya, lagian kenapa mesti sama dia sih mas! Kan bisa sama aku" kini Tyas merajuk.

"Yank kamu dalam keadaan begitu emang bisa ditahan keluarnya, ntar kalau kamu disana banjir-banjir Gimana?"

"Ya udah deh? Tapi jangan beritahu temenmu kalau beli pembalut, bisa di ejek kita". Kembali Tyas memberitahukan idenya kepada said.

"Iya iya. Y Uda istirahat dulu ya.."

Said pun beranjak pergi meninggalkan kamar istrinya.

(Kenapa ide selesai datang bulan Mala jadi beneran datang bulan sih) gerutu said dalam hatinya.

"Mau kemana id?" Ucap buk Surti ibu dari Tyas.

"Keluar sebentar buk cari keperluan buat Tyas, mendadak sakit" ucap said sembari tersenyum.

Kakinya pun melangkah ke ruang tamu mencari keberadaan temannya. Ternyata Diki tidak ada, yang terlihat hanya keluarganya saja yang sudah terlelap, kakinya pun melangkah keluar, ternyata Diki berada di luar bersama keponakan Tyas yang umurnya sekitar 20 tahun.

"Lo om mau kemana?" Ucap Farid melihat ke arahku.

"Mau ke Indomaret sebentar, ada yang harus dicari,  kamu dik aku cari-cari juga" said berjalan ke arah mereka sambil menepuk punggung Diki.

"Aku tahu yang kamu cari? Besok aja lah, puasa dulu aja puasa?" Ucap Diki cengengesan sembari makan kacang sambil berjongkok.

"Sebentar ini darurat?" Said menarik kera baju temannya.

"Aku masih dapat hukuman ini, lihat kartuku bagus ini"  Diki pun tak tinggal diam saat dipaksa oleh said.sengaja dia mengambil kotoran hidungnya lalu di letakkan dilengan temannya.

"Ih jorok nyong" ucap said sambil menjitak kepala temannya.

Saat bersamaan kartu Diki dinyatakan sebagai pemenang, akhirnya salah satu dari mereka yang ikut main menggantikan posisi Diki yang berjongkok.

"Ayuk! Malam pertama bukannya main sama istri, Mala gangguin temen, kamu tahu gak ini malam jum'at, kamu gentayangan kaya kuntilanak" cericos Diki sambil memakai sendal dan berjalan untuk menaiki sepeda motor yang dipakai said.

"Huss kebiasaan cangkemmu" ucap said meremas bibir Diki. (Cangkem itu maksudnya mulut)

"Om lewat jalan sana aja, dari sini agak serem" goda Farid kepada said dan Diki.

Said dan Diki saling bertatapan.

"Hahahah lawak " kini Farid cengengesan merasa tidak bersalah.

Said dan Diki pun beranjak pergi meninggalkan halaman rumah Tyas menuju Indomaret yang tidak terlalu jauh dari rumah Tyas.

"Cari apaan sih tengah malam gini, kembang, apa menyan" Diki kembali berucap yang sama sekali tidak disukai said.

"Jangan sampai kuturunkan disini kamu dik, ngomong kok ngasal" ucap said menambah kecepatan pada sepeda motornya.

Tidak ada lagi yang dikatakan Diki sepanjang perjalanan. Sampailah mereka dihalaman Indomaret, segera said dan Diki masuk mencari apa yang dicari.

" Jangan-jangan kamu cari Kon**m kan?" Lagi-lagi Diki berucap seenaknya saja.

"Aku udah Halal, ngapain pakai begituan, emangnya kamu gak bertanggungjawab, aku coba lihat, halalin dulu baru sentuh" said membalas Diki dengan ucapan menyindir.

Cukup lama said dan Diki muter-muter mencari sesuatu tapi belum dijumpai.

"Kamu cari apa biar kubantu" ucap Diki gak sabar.

"Janji kamu jangan lemes ya" ucap said memastikan temannya."tapi gak jadi, aku tanya kakak itu aja".

Said berjalan menjauhi Diki , sementara Diki mengikuti dari arah gang lain. Sengaja ingin menguping pembicaraan temannya.

"Ehmm mbak? Ehmm anu, ada pengaman buat wanita" ucap said kepada salah satu pekerja.

Wanita itu terkejut dan bingung menjawab pertanyaan said

"Maksudnya gimana bang? Pengaman wanita tidak ada, adanya di bidan bang, atau di apotek, tapi kalau pengaman buat pria ada bang" ucap pekerja tersebut.

Diki yang menguping cengengesan mendengar temannya menanyakan soal pengaman. Tapi dia tetap menunggu ucapan said kembali.

"Dih gak mungkin aku pakai begituan, itu Lo mbak? Apa sih itu, yang suka ada iklannya di TV, aku tahu tapi kok susah ya bilangnya" ucap said bingung.

Diki yang paham kemana arah pembicaraan said langsung nongol.

"Pembalut mbak? Letaknya dibagian mana ya?" Ucap Diki kepada wanita pekerja itu.

"Ohh pembalut.. disana bang, mari saya tunjukkan." Pekerja itu berjalan mendahului dan berhenti di sudut ruangan.

"Itu  bang, dipilih aja mau yang mana? " Lalu wanita itu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Yang mana ya, kira-kira yang mana dik?" Said tambah dilema melihat semua merk-nya.

"Tadi gak butuh, sekarang tanya!! Aku mana ngerti? Tapi tunggu aku tanya Wulan dulu" ucap Diki.

"Wulan siapa?" Said tambah bingung.

"Mbak yang tadi namanya Wulan?"

"Sok tahu kamu." Said melengos.

Diki Berjalan sedikit kearah depan..

"Kakak Wulan?" Ucap Diki lembut.

"Iya bang, eh kok kenal ya?" Wanita itu malu-malu.

"Butuh bantuan ni.. boleh minta waktunya sebentar?" Goda Diki.

"Boleh, apa itu? " Wanita itu menghampiri dan mulai mengikuti langkah Diki yang mengarah kearah said.

"Gini kak? Temenku cari pembalut buat istrinya, yang bagus yang mana ya, atau yang biasa dipakai banyak wanita" Diki berkata dengan luwesnya kepada lawan bicaranya.

Kini wanita yang bernama Wulan itu mala jadi malu atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Diki

"Ehmm istrinya gak bilang merk-nya apa ya bang, atau biasanya pakai yang biasa atau yang bersayap gitu" ucap wanita itu lagi.

Kini Diki terkikik dan said bingung

"Saya terlepon dulu mbak?"  Ucap said sembari pergi sedikit jauh untuk menghubungi istrinya.

Sementara Diki Mala menggoda pekerja yang bernama Wulan.

"Mbak mau kemana? Sini dulu aja, ntar kalau temen saya butuh bantuan gimana?" Wanita itu hanya mengangguk.

"Oh ya kak temen saya baru nikah hari ini, harusnya malam pertama Mala gak jadi, kasian saya lihatnya" ejek Dani dibelakang temannya.

"Bang tapi kelihatan polos temennya, pasti setia tu orangnya" sindir wanita itu sambil matanya melirik ke Diki.

"Saya juga polos kak? Tapi untuk tahu sesuatu juga bukan berarti berpengalaman kak, kan edukasi" gaya Diki dengan percaya diri.

"Ih Abangnya sewot, merasa ya bang ya?" Ejek wanita itu menimpali perkataan Diki

"Ih kakak ini, ya gak lah.. oh ya kak Wulan orang mana?" Ucap Diki basa-basi.

"Dekat sini kok, oh ya kok tahu nama saya Wulan"

"Tu dari nametag nya" balas Diki. "Oh ya bole gak minta nomor WA nya"

"Pekerjaan kami di awasi oleh CCTV bang" tolaknya halus.

"Oh gitu? Gini aja deh, kakak boleh balik ke pekerjaan kakak, tapi ntar selipin di kantong belanjaan kami nomor kakak"  rayu Diki.

"Ehmm ok deh, kalau begitu saya kembali bekerja ya bang" ucap wanita bernama Wulan"

Dari kejauhan said pun kembali ketempat Diki menunggu.

"Gimana, mau jalur darat apa jalur udara" ucap Diki.

"Maksudmu?" Jawab said bingung.

"Ya yang bersayap apa yang biasa" goda Diki.

Ternyata wanita bernama Wulan mendengar percakapan mereka sambil terkikik saat merapikan rak yang tidak jauh dari tempat said dan Diki berdiri.

"Ini aku dikirimi foto ini, habisnya penjelasannya buat bingung, merk-nya itu bacanya buat bingung, belum warnanya lagi, ukurannya juga" ribet banget wanita.

"Sini biar aku yang cari!" Diki merebut ponsel temannya sembari melihat dan mengambil dua wadah dan memberikannya kepada said.

"Kok dua" said mengernyitkan alisnya.

"Wanita itu PMS normalnya 7 hari, setidaknya satu hari 2 Sampai 3x ganti, itu juga belum tentu cukup." Lalu Diki berhenti berucap karena ada wanita yang sedang memperhatikan dirinya. " Ehmm masak kamu gak tahu soal itu, kelihatan banget sekolah sering bolos"  kembali Diki meralat ucpannya.

"Aku selain sekolah soal cewek juga aku gak paham. Emangnya kamu yang sering" tiba-tiba mulut said berhenti karena Diki langsung menyerobot belanjaan Diki dengan cepat, sembari berkata.

" Sering disayang guru kan?  Uda yuk , bisa jadi habis kamu pulang kelamaan, apalagi kata orang cewek kalau PMS suka marah-marah" ucap Diki sambil jalan mendekati kasir.

Mereka pun membayar belanjaan, Diki terus menatap wanita yang bernama Wulan.

"Tunggu aku mau beli cemilan dulu," Diki kembali ke rak cemilan yang sedang disusun oleh Wulan.

"Uda ditulis belum, kamu Uda janji lo, tahu hukum janji kan" Diki tidak kehabisan cara.

"Saya tidak pernah berjanji bang?" Ucap wanita itu tidak mau kalah.

"Kakak Uda bilang ok deh. Itu tandanya iya. Jadi harus tanggung jawab"

"Y Uda tunggu sebentar " wanita bernama Wulan jalan mendekati meja kasir.

Diki pun menenteng belanjaannya ke arah kasir juga.

Wanita bernama Wulan itu menuliskan sesuatu pada kertas lalu memasukkan kedalam kantong plastik belanjaan mereka.

Akhirnya mereka pun bergegas pulang sambil menenteng belanjaan, tapi Diki meminta said agar dia yang terus menenteng belanjaan sampai kerumah dengan alasan takut cemilannya dimakan oleh said.

Saat di jalan masuk gang ke rumah tyas, Diki di kejutkan bayangan putih dari arah kebun kelapa sawit.

"Id itu apaan, astaghfirullah, Allahuakbar, laillahaillallah.."

"Apaan sih" spontan said pun melihat kearah yang dilihat Diki. Lalu mereka terkejut bersama dan langsung tancap gas dengan kecepatan tinggi. Untung saja jalannya sudah rapi dan tidak ada lagi kendaraan yang berlalu-lalang.

Sesampainya dirumah mereka disambut Tyas dan teman yang lain.

"Kenapa ngos-ngosan gitu, kaya dikejar hantu kamu mas, padahal kan naik motor?" Ucap Tyas

"Husss memang kami dikejar setan? Tu dekat kebun sawit sebelum jembatan" ucap Diki .

Kini Tyas dan Farid tertawa bersama sambil terpingkal-pingkal. Bahkan Farid sambil jongkok berdiri mendengar kelanjutan cerita kami.

Tyas pun tertawa sambil mengeluarkan airmata

"Apaan sih Mala tertawa" ucap mas said dan Diki sambil dengan mata kesal

"Itu si parmen mas, orang yang kurang waras dikampung ini? Kerjanya cari barang bekas sambil nakuti orang pake karung goni yang dia Bawak kalau malam hari" ucap Tyas sambil memegang perutnya.

"Pantesan suara ketawanya lucu" ucap Diki menimpali perkataan Tyas.

"Lucu tapi mukul-mukul pahaku, suruh tancap gas paling cepat." Ucap said kesal pada Diki.

"Kaget aku id" ucap Diki mengatur nafasnya.

"Itu yang aku bilang tadi oom, tapi karena aku percaya oom gak mungkin takut hal begituan jadi aku gak bilang"  ucap Farid

"Apa ini" ucap Tyas memegang kertas kecil dari dalam kantong.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!