Asal Buang Sampah

Byurrrrr.....

Tyas yang sedang memasak sayur pagi itu terkejut mendengar suara air yang dibuang dengan sengaja. Namun dia enggan untuk memeriksanya, walaupun suara itu terdengar jelas tepat dibalik dinding dapurnya. Karena segala sesuatu yang menimbulkan suara dari arah luar sekitar rumah pasti kedengaran, sebab rumah yang ditempati Tyas dan said sebuah rumah berdinding kayu dan berlantai semen yang sudah halus. Bahkan kamar mandi pun masih berdindingkan terpal plastik.

Sekitar jam 8 pagi said pun bangun dari istirahatnya, namun saat kakinya ingin melangkah ke kamar mandi, dia kembali kedalam kamar menghampiri istrinya yang sedang membereskan tempat tidur.

"Lo kok balik lagi mas?" Sapa Tyas.

"Kok diluar dapur seperti bau bangkai yank, gak tahan mas mau kekamar mandi". Kini wajah said seperti menahan mual.

"Masak sih? Tadi aku masak gak ada bau apa-apa kok, biar nanti aku periksa dulu ya mas" jawab Tyas dengan senyum mengembang.

Tyas pun segera ingin keluar untuk memeriksa, namun sebelum sampai kakinya di ambang pintu, ia sudah mencium bau yang menyengat. Dengan cepat dia meraih pintu kayu dan keluar memeriksa dibalik dinding dapurnya.

(Mungkin bangkai tikus atau apa ini yah) kini dia sudah ngedumel sendiri sembari berjalan.

Namun betapa terkejutnya dia saat melihat aroma yang berasal. Ternyata ada kulit udang basah yang sudah dihinggapi banyak lalat. Dengan cepat dia kembali kedalam mengambil masker lalu menyapunya kearah tempat pembuangan sampah, bahkan sesekali dia harus memungut sebagian yang tersangkut rumput liar.

(Siapa yang sengaja membuang ini disini, tapi aku yakin ini pasti kak faedah, siapa lagi kalau bukan dia, sementara dikanan rumah ini tidak ada lagi tetangga. Gak mungkin juga Bik Inur yang buang kemari, kurang kerjaan banget dia pagi-pagi sampai buang sampah kemari)

Tyas beragymen sendiri didalam hatinya, baginya yang berani buang sampah di belakang rumah yang ditempatinya pasti faeda. Karena Tyas dan faedah tinggal di atas tanah milik mertua, dan sama-sama ikut dengan suami.

Kakinya kembali masuk kedalam rumah, lalu kekamar menghampiri said.

"Uda mas? Uda aku bersihin, mas ini sekarang sensitif banget, cium bau sedikit mual, muntah"  ucap Tyas kesal.

"Mas juga gak tau yank? Biasanya juga kalau bersihin kotoran sapi biasa aja, sekarang baru sampai kandangnya aja Uda muntah" jawabnya bingung.

"Hemmm aku yang hamil mas yang ngidam sih?, Oh ya jadi kalau Uda begini siapa yang mau bersihin sapi-sapi mas" tanya Tyas kepada suaminya.

"Nanti mas pikirkan, oh ya emang ada bangkai apa si yank, kok nyengat banget baunya" kini said yang kembali.

"Itu mas? Kulit udang basah, sepertinya kak faedah yang buang. Lagian itu ya mas selama dua Minggu disini Uda mulai kelihatan banget gak sukanya sama aku" keluh Tyas.

"Ehmm padahal kamu dulu akrab banget sama dia yank, tapi ambil positifnya aja, mungkin gak sengaja dia" said mencoba memberikan pendapat yang tidak menimbulkan sakit hati dihari Tyas.

"Gak sengaja kok pas banget dibelakang rumah" jawab Tyas ketus.

Said yang melihat wajah istrinya turut sedih, sebenarnya dia memang sudah tahu tabiat kakak iparnya faedah sedari dulu, namun said enggan menceritakan semuanya kepada Tyas, dia ingin Tyas bisa melihat dan merasakan sendiri sifat orang yang ada disekitarnya, tanpa harus dibumbu-bumbuhi.

Tyas yang diberi tanggapan oleh suaminya memutar bola matanya dan kembali membersihkan sebagian rumah yang masih berantakan. Karena said lelaki, jadi biarpun rumah terlihat rapi pada dasarnya dia hanya asal memasukkan barang disatu tempat, pada akhirnya setelah menikah Tyas lah yang membersihkan rumahnya.

"Yank ini dikamar depan barang siapa aja sih! Kalau gak dipakai apa gak bagusan dikeluarin aja,  masak motor busuk, tempat tidur busuk, ini lagi alat-alat bengkel berserakan begini" Tyas berdecak kesal kepada suaminya. Karena sudah dua Minggu tinggal dirumah itu Tyas tidak pernah siap membersihkan rumah itu. Apalagi kamar depan yang sudah seperti gudang penuh dan tidak ada celah lagi untuk bernafas.

"Itu barangnya kak faedah sama sebagian barang bengkel alat berat. Nah yang bawah alat berat itu tinggalnya jauh didalam sana yank, terkadang suka banjir rumahnya. Jadi barangnya dititipkan disini" jelas said kepada istrinya.

Tyas tidak menjawab apapun yang sudah dijelaskan said, dia hanya melanjutkan pekerjaannya membersihkan rumah, padahal dalam hatinya mendongkol.

( Ada-ada saja, mungkin kemarin-kemarin sudah tidak ditempati kak Nana, bisa lah dia sembarangan masukin barangnya. Tapi sekarang kan lain ceritanya, harusnya kalau rumah sudah ditempati lagi oleh orang lain barang yang sudah tidak layak dikeluarin, ini malah sengaja dimasukin. Apalagi ini juga kan bukan rumah dia, masih rumah kak Nana, pantesan sebelum sampai kesini Kak Nana sudah menitipkan pesan terlebih dahulu padaku tentang kak faedah). Tyas ngedumel sendiri didalam hatinya dengan wajah yang tidak enak dipandang.

Saat asik membersihkan rumah, terdengar suara telepon genggam miliknya berbunyi, dengan suara lagu Dali Nissa sabyan yang tengah viral dimasa itu. Saat melihat layar teeleponnya, Tyas tersenyum lalu mengangkatnya.

"Hallo kak, assalamualaikum" jawab Tyas.

"Waalaikum sallam Yas? Lagi ngapain kamu Yas?" Ucap Nana diseberang telepon.

"Lagi bersihin rumah kakak ni, banyak sampah yang Uda gak layak ni, masih disimpan aja" ucap Tyas mengasuh karena sudah berasa capek.

"Sampah apaan Yas, emang barangnya Uda pada hancur ya, buang aja atau jual butut aja kalau gak Yas? " Ucap Nana memberikan saran.

"Masalahnya ini bukan barang kak Nana. Kalau barang kakak masih wajar ada disini, dan kalaupun sudah gak kepakai pasti aku minta ijin dulu kalau mau buang" jawab Tyas cepat.

"Maksudmu barang kak faedah" kini jawaban Nana seperti sudah tahu lama.

"Kakak sendiri tahu darimana barang kak faedah" pancing Tyas kepada kakak iparnya, lebih tepatnya kakaknya said.

"Sudah banyak yang nyampaikan Yas soal itu, tapi Kakak juga enggan negur dia, alasannya kenapa kakak diam, pasti kamu sudah tahu jawabannya apa. Dia orangnya susah-susah gampang, tapi kakak gak mau banyak cerita soal dia, lebih tepatnya biar kamu tahu sendiri aja, tapi kakak mau kasih saran, coba kamu tanya sama dia langsung, kira-kira barang dia masih mau digunakan atau gak, kalau gak bisa lagi setidaknya dijual aja." Saran dari Nana masuk akal juga dalam pikiran Tyas. Namun dia juga masih ragu untuk bertanya, Karena semangkin hari dia sudah mulai mengenali tabiat iparnya itu.

(Yang punya rumah saja enggan apalagi aku) lagi-lagi Tyas membathin.

Karena cerita dari Nana, tadinya dia ingin cerita soal bangkai kulit udang yang sengaja dibuang dibelkang rumah yang ditempatinya. Namun dia enggan karena dia juga belum mengenali siapa Nana, jadi dia lebih memilih jalur aman terlebih dahulu.

Lau mereka mengobrol kesana kemari, serta menanyakan kabar satu sama lain. Nana pun memutuskan untuk mengakhiri teleponnya karena pasti akan mengganggu pekerjaan Tyas.

Selesai Tyas berteleponan, dia bisa lebih cepat mengerjakan pekerjaannya. Sambil menikmati alunan musik yang sengaja ia hidupkan dengan nada yang tidak terlalu tinggi, sesekali dia juga mengikuti suara sang penyanyi. Saat sedang asik dia kembali dikejutkan dengan suara musik dangdut yang begitu sangat kencang, sehingga membuat atap rumah yang terbuat dari seng juga ikut bergetar berbarengan dengan suara musik tersebut.

"Astaghfirullah!!! ,[ Matanya melihat jam yang jarumnya menunjukkan angka di 11:30] sudah hampir tengah hari kok begini amat  ya suaranya. Kayak orang lagi ngedemo minta jatah raskin". Ucap Tyas reflek.

Dia semangkin mengelus dadanya karena dia tahu siapa yang memutar musik dengan suara keras, jelas faedah. Dia pun tak mau ambil pusing, karena sudah hampir tengah hari dia lebih memilih mempercepat pekerjaannya dan mematikan musik yang ada di telepon genggam miliknya.

Tidak berapa lama dia yang sedang asik berkutik dengan pekerjaannya kembali dikejutkan suara musik yang berbeda dan juga tidak kalah saing suaranya dengan suara musik faedah.

"Allahuakbar" ucapnya kembali reflek.

Kini suara musik itu berasal dari arah depan rumahnya, yaitu Murni. Karena pusing dengan suara musik berbeda dia lebih memilih berhenti dari aktivitasnya dan segera melangkah kekamar mandi untuk kembali membersihkan tubuhnya.

Namun lagi-lagi disaat badannya diguyur air dari gayung yang dia pegang, suara orang yang sedang membuang sesuatu dibelakang rumahnya. Dengan tubuh dililit kain yang sudah basah dia mengintip sedikit dari celah terpal kamar mandi. Betapa kesalnya dia mendapati faedah membuang bekas nasi dan sampah kulit rambutan.

Dengan cepat dia mengguyur tubuhnya dengan suara hamburan air yang keras. Dia melakukannya dengan sengaja agar faedah mendengarnya.

( Kelamaan tinggal disini bisa setres aku, ya Allah kuatkan lah iman dan kesabaranku)

---------

Buat para pembaca mohon dong tinggalin komen, jadi author bisa lebih semangat lagi.

Terpopuler

Comments

Kanzun Najah

Kanzun Najah

bagus kak cerita nya seperti nyata gak ada halu haluan disini, salam kenal dari Gresik kak author

2022-09-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!