"pantesan. Ya sudah istirahat dulu yank, mas mau makan dulu ntar mas nyusul. Lagian kamu itu hamil muda jangan terlalu sibuk ngurusin rumah, apalagi ngurusin orang gak penting." Nasehat said kepada istrinya.
"Iya mas?".
Tyas mulai memejamkan matanya, namun sampai 30 menit matanya tidak kunjung terlelap. Lalu ia melirik ke arah said, ternyata suaminya masih menikmati es teh sambil menghisap sebatang rokok yang sedikit jauh dari tempatnya berbaring.
Lalu dia mulai membuka ponsel milik faedah yang katanya ngeblank saat dibuka. Alasan faedah tidak bisa diketuk menunya, dan selalu bicara sendiri.
Tyas yang memang suka otak-atik sedari remaja , mulai menelusuri, ternyata telepon genggam milik faedah menggunakan aplikasi yang dibutuhkan untuk orang tunanetra. Dia pun mengakali, akhirnya sudah bisa dan kembali ia letakkan dimeja. Said yang tahu istrinya belum tertidur langsung menghampiri.
"Yank belum tidur?" Tanya said yang berjalan kearah istrinya.
"Gak bisa tidur yank, ini tadi benerin handphone kak faedah, tapi sekarang sudah selesai." Ucap Tyas lalu meletakkan kepalanya ke tangan said yang sudah berbaring didekatnya.
"Pasti mau nyium ketek lagi. Kamu itu aneh yank, hamil kok sukanya cium ketek, mas aja geli lihatnya. Apalagi kalau masih ada keringatnya, kamu tambah kelihatan girangnya. Gak jorok apa?" Tanya said kepada istrinya.
Namun Tyas tidak mengindahkan ucapan suaminya, justru dia semangkin membenamkan wajahnya di ketiak suaminya. Sambil menarik bulu ketiak dengan gemas, sehingga membuat said tertawa melihat tingkah istrinya. Sesekali said menggelinjang karena geli akibat perlakuan Tyas.
Setelah bersenda gurau, mereka tidur siang dengan lelap.
---------
Beberapa hari kemudian.
"Yank kamu Uda kasih uang tagihan listrik kan sama kak faedah. Jangan sampai telat Lo, tahu sendiri dia itu gimana? Ingat kita masih numpang listrik sama dia". Said berdiri memeluk istrinya yang sedang bergulat di meja dapur.
"Udalah mas? Mala aku kasih setengah bulan sekali sama dia. Aku rasa lebih dari cukup, kita kan gak banyak perabotan yang gunain listrik. Cuma ada lampu sama rice cooker aja." Jawab Tyas yang terus memotong sayuran.
"Ya sudah mas mau lihat sapi dulu ya? Mau dikasih makan dulu., Sudah sore masalahnya. Jadi kalau dikasih sekarang, nanti malam gak ribut " Pamit said pada istrinya.
Tyas mengangguk, dan terus mengerjakan pekerjaannya.
Belum Maghrib menjelang, makanan sudah tertata rapi dimeja, hanya nasi yang belum masak dari tanakannya. Tyas memang lebih sering masak dekat dengan waktu makan, karena said tidak suka nasi yang sudah lama masak. Rasanya kurang enak saat dimakan, itu yang diucapkan said pada Tyas. Akhirnya Tyas menanak nasi lalu pergi kekamar mandi untuk mengambil air wudhu untuk menunaikan waktu Maghrib yang akan datang.
Saat kumandang adzan tiba, Tyas dan said mengerjakan sholat berjamaah dirumah. Setelahnya said duduk sambil membaca buku parenting tentang mendidik anak menurut ajaran agama. Sementara Tyas mengambil Al-Qur'an lalu melantunkan ayat suci dengan sangat indah. Saat keduanya sedang khusyuk tiba-tiba Kendala tiba.
Tep.!!
"Loh yank mati lampu." Suara said terdengar namun wajahnya tidak terlihat oleh Tyas.
"Iya mas? Gak kelihatan, coba aku ambil senter dulu ya?" Jawab Tyas.
"Jangan, kamu disitu saja, biar mas yang cari" cegah said mengingat istrinya tengah hamil. Karena dalam keadaan gelap akan membahayakan istrinya jika salah jalan.
"Ya sudah" tyas menurut.
Saat mereka selesai bicara, mereka menyadari sedari awal mati lampu sampai detik itu juga, mulai kelihatan remang-remang dari arah luar rumah. said bergegas keluar, seketika hatinya senang.
"Yank kayaknya gak mati lampu, ini pasti listriknya jepret" suara said terdengar dan berjalan menuju Tyas.
"Id!!!! "
Reflek said langsung memutar badan melihat kearah suara berasal.
"Eh kak?" Sontaknya kaget "oh iya kak, listriknya jepret ya?" Tanyanya.
"Iya! Sepertinya dari sekarang kalau masak jangan di rice cooker. Sekarang sering jepret listriknya" ucap faedah ketus.
"Iya kak? Tapi biasanya kalau siap masak, saya langsung cabut kak, Serius Uda aku cabut kok tadi sebelum maghriban" jelas Tyas kepada faedah.
"Ya aku mana tahu, cuma semenjak kalian numpang listrik, listriknya suka mati-mati sendiri. Kadang seperti kurang arus gitu." Sanggah faedah kembali.
Lalu faedah meninggalkan rumah said, dan pulang kerumah sambil mengembalikan tekanan pada meteran listriknya. Seketika rumah itu terang kembali.
"Astaghfirullah mas belum ditutup tadi bacaannya" lari Tyas menghampiri Al-Qur'an yang terbuka.
"Ya uda beresin. Oh ya nanti lampu teras aja yang dihidupin ya?".
"Tapi aku gak bisa tidur kalau gelap mas? " Suara parau Tyas terdengar ditelinga said.
"Sabar? Nanti kalau ada uang kita pasang listrik sendiri ya?" Peluk said pada istrinya.
Said tahu pasti itu akal-akalan faedah saja. Tapi dia tidak mau cerita banyak pada istrinya bagaiman sifat faedah dulu pada kakaknya.
"Besok kayaknya aku harus bangun lebih awal mas, padahal aku kasih uang listrik tiap setengah bulan sekali Lo mas. Kakak aku aja yang isi perabotnya sama seperti dia, tidak pernah habis 1 bulan kalau di isi seperti nominal yang aku kasih ke dia." Keluh Tyas pada suaminya
"Sudah? Anggap aja ini cobaan buat kita biar lebih berusaha lagi. Ehmm nanti tidurnya hidupin flash dari handphone aku aja ya?"
"Iya." Dengan jawaban ketus, lalu meninggalkan suaminya.
Selesai pembicaraan itu lalu mereka memutuskan tidur. Saat mata terpejam, Tyas tidak dapat melelapkan tidurnya, ia terus saja gelisah. Said yang sadar akan hal itu meraih kepala istrinya lalu meletakkan ditangannya sambil mendekap tubuh mungil istrinya. Tyas merasa nyaman dengan perlakuan said, saat hatinya terasa sakit akan perlakuan kakak iparnya. Orang yang dulu pernah ia kagumi akan kebaikannya ternyata pribadi yang jauh dari harapannya. Namun begitu Tyas tidak menaruh dendam sama sekali, dia menjadikan semuanya pelajaran. (Biarlah kak faedah begitu, dengan begitu, aku bisa lebih hemat lagi ngatur pengeluaran agar bisa mengumpulkan uang untuk pasang listrik sendiri. Masih terngiang saat dia berbicara, " nanti kalau sudah nikah, jangan dulu pikirin listrik, apalagi sumur. Ambil aja dulu dari kakak, kumpulin duitnya aja dulu. Soalnya sumur lama si Nana sudah ketimbun sampah jadi gak bisa digunakan lagi" ehmmm semoga sikapnya begitu, ada niat baiknya untuk kami.) Bathin Tyas dalam dekapan suaminya.
Tengah berkhayal, tidak lama suara dengkurannya membuat said tersenyum. Said masih merasa heran dengan istrinya.
( Rasanya bau ketiakku ini bisa buat obat tidur untuk dia) bathin said.
Keesokan paginya Tyas mendapati akses listrik drumahnya padam, bahkan air saja hanya cukup untuk mandi dan mencuci baju saja. Dia berpikir bagaimana caranya dia membersihkan piring kotor dan mengepel lantai rumahnya.
Said yang melihat istrinya bingung langsung menghampiri.
"Kenapa yank, pagi-pagi kok majahnya begitu" dengan alis bertaut said mengatakannya.
"Ini Lo mas, mati lampu. Sementara air habis, hanya cukup untuk mandi sama cuci baju, belum untuk piring kotor, belum buat pel lantai lagi. Andai aja bak penampungannya lebih gede lagi mas. Tapi ini bukan aku ngeluh Lo mas, cuma kesel aja Sama PLN kenapa harus pagi hari coba mati lampunya." Ungkap Tyas ngomel-ngomel dihadapan suaminya.
"Itu sih sama aja yank, ya Uda kerjain yang bisa sama yang ada aja dulu. Ntar kalau Uda hidup lagi PLNnya baru lanjut lagi. Lagian lantai rumah gak harus tiap hari di pel yank, masih bersih kok. Piring kotor juga kan cuma sedikit, itu juga bekas makan malam tadi kan."
"Iya sih mas? Ya sudah aku mau siapin sarapan buat kamu dulu ya?" Ucap Tyas.
Masih seperti biasa aktivitas dirumah sederhana itu. Karena bosan dengan kegiatannya Tyas memutuskan bertandang sebentar kerumah kakak iparnya.
Saat kakinya melangkah kerumah faedah, terlihat faedah sedang berbincang dengan tetangga depan rumahnya yaitu Murni. Tyas justru senang, jadi ia senang bisa ngumpul bareng dengan niat silaturahmi. Namun Tyas menangkap wajah kakak iparnya yang memandang gelisah kearahnya.
"Wah lagi pada ngumpul ya kak? Uda siapan kak dah" tanya Tyas basa basi.
"Sudahlah, jam segini belum siap pekerjaan rumah mau jadi apa permpuan." Ucapnya ketus. Namun Tyas tidak ambil pusing, dia masih menganggap mungkin kepribadian Tyas memang orang yang berbicara apa adanya.
" Yas ngerujak yuk? Enak ni cuacanya" ucap murni ramah.
Tyas yang mendengar seketika air liurnya ingin keluar. Tidak tahu mengapa dia semangkin berselera saat murni mendengar kata rusak.
"Wih enak itu, ayok kak." Jawab Tyas antusias.
"Ada gak ni bahannya itu aja intinya. Jangan asal Ayuk aja, kamu juga mur, main ajak aja" semangkin lama faedah semangkin ketus berucap.
Tyas merasa tersindir, langsung mengatakan bahwa dirinya yang akan mengeluarkan dana untuk beli bahan.
"Biar aku aja kak yang beli semua bahannya" ungkapnya cepat.
"Janganlah? Kakak biar ambil bahan-bahan untuk bumbunya. Dirumah semua ada kok, kamu beli buahnya aja Yas, kalau kak faedah gak ngeluarin duit gak papa deh, tapi kak faedah yang buat bumbunya" murni memberikan pendapatnya.
"Kamu ini ngatur orang aja" jawabnya tanpa basa-basi.
(Ya Allah kak murni aja tahu rasa gak enakan. Nah dia Uda dikasih gratis, cuma dikasih pendapat aja masih nolak, ya Allah kalau gak mau gak gitu juga kali ucapannya) bathin Tyas melihat kakak iparnya.
"Ya uda deh buat bareng-bareng aja" jawab Tyas menengahi.
"Ih jangan gitu, kalau buat bumbu banyak tangan, nanti jadinya gak enak. Kak faedah ini kalau meracik yang sejenis makanan semuanya enak" jawab murni memuji faedah.
Sontak faedah yang mendapatkan pujian langsung senyum-senyum sendiri. Lalu mengiyakan ucapan murni.Tyas langsung bisa menebak bahwa kakak iparnya adalah orang yang suka dipuji.
Mereka pun mulai mengerjakan tugas masing-masing. Tyas mulai pergi membawa sepeda motor milik faedah untuk mencari buah-buahan di warung tari. Setelah mendapatkan semuanya Tyas kembali berkumpul dengan faedah dan juga Murni. Sesaat Tyas mendapatkan faedah yang menjauh dari murni karena melihat kedatangan Tyas. Namun Tyas tetap tidak mau seudzon, walaupun sempat berpikir apa yang sedang mereka bicarakan.
" Kok cepat banget Yas" kedatangan Tyas justru disambut dengan pertanyaan yang sepertinya tidak suka akan kedatangannya.
"Ehm ini kak? Tadi pas diwarung ketemu buk sari, karena dia tanya cari apa, terus aku bilang cari buah, eh dia nawarin jambu air, eh kak tari Mala nawarin nanas, karena suaminya baru pulang dari Duri. Kalau timunnya aku beli. Tapi pas jalan pulang, dipanggil sama mas said yang duduk dirumah temennya terus nawarin mangga muda. Pas ketepatan di rumah temennya ada jambu air juga, karena tahu aku bawah belanjaan seperti untuk bahan rujak. Mala di ambilkan jambu air sekalian." Dengan senang Tyas menceritakan semuanya.
Akan tetapi faedah justru melihatkan wajah ketidaksukaannya.
"Kalau aku malu minta Yas" kalimat faedah mampu membuat hati Tyas sakit. Apalagi disaat hamil muda, Tyas sedikit sensitif dengan perkataan yang menurutnya menyudutkan dia.
"Aku dikasih kok kak, Masak rezeki ditolak" kini Tyas mengatakannya juga dengan sedikit ketus.
Murni yang menyadari langsung mengambil alih pembicaraan.
"Itu sih namanya rezeki anak Soleh atau Soleha Yas kata orang, apalagi kamu pas hamil begini. Aku juga dulu waktu hamil si kembar Alhamdulillah rezekinya ada aja".
""Elehhhh" faedah berucap seolah ucapannya benar.
Selang beberapa menit terdengar oleh Tyas suara televisi dari dalam rumah milik faedah.
"Alhamdulillah, lampunya hidup juga ya kak, dari tadi pagi sampai sekarang baru hidup". Riang Tyas pada faedah.
Murni bingung dengan ucapan Tyas.
"Loh Lampunya Gak Mati Kok!" Sanggah murni "Mala dari pagi belum ada mati lampu" ucapnya kembali.
---------
Ada yang tahu kenapa lampu dirumah Tyas mati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments